5 Pemahaman Keliru tentang Luar Angkasa: Warna Matahari hingga Bentuk Planet Bumi
Agar tidak semakin jauh tertinggal, Indonesia harus banyak mengejar ketertinggalan terkait pengetahuan terhadap luar angkasa.
Laporan Wartawan Grid.ID, Kama Adritya
TRIBUNNEWS.COM – Kalau kita bicara tentang luar angkasa, Indonesia memang masih jauh tertinggal dibanding negara-negara lain.
Mengapa Sindikat Kejahatan Dari China Pilih Indonesia Jadi Markasnya? https://t.co/UPae0dNffe via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 31, 2017
Meskipun di tahun 80’an, Indonesia hampir menorehkan sejarah dengan mengirimkan dua astronot.
Sayangnya terjadi kecelakaan pesawat ulang alik Challenger yang akhirnya membatalkan penerbangan astronot Indonesia ini.
Agar tidak semakin jauh tertinggal, Indonesia harus banyak mengejar ketertinggalan terkait pengetahuan terhadap luar angkasa.
Hal tersebut bisa dimulai dengan mengetahui 5 hal tentang luar angkasa yang orang seringkali salah paham.
1. Planet paling panas di tata surya
Merkurius planet terpanas di tata surya?
Matahari adalah sumber kehidupan manusia, di mana energi yang dihasilkannya dapat kita rasakan di Bumi dalam bentuk panas sinar matahari.
Karena panasnya sinar matahari, maka orang akan berasumsi bahwa semakin dekat ke Matahari, maka akan terasa semakin panas pula.
Memang Matahari memiliki permukaan yang bisa mencapai panas 5.510 derajat Celcius (5.780 Kelvin) sampai dengan 15 juta derajat Celcius.
Sehingga maka tak heran kalau orang menganggap planet yang terdekat dengan Matahari yaitu Merkurius adalah planet yang terpanas di tata surya kita.
Namun, ternyata bukan Merkurius yang merupakan planet terpanas.
Walaupun Merkurius hanya berjarak 57,91 juta kilometer dari Matahari (Bumi berjarak 149,6 juta kilometer dari Matahari), permukaan planet ini hanya mencapai titik terpanas pada siang hari di 450 derajat Celcius.
Karena Merkurius hampir nyaris tanpa atmosfer, maka suhu panas tersebut tidak tertahan di permukaan dan terbuang ke luar angkasa.