Mushola Ambruk di Sidoarjo
Buntut Ambruknya Ponpes Al Khoziny, Cak Imin Minta Semua Ponpes Libatkan Tim Teknis dalam Membangun
Muhaimin Iskandar menegaskan, Ponpes harus melibatkan tim teknis dalam pembangunan gedung , agar kasus ambruknya Ponpes Al Khoziny tak terulang.
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin buka suara terkait kasus ambruknya bangunan musala di Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025) lalu.
Bangunan musala yang belum sepenuhnya selesai dibangun itu ambruk saat para santri sedang melaksanakan salat Asar di lantai satu.
Akibatnya ratusan santri di Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo, menjadi korban atas ambruknya bangunan tersebut.
Kini setelah kasus ambruknya Ponpes Al Khoziny, Cak Imin menilai pola pembangunan di seluruh Ponpes harus diubah.
Cak Imin menegaskan, semua Ponpes harus melibatkan tim teknis dalam pembangunan gedung mereka.
"Itulah keprihatinan kita dan nanti harus kita ee berubah semua pola kepada pesantren."
"Tidak boleh membangun sendiri. Harus ada tim teknisi," kata Cak Imin, dilansir YouTube Kompas TV, Jumat (3/10/2025).
Lebih lanjut Cak Imin ikut menanggapi soal kabar para santri di Ponpes Al Khoziny ikut mengecor bangunan musala yang kini ambruk tersebut.
Terkait hal itu, Cak Imin menilai aktivitas gotong-royong yang dilakukan para santri di Ponpes sebenarnya sah-sah saja.
Namun aktivitas gotong-royong ini harus didahului dengan ilmu yang diajarkan kepada para santri.
Soal gotong-royong itu boleh tapi bahwa harus ada ilmunya," ungkap Cak Imin.
Baca juga: Update Kasus Ambruknya Ponpes di Sidoarjo, Total 8 Orang Meninggal Dunia
Belajar dari kasus ambruknya musala di Ponpes Al Khoziny, Cak Imin menekankan pembangunan Ponpes harus disertai kalkulasi teknik.
Agar kedepannya tidak terulang kembali kasus seperti ambruknya Ponpes Al Khoziny ini.
"Kita minta kepada semua pesantren yang lagi bangun tidak boleh membangun tanpa ada kalkulasi teknik," imbuh Cak Imin.
Pakar Nilai Kegagalan Konstruksi Sebabkan Ambruknya Ponpes Al Khoziny
Pakar Teknik Sipil dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Muji Irawan menilai ambruknya Ponpes Al Khoziny ini disebabkan karena kegagalan konstruksi.
Hal itu pun menyebabkan proses evakuasi korban yang dilakukan oleh tim Badan SAR Nasional (Basarnas) menjadi sulit.
"Ya, melihat pola runtuhnya gedung ini yang secara teknik teknis kita sebut sebagai kegagalan konstruksi."
"Maka akibatnya pada saat proses evakuasi ini, teman-teman, Basarnas kesulitan untuk mencapai korban yang ada di bawah reruntuhan," kata Mudi dalam Program 'Sapa Indonesia Pagi' Kompas TV, Kamis (2/10/2025).
Bahkan untuk bisa mencapai lokasi korban, tim penyelamat harus menggali tanah ke bawah.
Baca juga: Proses Pemindahan Puing Bangunan Ponpes Al Khoziny, SAR Pakai Crane, Kondisi Bangunan Jadi Kendala
Jalur itu juga hanya bisa dilalui oleh satu atau dua orang saja agar bisa mencapai posisi korban yang tertimpa reruntuhan.
"Sehingga sampai harus diputuskan untuk mencapai posisi korban, itu harus menggali tanah yang ada ke bawah, dan hanya bisa dilalui satu sampai dua orang untuk bisa mencapai posisi korban," terang Muji.
Muji pun mengungkapkan apresiasinya kepada Basarnas yang telah melakukan penyelamatan kepada para santri yang menjadi korban.
Tak hanya mengevakuasi korban yang sudah meninggal, tim Basarnas juga berhasil mengevakuasi korban yang masih hidup dari reruntuhan bangunan.
"Alhamdulillah luar biasa sekali Basarnas dengan keahlian yang ada, pengalaman yang sudah dimiliki itu, bisa mencapai korban dengan baik dan bisa membantu menyelamatkan korban yang masih hidup."
Baca juga: Kisah Korban Selamat Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny, Tak Henti Berdoa, Petugas Merayap 3 Jam
"Semalam itu sudah luar biasa prestasi dan apa kita juga melihat ada mukjizat-mukjizat yang di mana sudah 3 hari ada korban yang bisa bertahan hidup dan bisa diselamatkan oleh tim Basarnas," ungkap Muji.
Muji menilai, jika struktur bangunan musala di Ponpes Al Khoziny ini cukup kuat, terutama di lantai satu tempat para santri berkegiatan, maka aksesibilitas untuk penyelamatan akan lebih mudah.
Namun faktanya konstruksi bangunan yang dibangun oleh Ponpes Al Khoziny ini tak begitu kuat sehingga saat runtuh semuanya saling bertumpuk dari lantas atas hingga dasar.
"Nah, pola keruntuhan yang ada terjadi yang ada di lapangan ini pada akhirnya akan menyulitkan untuk proses evakuasi. Kalau memang meskipun runtuh tapi lantai satunya masih cukup kuat, maka akses aksesibilitas untuk mencapai korban itu bisa cukup mudah dicapai," imbuhnya.
Baca juga: Cak Imin Angkat Korban Selamat Ambruknya Ponpes Al-Khoziny Jadi Anak Asuh
DPR Soroti Lemahnya Dukungan Negara terhadap Infrastruktur Pesantren

Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Syaiful Huda, menilai tragedi ambruknya gedung musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, sebagai cermin lemahnya perhatian dan dukungan negara terhadap infrastruktur pesantren di Indonesia.
"Mayoritas pesantren selama ini diselenggarakan atas swadaya publik. Situasi ini membuat infrastruktur pesantren dibangun secara bertahap sesuai kemampuan pengasuh pesantren."
"Di sinilah harusnya komitmen negara hadir untuk membantu kalangan pesantren menyediakan kebutuhan infrastruktur mulai dari asrama, tempat ibadah, hingga gedung sekolah," kata Huda kepada wartawan, Jumat (3/10/2025).
Huda mengatakan, hampir semua elemen bangsa sepakat akan kontribusi besar pesantren di tanah air. Hanya saja, faktanya kontribusi pesantren ini tidak sepenuhnya didukung oleh negara dalam segi penyediaan regulasi, anggaran, maupun pendampingan.
"Saat ini memang sudah ada UU Nomor 18/2019 tentang Pesantren, namun implementasi di lapangan juga masih lemah. Bahkan masih ada fenomena penganak-tirian lembaga pesantren baik dalam bentuk alokasi bantuan maupun pengakuan kesetaraan lulusan jika dibandingkan dengan sekolah atau lembaga pendidikan milik pemerintah," ujarnya.
Baca juga: Tim SAR Merayap 3 Jam di Galian 60 Cm demi Selamatkan Santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Huda mengungkapkan, proses pembangunan infrastruktur pesantren tergantung penuh pada kemampuan kiai pengasuh pesantren.
Dengan konsep boarding school, pengasuh pesantren butuh asrama tempat menginap santri, tempat ibadah, gedung tempat belajar, hingga ruang interaksi memadai bagi para santri.
"Tentu dengan kebutuhan sebesar itu, pengasuh pesantren tidak bisa menyediakan sarana prasarana sekaligus. Pembangunan pasti dilakukan secara bertahap. Di sisi lain minat masyarakat mengirim anak pesantren cukup tinggi. Situasi ini cukup dilematis bagi pengasuh pesantren," ucapnya.
Tragedi Al-Khoziny, kata Huda, harus menjadi titik balik bagi pemerintah untuk memperbaiki pola hubungan dengan pesantren sebagai bagian penting sistem pendidikan nasional.
Ia mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk melakukan survei kelayakan infrastruktur pesantren di tanah air.
"Dari survei tersebut pemerintah harus turun tangan untuk memastikan kelayakan sarana prasarana pesantren. Jangan sampai selama ini tutup mata terhadap pesantren, lalu ada insiden ramai-ramai menudingkan jari menyalahkan pengelola pesantren," imbuh Huda.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Fersianus Waku)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.