Curhat Warga hingga Kepala Suku di Manokwari ke Wamentrans Viva Yoga soal Masalah Transmigrasi
Wamentrans curhatan warga di Kabupaten Prafi, Manokwari, Papua Barat terkait masalah-masalah soal transmigrasi.
Penulis:
Abdi Ryanda Shakti
Editor:
Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, MANOKWARI - Wakil Menteri Transmigrasi (Wamentrans), Viva Yoga Mauladi menyerap curhatan warga hingga kepala suku yang berada di Kabupaten Prafi, Manokwari, Papua Barat terkait masalah-masalah transmigrasi, pada Kamis (18/9/2025).
Transmigrasi adalah program pemerintah Indonesia berupa perpindahan penduduk secara sukarela dari daerah padat penduduk ke daerah yang kurang penduduk untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan.
Kepala Suku Hatam, Kabupaten Prafi, Yunus Marsim mengatakan, awalnya dia mendukung program transmigrasi yang membuat daerahnya lebih maju.
"Kami sampaikan bahwa kehadiran transmigrasi sudah sangat baik dan sangat mendukung untuk kehadiran transmigrasi semua masyarakat bisa hidup sejahtera," kata Yunus mansif di Balai Warga Distrik Prafi, Manokwari, Papua Barat, Kamis.
Meski begitu, Yunus juga menyampaikan keluhannya terkait belum adanya kesejahteraan bagi para kepala suku yang mengibahkan wilayahnya untuk menjadi daerah transmigrasi.
Menurutnya, mesti ada suatu kebijakan dengan memberikan tanda kehormatan di rumah kepala suku tersebut.
Baca juga: Viva Yoga Sebut Ada 1.567 Desa Transmigrasi Sejak Era Soekarno: Kini Fokus Kembangkan Ekonomi Warga
"Kami mohon di sini supaya tanah-tanah transmigrasi yang tidak sesuai dengan penyerahan waktu itu tetap kami ambil kembali. Tapi, yang sudah ditempati kami tidak masalah, silakan ambil. Tapi, Bapak pemerintah jangan lupa kami, tolong berikan kami kompensasi atau tanda kehormatan," ucapnya.
Selanjutnya, Yunus berkeluh kesah soal anak-anak di wilayahnya yang harus menempuh jarak yang cukup jauh hanya untuk bersekolah.
"Yang kedua kasih mobil untuk anak-anak yang mau ke sekolah, karena jauh," jelasnya.
Terkait curhatan itu, Viva Yoga pun memberikan rasa hormatnya kepada Yunus atas jasanya untuk program transmigrasi itu. Untuk itu, ia berjanji akan memenuhi permintaan Yunus secara bertahap.
"Jadi kami dari Kementerian Transmigrasi mengapresiasi dan bergembira bahwa adanya aspirasi dari masyarakat setempat yang begitu memiliki hati yang baik untuk menghibahkan tanahnya kepada pemerintah daerah, kepada pemerintah pusat agar calon transmigrasi ini memiliki lahan," ungkapnya.
Selanjutnya, Cakro, seorang transmigran di Desa Prafi Mulia, Manokwari, Papua Barat juga menyampaikan rasa syukurnya atas program transmigrasi ini.
Menurut Cakro yang sudah menjadi transmigran sejak tahun 1980-an ini sangat melihat perkembangan dari peradaban di wilayah tempat tinggalnya tersebut.
"Dulu tahun 80 bukan main. Saya masih kelas 3 SD Bapak, saya ingat betul. 3 SD harus menyeberang kali Prafi, nyeberang kali Warmare. Kawasan ini masih hutan lebat, sungai airnya masih deras," ungkapnya.
Sama dengan Yunus, Cakro yang merupakan seorang petani pun juga menyampaikan keluhannya. Dia khawatir atas generasi penerus yang ingin menjadi petani di desanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.