Perjuangan Agen Pesiar di Flores dari Rumah ke Rumah Ajak Warga Melek Jaminan Kesehatan
Perjuangan tiga agen Program Petakan, Sisir, Advokasi, dan Registrasi (Pesiar) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Desa Geliting.
Laporan Jurnalis TRIBUNFLORES.COM, Gordy Donofan
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Suatu malam pada pertengahan Mei tahun 2024 lalu, Maria Nona Erni (39) bergegas membuka pintu rumahnya di Dusun Kloangbolat, Desa Geliting, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di balik pintu, seorang tetangganya muncul dengan nafas tersengal-sengal. Gurat wajahnya menampilkan rasa panik. Belum dipersilakan duduk, si tetangga langsung menceritakan tujuan kedatangannya.
Sementara Erni menahan rasa kantuk mengingat jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.30 Wita. Dia diminta mendaftarkan seorang ibu rumah tangga yang hendak bersalin menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mandiri. Hanya dengan begitu, biaya persalinan menjadi gratis.
Tanpa keluh, Kepala Dusun Kloangbolat ini mengambil handphone dan mendaftarkan kepesertaan JKN bagi ibu tersebut secara online. Pendaftaran pun berhasil, tetangga pamit pulang dengan wajah gembira.
Beberapa hari kemudian, proses persalinan berjalan normal di Puskesmas setempat. Erni meminta agar bayi yang baru lahir segera didaftarkan menjadi peserta JKN.
“Saya kasihan dengan mereka. Kalau tidak pakai JKN, pasti biaya persalinan mahal, saya bersyukur karena sudah membantu mereka di saat-saat genting. Saya ingatkan mereka jangan lupa bayar iuran per bulan,” kenang Erni di Kantor Desa Geliting, Jumat, 25 Juli 2025 pagi.
Saat itu, Erni datang menyerahkan laporan perkembangan pekerjaannya di dusun kepada Kepala Desa Geliting.
Jadi Agen Pesiar
Erni merupakan seorang agen Program Petakan, Sisir, Advokasi, dan Registrasi (Pesiar) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Desa Geliting.
Ibu tiga anak itu menjadi agen Pesiar sejak tahun 2023 bersama dua orang rekannya, Margareta Nona Sandri (37) dan Ignasai Tince (30). Sebelum bertugas di lapangan, mereka mendapatkan pembekalan dan pelatihan dari BPJS Kesehatan Cabang Maumere.
Erni memulai pelayanannya itu dengan memetakan potensi penduduk yang belum menjadi peserta JKN atau peserta JKN yang sudah nonaktif.
Baca juga: Jaminan Kesehatan untuk Semua, Menguak Perlindungan BPJS Kesehatan bagi Pelajar WNA di Indonesia
Setelah itu, ia berkeliling untuk menyisir warga yang belum terdaftar di JKN. Istri dari Stefanus ini melakukan pendekatan personal dengan berjalan kaki dari rumah ke rumah.
“Saya bawa dengan data-data dari BPJS Kesehatan. Saya mendata lagi yang belum terdaftar menjadi peserta JKN khusus yang mandiri,” ujarnya.
Dia menemukan peserta yang menunggak, keluar serta baru mau mendaftarkan diri.
Erni tidak berhenti di situ. Tamatan Kampus Muhammadiyah Kupang ini kemudian mengedukasi warga agar melek jaminan kesehatan. Bila ada yang tertarik, mereka didaftarkan jadi JKN.
“Sejauh ini, sudah mendaftarkan 10 orang dalam JKN mandiri. Masih banyak yang belum daftar. Kita terus lakukan edukasi,” ucapnya.
Memang tak mudah dan butuh perjuangan. Berbagai tantangan yang dihadapi seperti penolakan dan cibiran dari warga. Namun, tak ada kata menyerah. Ia ingin agar warga tidak kesusahan ketika sakit.
Rendahnya Kesadaran dan Kendala Ekonomi

Erni mengaku pemahaman warga tentang kesehatan masih rendah. Mereka butuh JKN saat situasi genting atau mengalami sakit. Selebihnya mereka bersikap acuh tak acuh.
“Kita punya orang huru-hura saat melahirkan atau sakit, itu baru datang urus,” kata dia.
Erni harus bekerja keras lagi ke depan. Syukurnya, keluarga tidak keberatan jika Erni terus mengelilingi kampung mengajak warga menjadi peserta JKN.
"Mereka aman, suami dan anak dukung kerja begini," ujarnya.
Pengalaman serupa dialami Margareta Nona Sandri. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya jaminan kesehatan perlu ditingkatkan.
Sandri juga menemukan banyak warga yang tak mendaftarkan JKN karena kesulitan ekonomi. Masyarakat berpenghasilan rendah sulit membayar iuran JKN.
“Mereka bilang, iuran tiap bulan Rp 35.000, kalau di dalam rumah tiga atau empat orang berarti sudah sekitar Rp 140.000, lebih baik kami beli beras supaya kami bisa makan. Itu jawaban dari warga yang belum mendaftar jadi peserta JKN," ujarnya.
Kendati begitu, ia tak lelah mengedukasi warga dengan cara persuasif, tanpa memaksa. Kini, ia berhasil mendaftarkan tiga warga menjadi peserta JKN mandiri.
“Takutnya di saat-saat genting atau sakit pasti harus berobat. Kalau sudah daftar JKN mandiri sangat terbantu, tapi kalau tidak, pasti biaya lebih mahal," ujarnya.
Sementara itu, Ignasai Tince menuturkan telah berhasil mendaftarkan dua warga menjadi peserta JKN mandiri.
Tince yang adalah bidan desa itu, melakukan edukasi bagi warga setiap bulan saat pelaksanaan Posyandu.
"Untuk mendatangi warga sangat sulit bagi saya, karena alasan dari warga ada yang keluar kerja, ada yang tidak punya waktu, jadi saya menunggu waktu saat Posyandu," tutur dia.
Peningkatan Akses Jaminan Kesehatan
Kehadiran tiga agen Pesiar dinilai berkontribusi dalam peningkatan akses jaminan kesehatan. Hal itu diakui Kepala Desa Geliting, Makarius Oskar (58).
“Awal tahun 2023, Desa Geliting dijadikan sebagai pilot project agen Pesiar. Mereka bekerja tanpa kenal lelah mewujudkan akses jaminan kesehatan yang merata. Ada 15 orang warga sudah menjadi peserta JKN mandiri berkat kerja mereka,” kata Oskar.
Akses pelayanan kesehatan, kata Oskar, menjadi salah satu indikator dalam mengukur Indeks Desa (ID). Pada tahun 2022, pemerintah pusat memberikan skor 80,08 bagi Desa Geliting dan ditetapkan sebagai desa mandiri.
"Karena indikator akses pelayanan kesehatan bagus maka BPJS Kesehatan jadikan desa ini sebagai pilot project agen Pesiar, itu kami sangat bangga dan ini pencapaian luar biasa," jelasnya.
Ia menyebutkan jumlah penduduk di Desa Geliting mencapai 2.428 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 613.
“Jumlah peserta JKN hingga Juni 2025 yaitu 2.401 jiwa. Peserta aktif 1.726 peserta dan yang tidak aktif itu sekitar 675 peserta. Itu data terbaru dari BPJS Kesehatan Maumere,” kata dia.
Ia menambahkan, pihaknya berupaya agar kepesertaan JKN meningkat dari waktu ke waktu. Jika itu terwujud maka akses pelayanan kesehatan menjadi merata di setiap wilayah.
“Kami sudah capai 70 persen lebih peserta JKN, lagi 30 persen kami capai 100 persen kepesertaan aktif," tandasnya.
Harus Kolaborasi

Kepala Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Cabang Maumere, Carol Desmon Bani (37) mengapresiasi kerja tiga agen Pesiar di Desa Geliting karena ikut berkontribusi meningkatkan kepesertaan JKN.
“Mereka sangat luar biasa mendapatkan 10 hingga 15 peserta JKN mandiri, butuh waktu dan tenaga. Karena mau edukasi satu orang saja itu susah,” kata Desmon.
Di Kabupaten Sikka, kata dia, terdapat 16 desa/kelurahan yang memiliki agen Pesiar. BPJS Kesehatan berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan mewujudkan cakupan kesehatan semesta.
"Sebenarnya BPJS hanya salah satunya saja, yang memberikan jaminan terhadap kondisi finansial. Sedangkan lebih ke pelayanan kesehatan ada sisi mitra dalam hal ini rumah sakit, puskesmas dan lain sebagainya, jadi medis itu tidak bisa diabaikan," ujarnya.
Ia mengatakan masyarakat juga berada di posisi penting mendukung JKN. Sebagai peserta JKN, masyarakat dihadapkan pada dua persoalan yaitu ability to pay (kemampuan membayar) dan awareness to pay (kesadaran untuk membayar).
“Harapannya dengan kehadiran agen Pesiar dapat menjangkau semua lapisan masyarakat dan semua peserta JKN aktif guna mendukung Universal Health Coverage (UHC)," pungkasnya. (Kgg)
Seleksi Duta Muda BPJS Kesehatan bagi Pelajar SMA/SMK Sederajat, Daftar di Kantor Cabang Terdekat |
![]() |
---|
Sopir Angkot Jadi Pahlawan Penyebar Informasi soal JKN di Kota Bandung |
![]() |
---|
Cara Skrining Kesehatan Menggunakan Aplikasi BPJS Kesehatan |
![]() |
---|
BPJS Kesehatan Pastikan Program JKN di Kota Langsa Sesuai Syariah |
![]() |
---|
Digitalisasi JKN Permudah Layanan, BPJS Kesehatan Raih Penghargaan Bergengsi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.