Gempa di Rusia
Tsunami 50 Cm Imbas Gempa Rusia Tak Boleh Diremehkan, BNPB Ingatkan Efek Tsunami Jepang di Jayapura
Kapusdatin BNPB Abdul Muhari meminta warga tak meremehkan potensi tsunami di wilayah Indonesia Timur imbas gempa Magnitudo 8,7 di Kamchatka, Rusia.
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menegaskan potensi tsunami di lima provinsi di Indonesia yang diperkirakan akan setinggi 50 cm tak boleh diremehkan.
Wilayah tersebut di antaranya adalah Kepulauan Talaud (Sulut), Halmahera Utara (Malut), Manokwari (Papua Barat), Raja Ampat bagian Utara (Papua Barat), Biaknumfor (Papua), Supiori (Papua), Sorong bagian Utara (Papua Barat), Jayapura (Papua), Sarmi (Papua), dan Kota Gorontalo (Gorontalo).
Potensi tsunami ini terjadi di wilayah Indonesia Timur imbas guncangan gempa berkekuatan Magnitudo 8,7 di pesisir Kamchatka, Rusia, pada Rabu (30/7/2025) pukul 06.24 WIB
Abdul Muhari lantas mengingatkan kembali soal efek tsunami Jepang akibat gempa berkekuatan 9,0 SR pada 11 Maret 2011 silam.
Kala itu gempa 9,0 SR di Jepang turut mengakibatkan potensi tsunami dengan ketinggian 33 cm di wilayah Jayapura, Papua.
"Kisaran dari tinggi tsunami di laut dalam maupun di dekat pantai itu kisarannya ya sekitar di bawah 50 cm yang di luar Rusia. Tetapi ini tentu saja tidak boleh membuat kita lengah."
"Ini yang perlu kita sampaikan bahwa pengalaman kita pada saat tsunami Jepang 2011 yang juga berpropagasi (perambatan gelombang tsunami) ke Papua itu terdeteksi di tide gauge (pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan untuk mendeteksi adanya gelombang) di Jayapura itu hanya 33 cm," kata Abdul Muhari dalam konferensi pers BNPB, Rabu (30/7/2025).
Namun nyatanya tsunami dengan ketinggian di bawah 50 cm itu justru memakan dua korban jiwa.
Atas dasar itu Kapusdatin BNPB itu mengingatkan bahwa tsunami 50 cm itu tetap bisa menyebabkan korban jiwa.
"Tetapi sekali lagi kalau kita bicara tsunami, tsunami 50 cm pun itu bisa membunuh. Kita bisa lihat pengalaman kita di 2011 itu ada satu korban jiwa di Jayapura. "
"Ini satu di antara dua korban jiwa pada saat tsunami 2011 Jepang, yang terjadi di luar Jepangnya," tegasnya.
Baca juga: Gempa 8,7 M Guncang Rusia, Ini Estimasi Waktu Tiba Gelombang Tsunami di Indonesia Menurut BMKG
Tak ingin kejadian di Papua itu terulang, Abdul Muhari meminta masyarakat untuk tetap waspada.
Warga juga diminta untuk menjauhi wilayah pesisir sampai BMKG benar-benar mencabut peringatan dini tsunami.
"Jadi jangan sampai ini terulang. benar-benar kita waspadai, kita kosongkan dulu daerah pantai supaya benar-benar kosong."
"Nanti setelah tsunami peringatan dini tsunami diakhiri oleh BMKG baru kemudian masyarakat beraktivitas seperti biasa," imbuhnya.
Tetap Jauhi Pantai Meski Gelombang Tsunami Pertama Telah Tiba
Sekretaris Utama BNPB, Rustian juga telah mengimbau masyarakat di lima provinsi tersebut untuk menjauhi pantai di satu jam sebelum dan dua jam setelah estimasi waktu tiba tsunami.
“Masyarakat di 5 provinsi sebagaimana disampaikan oleh Pak Daryono dari BMKG, agar diupayakan menjauhi pantai satu jam sebelum hingga dua jam
cari kesalahan ketik dari artikel berikut ini:
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menegaskan potensi tsunami di lima provinsi di Indonesia yang diperkirakan akan setinggi 50 cm tak boleh diremehkan.
Wilayah tersebut di antaranya adalah Kepulauan Talaud (Sulut), Halmahera Utara (Malut), Manokwari (Papua Barat), Raja Ampat bagian Utara (Papua Barat), Biaknumfor (Papua), Supiori (Papua), Sorong bagian Utara (Papua Barat), Jayapura (Papua), Sarmi (Papua), dan Kota Gorontalo (Gorontalo).
Potensi tsunami ini terjadi di wilayah Indonesia Timur imbas guncangan gempa berkekuatan Magnitudo 8,7 di pesisir Kamchatka, Rusia, pada Rabu (30/7/2025) pukul 06.24 WIB
Abdul Muhari lantas mengingatkan kembali soal efek tsunami Jepang akibat gempa berkekuatan 9,0 SR pada 11 Maret 2011 silam.
Kala itu gempa 9,0 SR di Jepang turut mengakibatkan potensi tsunami dengan ketinggian 33 cm di wilayah Jayapura, Papua.
"Kisaran dari tinggi tsunami di laut dalam maupun di dekat pantai itu kisarannya ya sekitar di bawah 50 cm yang di luar Rusia. Tetapi ini tentu saja tidak boleh membuat kita lengah."
"Ini yang perlu kita sampaikan bahwa pengalaman kita pada saat tsunami Jepang 2011 yang juga berpropagasi (perambatan gelombang tsunami) ke Papua itu terdeteksi di tide gauge (pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan untuk mendeteksi adanya gelombang) di Jayapura itu hanya 33 cm," kata Abdul Muhari dalam konferensi pers BNPB, Rabu (30/7/2025).
Namun nyatanya tsunami dengan ketinggian di bawah 50 cm itu justru memakan dua korban jiwa.
Atas dasar itu Kapusdatin BNPB itu mengingatkan bahwa tsunami 50 cm itu tetap bisa menyebabkan korban jiwa.
"Tetapi sekali lagi kalau kita bicara tsunami, tsunami 50 cm pun itu bisa membunuh. Kita bisa lihat pengalaman kita di 2011 itu ada satu korban jiwa di Jayapura. "
"Ini satu di antara dua korban jiwa pada saat tsunami 2011 Jepang, yang terjadi di luar Jepangnya," tegasnya.
Baca juga: Gempa 8,7 M Guncang Rusia, Ini Estimasi Waktu Tiba Gelombang Tsunami di Indonesia Menurut BMKG
Tak ingin kejadian di Papua itu terulang, Abdul Muhari meminta masyarakat untuk tetap waspada.
Warga juga diminta untuk menjauhi wilayah pesisir sampai BMKG benar-benar mencabut peringatan dini tsunami.
"Jadi jangan sampai ini terulang. benar-benar kita waspadai, kita kosongkan dulu daerah pantai supaya benar-benar kosong."
"Nanti setelah tsunami peringatan dini tsunami diakhiri oleh BMKG baru kemudian masyarakat beraktivitas seperti biasa," imbuhnya.
Tetap Jauhi Pantai Meski Gelombang Tsunami Pertama Telah Tiba
Sekretaris Utama BNPB, Rustian juga telah mengimbau masyarakat di lima provinsi tersebut untuk menjauhi pantai di satu jam sebelum dan dua jam setelah estimasi waktu tiba tsunami.
“Masyarakat di 5 provinsi sebagaimana disampaikan oleh Pak Daryono dari BMKG, agar diupayakan menjauhi pantai satu jam sebelum hingga dua jam setelah estimasi waktu tiba tsunami,” kata Rustian dalam konferensi pers BNPB hari ini, Rabu (30/7/2025).
Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyebut tsunami yang melintasi samudra itu biasanya gelombang terbesarnya tak terjadi di gelombang pertama.
Namun biasanya terjadi di gelombang ketiga, keempat, kelima dan waktu terjadinya bisa dalam periode jam.
Baca juga: Peringatan Potensi Tsunami, Pemkab Talaud Sulut Liburkan Sekolah
Jeda antar gelombang tsunami juga bisa mencapai satu hingga tiga jam lamanya.
Untuk itu, Abdul Muhari meminta masyarakat untuk terus waspada dan tak hanya menjauhi pantai saat estimasi waktu tsunami tiba saja, tapi juga beberapa jam setelahnya.
"Karena untuk tsunami terutama tsunami yang melintasi samudra itu gelombang pertama tidak harus yang terbesar. Biasanya gelombang terbesarnya datang itu pada gelombang ketiga, gelombang keempat, gelombang kelima dan waktunya itu bisa periode jam."
"Jadi antara gelombang pertama dan gelombang kedua, gelombang ketiga itu bisa durasi jedanya satu hingga 3 jam. Sehingga ini yang kita harus waspadai bahwa masyarakat tidak hanya menjauhi pantai pada saat estimasi waktu tsunaminya datang."
"Tetapi juga tetap harus menjauhi pantai sampai beberapa waktu setelah peringatan dini tsunami atau waktu tiba tsunami itu datang," jelas Abdul Muhari dalam keterangan persnya, Rabu.
Baca juga: Cerita Warga Gorontalo Utara di Tengah Peringatan Tsunami, Sebut Bukan Kejadian Pertama
Tsunami di Provinsi Papua tanggal 11 Maret 2011
Melansir laman Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, Pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 21.30 WIT terjadi tsunami di pesisir pantai utara Pulau Papua Provinsi Papua, termasuk di antaranya Kab. Jayapura dan Kab. Supiori.
Ketinggian gelombang mencapai 0,5 meter. Tsunami tersebut merupakan dampak pasca gempa bumi di Jepang berkekuatan 8,9 SR pada pukul 13.06 waktu setempat.
Pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 21.30 WIT terjadi tsunami di pesisir pantai utara Pulau Papua Provinsi Papua, termasuk di antaranya Kab. Jayapura dan Kab. Supiori.
Tsunami tersebut merupakan dampak pasca gempa bumi di Jepang berkekuatan 8,9 SR pada pukul 13.06 waktu setempat.
Baca juga: Gempa dan Tsunami di Kamchatka Rusia, Kemlu Sebut Tidak Ada WNI Terdampak
Akibat kejadian tersebut terdapat sejumlah kerusakan di Kab. Jayapura yaitu 6 rumah penduduk di Pulau Enggos rusak berat/hanyut dan 1 buah jembatan penyeberangan di Pulau Tobati putus.
Bencana tersebut juga menimbulkan korban meninggal dunia sebanyak 2 orang, yaitu 1 orang dari Pantai Holtekam Kab. Jayapura dan 1 orang dari Kab. Supiori.
Tidak ada korban luka-luka. Tidak ada fasilitas kesehatan yang rusak.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)
Baca berita lainnya terkait Gempa di Rusia.
setelah estimasi waktu tiba tsunami,” kata Rustian dalam konferensi pers BNPB hari ini, Rabu (30/7/2025).
Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyebut tsunami yang melintasi samudra itu biasanya gelombang terbesarnya tak terjadi di gelombang pertama.
Namun biasanya terjadi di gelombang ketiga, keempat, kelima dan waktu terjadinya bisa dalam periode jam.
Baca juga: Peringatan Potensi Tsunami, Pemkab Talaud Sulut Liburkan Sekolah
Jeda antar gelombang tsunami juga bisa mencapai satu hingga tiga jam lamanya.
Untuk itu, Abdul Muhari meminta masyarakat untuk terus waspada dan tak hanya menjauhi pantai saat estimasi waktu tsunami tiba saja, tapi juga beberapa jam setelahnya.
"Karena untuk tsunami terutama tsunami yang melintasi samudra itu gelombang pertama tidak harus yang terbesar. Biasanya gelombang terbesarnya datang itu pada gelombang ketiga, gelombang keempat, gelombang kelima dan waktunya itu bisa periode jam."
"Jadi antara gelombang pertama dan gelombang kedua gelombang ketiga itu bisa durasi jedanya satu hingga 3 jam. Sehingga ini yang kita harus waspadai bahwa masyarakat tidak hanya menjauhi pantai pada saat estimasi waktu tsunaminya datang."
"Tetapi juga tetap harus menjauhi pantai sampai beberapa waktu setelah peringatan dini tsunami atau waktu tiba tsunami itu datang," jelas Abdul Muhari dalam keterangan persnya, Rabu.
Baca juga: Cerita Warga Gorontalo Utara di Tengah Peringatan Tsunami, Sebut Bukan Kejadian Pertama
Tsunami di Provinsi Papua tanggal 11 Maret 2011
Melansir laman Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, Pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 21.30 WIT terjadi tsunami di pesisir pantai utara Pulau Papua Provinsi Papua, termasuk di antaranya Kab. Jayapura dan Kab. Supiori.
Ketinggian gelombang mencapai 0,5 meter. Tsunami tersebut merupakan dampak pasca gempa bumi di Jepang berkekuatan 8,9 SR pada pukul 13.06 waktu setempat.
Pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 21.30 WIT terjadi tsunami di pesisir pantai utara Pulau Papua Provinsi Papua, termasuk di antaranya Kab. Jayapura dan Kab. Supiori.
Tsunami tersebut merupakan dampak pasca gempa bumi di Jepang berkekuatan 8,9 SR pada pukul 13.06 waktu setempat.
Baca juga: Gempa dan Tsunami di Kamchatka Rusia, Kemlu Sebut Tidak Ada WNI Terdampak
Akibat kejadian tersebut terdapat sejumlah kerusakan di Kab. Jayapura yaitu 6 rumah penduduk di Pulau Enggos rusak berat/hanyut dan 1 buah jembatan penyeberangan di Pulau Tobati putus.
Bencana tersebut juga menimbulkan korban meninggal dunia sebanyak 2 orang, yaitu 1 orang dari Pantai Holtekam Kab. Jayapura dan 1 orang dari Kab. Supiori.
Tidak ada korban luka-luka. Tidak ada fasilitas kesehatan yang rusak.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.