Heboh Puluhan Makam Bayi 2 Desa di Bali Dibongkar OTK, Warga Gelar Upacara Adat Pecaruan Panca Warna
Sebagai langkah antisipasi, warga gelar upacara adat setelah puluhan makam bayi di 2 desa di Bangli, Bali dibongkar secara misterius, Kamis (22/5).
Penulis:
Nina Yuniar
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Warga Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Bali digegerkan dengan aksi orang tak dikenal (OTK) yang membongkar puluhan makam bayi di dua desa.
Di Desa Demulih, ada sekitar 12 makam bayi di kuburan adat yang digali.
Berdasarkan pantauan, lokasi pemakaman Desa Adat Demulih tersebut jauh dari pemukiman warga namun berada di pinggir jalan raya.
“Kejadiannya sekitar 3 hari lalu, kalau tidak salah ada 12 kuburan yang kondisinya seperti digali. Tapi jenazah di dalamnya tidak ada yang hilang,” kata seorang warga setempat yang enggan ditulis namanya saat ditemui di kawasan Desa Demulih, Kamis (22/5/2025), dilansir Tribun-Bali.com.
Mengatasi hal ini, pihak desa adat pun mengambil beberapa tindakan mulai dari melaporkan ke polisi, termasuk menggelar upacara adat.
“Desa adat sudah menggelar upacara pecaruan usai adanya kejadian itu. Mudah-mudahan polisi segera mengungkap, siapa pelaku dan tujuan dari perbuatan tersebut,” ungkap warga itu.
Sementara itu, Kapolsek Susut, AKP Nyoman Sucipta mengatakan bahwa kasus pembongkaran makam adat ini ditangani Polres Bangli.
“Kasusnya ditangani Polres,” ujar Sucipta saat dikonfirmasi.
Keberadaan Jenazah
Bendesa Adat Demulih, I Nengah Karsana mengungkapkan bahwa tidak ada jenazah maupun benda berharga yang hilang pasca kejadian tersebut.
Terkait hal ini, pihak Bendesa Adat Demulih telah menggelar upacara pembersihan di setra (kuburan) dan catus pata sebagai bentuk antisipasi.
Baca juga: Keluarga Kaget Perusak Makam di Bantul Ternyata Pelajar SMP, Motif Pelaku Terungkap
Upacara adat di setra meliputi ngaturang piuning sebelum dilakukan pembongkaran kuburan dengan sarana banten sorohan.
Setelah proses pembongkaran makam dilanjutkan melakukan upacara pecaruan dan ngaturang guru piduka.
Sedangkan untuk di catus pata, dilaksanakan upacara pecaruan panca warna.
“Tujuan dilaksanakan upacara ini adalah untuk mengembalikan kesucian jagat,” ungkap Jro Bendesa.
Selain itu, pihak pecalang setempat rutin menggelar patroli.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.