Selasa, 30 September 2025

Dedi Mulyadi Sebut Ada Media dan Buzzer yang Mem-framing Dia: Dibayar sama Siapa?

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebut ada buzzer dan media yang mem-framing dia sehingga dia terlihat seolah melakukan pencitraan saja.

Tribunnews.com/Fersianus Waku
KEPALA DESA THR - Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, saat ditemui seusai acara open house di kediaman Ketua MPR RI, Ahmad Muzani di kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu (2/4/2025). 

TRIBUNNEWS.COMGubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengklaim ada kekuatan yang mem-framing atau membingkai dia.

Framing menurut Cambridge Dictionary adalah tindakan membuat seseorang tampak bersalah karena suatu kejahatan, padahal dia tidak bersalah. Caranya ialah dengan memberikan informasi yang tidak benar.

“Saya dalam setiap waktu ada kekuatan yang terus mem-framing saya, bahwa saya melakukan pencitraan. Apa yang dilakukan saya hanyalah pencitraan,” kata Dedi dalam video yang diunggahnya di akun Instagram miliknya hari Sabtu, (17/5/2025).

Dedi menyebut framing itu dilakukan oleh media dan buzzer atau pendengung.

“Pertanyaannya, buzzer dan media mem-framing saya itu dibayar sama siapa? Bayarnya pakai uang pribadi atau uang negara?" tanya Dedi.

Lalu, Dedi mengatakan dia hingga kini tidak menggunakan uang negara untuk kegiatan sosial kehidupan saya.

Dia mengklaim hanya menggunakan kanal miliknya yang diminati oleh masyarakat.

“Tapi orang lain bisa jadi menggunakan kekuatan media, menggunakan kekuatan influencer, menggunakan kekuatan buzzer dengan dibiayai oleh uang negara agar dia mengalami peningkatan persepsi publik sehingga kerjanya bisa dianggap baik,” ujarnya.

DEDI MULYADI MURKA - Foto tangkapan layar Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Kamis, (17/4/2025).
DEDI MULYADI MURKA - Foto tangkapan layar Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Kamis, (17/4/2025). (Tangkapan Layar YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel)

Kemudian, Dedi kembali menegaskan bahwa dia setiap hari bermedia sosial tanpa menggunakan uang negara.

"Yang lain berusaha membangun citra dengan menggunakan uang negara.”

Dedi menyebut tindakan pencitraan dengan memanfaatkan uang negara itu bisa dilihat dari jumlah anggaran.

Baca juga: Profil Tia Fitriani, Legislator Nasdem yang Minta Dedi Mulyadi Dipanggil ke DPRD Jabar

"Gimana cara melihatnya? Lihat saja anggaran Dinas Informasi dan Komunikasinya. Berapa di setiap kabupaten/kota? Berapa di setiap provinsi?

“Bisa dilihat bahwa yang paling gede pasti menggunakan anggaran itu untuk membangun citra dirinya. Itulah hal yang mesti kita pahami."

Pakar: Bukan pencitraan, tapi political branding

Sementara itu, beberapa waktu lalu pakar komunikasi politik Universitas Indonesia Effy Z. Rusfian mengungkapkan pendapatnya mengenai tindakan Dedi.

Menurut Effy, dia sudah memperhatikan perilaku Dedi, termasuk sepak terjangnya lewat media-media sosial.

"Di situ kita melihat, menurut pendapat saya, Kang Dedi ini tidak melakukan yang namanya disebut pencitraan," kata Effy Z Rusfian dalam tayangan Youtube TV One, Rabu, (9/4/2025).

Effy menyatakan yang dilakukan Dedi adalah political branding yang dibentuk melalui interaksi sosial antara KDM dan masyarakat.

"Yang dilakukan (KDM) adalah political branding lewat political impression management, itu dibentuk dengan interaksi-interaksi sosial," kata Effy.

Dia mengatakan bahwa dalam hal ini gebrakan memang dibutuhkan.

"Yang diperlukan adalah sebenarnya monitoring, evaluasi, karena kalau kita membiarkan sesuatu perlakuan atau suatu tindakan dari pejabat publik yang tidak ada evaluasinya, apakah kita mau seperti kejadian yang berulang kali yang buruk-buruk terus," kata Effy.

"Jadi singkatnya menurut saya, political branding dari Kang Dedi itu saya harus akui, saya apresiasi bener ya," katanya.

Baca juga: PDIP Jabar Serang Pidato Dedi Mulyadi di Musrenbang: Tak Butuh DPRD, Mau Jadikan Jawa Barat Kerajaan

Hal itu, kata Effy, juga dilihat dari rekam jejak Dedi mungkin sejak sebelum menjadi Gubernur Jawa Barat.

"Karena dilihat dari track record-nya, bagaimana dia berinteraksi dengan masyarakat sekitar, bukan hanya sekadar studi banding," ungkap Effy.

(Tribunnews/Febri/Melvyandie Haryadi)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan