Selasa, 7 Oktober 2025

Bahan Peledak Kedaluwarsa Maut di Garut

9 Warga yang Tewas Akibat Ledakan di Garut Kerja di Tempat Pemusnahan Amunisi, Dibayar Rp150 Ribu

Dalam proses pemusnahan amunisi itu, warga biasanya bekerja sampai belasan hari, tergantung dari datangnya barang yang akan dimusnahkan.

Penulis: Rifqah
dok.
LEDAKAN AMUNISI GARUT - Foto diduga sumur tempat pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Senin (12/5/2025). Pemusnahan bom tak layak pakai di lokasi tersebut menewaskan 13 orang.  Dalam proses pemusnahan amunisi itu, warga biasanya bekerja sampai belasan hari, tergantung dari datangnya barang yang akan dimusnahkan. 

TRIBUNNEWS.COM - Ledakan amunisi tak layak pakai di Garut, Jawa Barat, menewaskan 13 orang terdiri dari warga sipil dan anggota TNI.

Dari 13 orang tersebut, sembilan di antaranya merupakan warga sipil yang diketahui bekerja sebagai buruh di tempat pemusnahan amunisi tersebut.

Hal itu terungkap dalam wawancara Gubernur Jabar Dedi Mulyadi dengan seorang warga bernama Agus Setiawan, saat berbincang soal aktivitas warga di tempat itu.

Agus merupakan saudara dari salah satu korban ledakan yang ditemui Dedi Mulyadi di rumah duka yang berada di Kampung Cimerak, Desa Sagara.

"Kami jadi buruh pak, buruh buka selongsong, per hari dibayar Rp 150 ribu," ujar Agus kepada Dedi Mulyadi, dikutip dari TribunJabar.id.

Dalam proses pemusnahan amunisi itu, warga biasanya bekerja sampai belasan hari, tergantung dari datangnya barang yang akan dimusnahkan.

Selain dari upah tersebut, Agus menuturkan, dirinya juga biasa menjual rongsokan dari sisa-sisa pemusnahan amunisi.

"Kadang Rp 50 ribu kadang Rp 100 ribu, ada iya (pengepulnya)," ucap Agus.

Agus mengatakan, bahkan sesepuh atau orang yang dipercaya bisa dibayar sampai Rp200 ribu per hari.

Ke depannya, Dedi Mulyadi menyebut dirinya akan menanggung biaya hidup anak-anak korban ledakan hingga kuliah.

"Untuk anak-anaknya yang belum menikah, itu menjadi tanggung jawab gubernur. Mereka pendidikannya, kehidupan sehari-harinya, biar nanti kami yang mengambil alih tanggung jawab itu," ujar Dedi Mulyadi kepada awak media.

Baca juga: Imparsial Sebut Ledakan Amunisi di Garut karena TNI Sibuk Urus Masalah Sipil Ketimbang Pertahanan

Lebih lanjut, Dedi Mulyadi juga menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menyalurkan santunan sebesar Rp50 juta kepada setiap keluarga korban. 

Dana tersebut diperuntukkan bagi biaya pemulasaraan jenazah.

"Itulah bentuk bantuan yang kami sediakan. Nilainya Rp50 juta per orang. Bagi yang masih sekolah, bantuan bisa berlanjut hingga jenjang kuliah," ujarnya.

Seluruh Jenazah Korban Ledakan Sudah Diserahkan ke Keluarga

Sembilan warga sipil korban ledakan amunisi tersebut sudah diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan di kampung halaman masing-masing.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana, mengonfirmasi bahwa proses penyerahan seluruh jenazah telah selesai dilakukan. 

"Hari ini, tiga jenazah terakhir telah diberangkatkan ke Desa Sagara untuk dimakamkan, terimakasih kepada semua yang bekerja dari anggota TNI-Polri dan nakes," ujar Nurdin kepada Tribunjabar.id, Selasa (13/5/2025) malam, dikutip dari TribunJabar.id.

Nurdin mengatakan, pemakaman berlangsung dengan penuh haru, tangis keluarga dan warga pecah saat prosesi pelepasan jenazah dilaksanakan. 

Atas kejadian yang menciptakan duka mendalam bagi keluarga korban ini, Nurdin menyampaikan, pihaknya atas nama Pemerintah Kabupaten Garut mengucapkan turut berdukacita.

"Semoga para korban mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan," ungkapnya.

Untuk keluarga korban, akan disediakan trauma healing setelah kejadian yang menimpa mereka itu.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana,Pemberdayaan, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana.

Dia mengatakan, pihaknya akan mendampingi keluarga korban dalam proses trauma healing tersebut.

"Kita terjunkan 9 orang, kita akan dampingi untuk proses trauma healing," ujarnya kepada Tribunjabar.id.

Identitas Korban

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Kristomei Sianturi mengungkapkan, ada sembilan warga sipil dan empat anggota TNI yang turut menjadi korban tewas dalam peristiwa tersebut, salah satunya adalah Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Kepala Gudang Pusat Munisi III.

"Korban-korban yang meninggal dunia di lokasi ledakan saat ini sudah dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk untuk otopsi dan pemulasaran jenazah," ujar Mayjen Kristomei Sianturi, dikutip dari TribunJabar.id.

Direktur RSUD Pameungpeuk, Lulu Fahrizah Balqis menyampaikan kondisi 13 jenazah yang berada di RSUD Pameungpeuk, ada yang masih utuh dan ada juga yang sudah terpecah-pecah badannya.

"Jenazah sudah dimasukkan ke dalam kantong-kantong jenazah, ada yang memang kondisi utuh dan sudah terpecah-pecah," katanya dalam siaran Kompas TV.

Pihak rumah sakit, sambung Lulu, telah menerima identitas 13 jenazah tersebut sambil mendapatkan bantuan dokter forensik dari satuan TNI di sana.

"Kalau untuk korban luka-luka kami belum mendapatkan laporannya. Jarak dari RS ke Cibalong itu sekitar 6 KM," katanya.

Berikut daftar lengkap identitas 13 korban yang tewas tersebut:

  1. AGUS BIN KASMIN, alamat Kp. Cimerak Kec. Cibalong (MD).
  2. IPAN BIN OBAR, alamat Kp Cimerak Kec. Cibalong (MD).
  3. ANWAR BIN INON,alamat Kp. Cidahon Kec. Pameungpeuk (MD).
  4. ENDANG, alamat Singajaya (MD).
  5. YUS IBING BIN INON, alamat Kp. Cidahon Kec. Pameungpeuk (MD).
  6. IYUS RIJAL, alamat Kp. Cimerak Kec. Cibalong (MD).
  7. TOTO, Alamat Kp. Cimerak Kec. Cibalong (MD).
  8. DADANG, alamat Kp. Sakambangan Kec. cibalong (MD).
  9. RUSTIAWAN, alamat Kp. Cimerak Kec. Cibalong (MD).
  10. Kolonel CPL ANTONIUS HERMAWAN. ST. MM, Tim GUPUSMI 3 Jakarta (MD).
  11. Mayor CPL ANDA ROHANDA, Tim GUPUSMI 3 Jakarta (MD).
  12. KOPDA ERI DWI PRIAMBODO, Tim GUPUSMI 3 Jakarta (MD).
  13. PRATU APRIL SETIAWAN, Tim GUPUSMI 3 Jakarta (MD).

Warga Diduga Mendekat Incar Sisa Tembaga dari Granat

Kristomei juga mengungkapkan, lahan yang digunakan untuk lokasi peledakan merupakan lahan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Garut, yang memang rutin dilakukan dan lokasinya jauh dari pemukiman warga.

"Lahan yang sudah rutin digunakan untuk pemusnahan amunisi expired," ujarnya.

Kristomei juga mengungkapkan alasan warga sipil yang biasanya mendatangi lokasi saat ada aktivitas peledakan amunisi kedaluwarsa itu.

Mereka datang dengan tujuan mengambil sisa-sisa serpihan amunisi untuk dikumpulkan.

"Tembaga atau besi bekas dari granat atau mortir, itu yang biasanya masyarakat ambil," ujarnya.

Menurut warga setempat, kegiatan semacam ini memang sudah sering dilakukan sebelumnya.

Saat ada kegiatan itu, para warga biasanya juga telah mendapat imbauan agar menjauh dari lokasi.

“Sudah beberapa kali ada pemusnahan di sini. Warga biasa diperingatkan agar tidak mendekat,” ujar jurnalis Kompas TV, Ridwan Mustafa dalam laporan live Breaking News Kompas TV, Senin.  

Sejumlah saksi mata menyebut bahwa sebelum pemusnahan dilakukan, sudah ada pemberitahuan dari petugas kepada warga untuk menjauh.

Namun, berbeda dari sebelumnya, kali ini pemusnahan justru menimbulkan petaka hingga menewaskan belasan orang.

Korban ditemukan di sekitar titik ledakan dan beberapa langsung dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk, Garut Selatan.

Saat ini, lokasi kejadian sudah disterilkan oleh petugas dan tidak diperbolehkan diakses oleh warga maupun pihak yang tidak berkepentingan.

Kronologi

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan kronologis kejadian yang menewaskan 13 orang itu.

Sejak awal, menurut Brigjen Wahyu, tim penyusun amunisi dari TNI sudah melaksanakan pengecekan personel dan lokasi hingga dinyatakan aman untuk dilakukan pemusnahan.

"Tim penyusun amunisi ini menyiapkan dua lubang sumur, lalu tim pengamanan masuk dan dinyatakan aman hingga dilakukan peledakan di dua sumur tadi," katanya, dikutip dari TribunJabar.id.

Tim kemudian menyiapkan satu lubang di luar dua sumur tadi untuk menghancurkan sisa detonator yang ada.

Saat tim menyusun amunisi aktif tak layak pakai di lubang itu, terjadilah ledakan yang menewaskan 13 orang tersebut.

"Nah, saat tim penyusun tim amunisi menyusun amunisi aktif yang tak layak pakai di lubang itu, tiba-tiba terjadi ledakan hingga akibatkan 13 orang meninggal dunia karena ledakan," ujarnya.

Saat ini, Brigjen Wahyu mengatakan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan aparat terkait untuk mengamankan lokasi ledakan sampai aman bagi warga.

"Lokasi disterilkan petugas khawatir masih ada beberapa bahan bahaya yang perlu diamankan. Soal penyebabnya masih dilakukan penyidikan oleh TNI AD, termasuk korban sipil," katanya.

"Kami segenap keluarga besar TNI berbela sungkawa. TNI yang menjadi korban musibah ini merupakan prajurit yang miliki dedikasi tinggi dan kami juga duka cita atas meninggalnya warga sipil," ujarnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Kerja di Tempat Pemusnahan Amunisi Dibayar Rp 150 Ribu Per Hari, Ditambah Hasil Jual Sisa Rongsok

(Tribunnews.com/Rifqah) (TribunJabar.id/Sidqi Al Ghifari/Muhamad Nandri)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved