Selasa, 7 Oktober 2025

Bocah SMP yang Tusuk Kakek, Disdik Purwakarta: Pendidikan Tanpa Dukungan Keluarga Jadi Omong Kosong

Dinas Pendidikan Purwakarta sebut pendidikan tanpa adanya dukungan dari keluarga dan masyarakat hanyalah omong kosong belaka

TribunJabar.id/Istimewa
KAKEK DIBACOK CUCU - Kondisi TKP tindakan kekerasan terhadap kakek yang diduga dilakukan oleh cucunya di Perumahan Ciganea Indah, Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Minggu (27/4/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang bocah SMP berinisial ALH menusuki kakeknya sendiri di Purwakarta, Jawa Barat.

Tak sendiri, ia juga dibantu temannya yang berinisial RAW.

Kini, kakeknya yang bernama Suyono (69) dirawat di RSUD Bayu Asih Purwakarta karena sejumlah luka tusuk di tubuhnya.

Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta, Purwanto yang mengetahui kasus ini pun mengaku prihatin.

Ia menyebut kasus ini adalah kasus di luar nalar.

Purwanto mempertanyakan, bagaimana bisa, anak kelas tujuh dan sembilan SMP melakukan hal yang seharusnya tak terbayangkan oleh anak seusianya.

“Ini kasus di luar nalar."

"Anak kelas 7 dan kelas 9 melakukan hal yang seharusnya tak terbayangkan. Kami sudah dalami kasus ini."

"ALH, sudah tidak punya ibu, ayahnya pun pisah."

"Sekarang diasuh kakek dan neneknya. Tapi bagaimana dia bisa sampai berbuat seperti itu?” ujar Purwanto saat ditemui Tribunjabar.id, Senin (28/4/2025).

Ia menyebut bahwa kasus ini merupakan efek dari lemahnya pengawasan keluarga dan minimnya dukungan dari lingkungan sekitar.

Baca juga: Detik-detik Bocah SMP Bacok Kakeknya Sendiri di Purwakarta, Korban Dibungkus saat Masih Hidup

Padahal, pihak sekolah sudah menerapkan aturan tegas seperti dilarang membawa motor, larangan pulang larut malam, hingga pembatasan penggunaan HP.

Namun, aturan itu kerap diabaikan, bahkan oleh orang tuanya sendiri.

“Anak ini sering nongkrong bawa motor malam-malam. Masyarakat diam. Enggak ada yang menegur. Orang tua pun tetap kasih motor dan HP. Kita ini seperti melawan arus,” ucapnya.

Menurut penelusurannya, kedua siswa tersebut ternyata beberapa kali dapat teguran dari pihak sekolah atas perilaku bermasalah mereka.

Pihak sekolah pun memutuskan untuk mengeluarkan dua siswa tersebut dari sekolah.

“Sekolah sudah tidak sanggup lagi. Kami akan kembalikan ke orang tuanya. Hak pendidikan mereka masih akan kami bantu arahkan, tapi pola seperti ini tidak bisa dilanjutkan," ujarnya.

Ia juga menyebut bahwa pendidikan tanpa adanya dukungan dari keluarga dan masyarakat hanyalah omong kosong belaka.

"Tanpa dukungan keluarga dan masyarakat, pendidikan jadi omong kosong," ucap Purwanto.

Kasus ini, ujar Purwanto, merupakan gambaran sistem pendidikan yang tidak didukung oleh lingkungan sekitar.

“Kalau orang tua dan masyarakat tidak ikut mendidik, maka sekolah tidak punya daya. Kita perlu sinergi, bukan sekadar seremonial,” katanya.

Diketahui, Suyono ditemukan tergeletak bersimbah darah di dalam warungnya.

AKP M Arwin Bahar selaku Kasat Reskrim Polres Purwakarta menuturkan, korban pertama kali ditemukan oleh tetangganya bernama Hendrik.

Ia menyebut, Hendrik curiga karena tidak melihat aktivitas seperti biasanya di warung milik Suyono.

Saat mengintip ke dalam warung, Hendrik mengaku terkejut karena melihat korban tergeletak di lantai, bersimbah darah.

Baca juga: Bocah SMP Bacok Kakeknya hingga Kritis di Purwakarta, Sempat Ribut Masalah Motor

“Saya dikasih tahu istri, katanya ada yang aneh di rumah Pak Suyono. Pas saya ke sana, pintu rumah agak terbuka. Saya ngintip ke warung, Pak Suyono udah tergeletak di bawah, banyak darah,"

Beruntung, Hendrik yang masuk ke rumah masih menemukan korban dalam keadaan hidup.

"Saya buka rolling door, ternyata beliau masih hidup, penuh luka,” ucap Hendrik.

Meski dalam kondisi kritis, Suyono berbisik lirih saat ditanya siapa pelaku yang menganiayanya.

Hendrik menyebut Suyono menyebutkan nama cucunya, ALH.

Korban pun langsung dievakuasi ke RSUD Bayu Asih Purwakarta.

Mengutip TribunJabar.id, warga yang mengetahui hal tersebut pun langsung mencari ALH.

Motif dari aksi ini adalah karena ALH sakit hati kerap dimarahi.

Amarahnya memuncak saat hari kejadian dimarahi oleh korban karena memakai motor hingga pulang terlambat.

“Motornya dipakai ALH dari malam, jadi Pak Suyono enggak bisa antar istrinya ke pasar. Mungkin karena ditegur, dia marah dan langsung bertindak brutal,” ujar Hendrik.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul 'Di Luar Nalar' Kasus Cucu di Purwakarta Rencanakan Pembunuhan pada Kakek yang Rawat sejak Kecil

(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Deanza Falevi)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved