Selasa, 7 Oktober 2025

Siswa SMK Ditembak Polisi

Siswa SMK yang Ditembak Polisi Disebut Anggota Gangster, Keluarga: Di Rumah Hanya Main Bareng Kucing

Keluarga membantah bahwa GRO (17), siswa SMK N 4 Semarang, Jawa Tengah yang mati ditembak polisi disebut sebagai anggota gangster.

Trubunjateng.com/ Agus Iswadi
Kepolisian melakukan ekshumasi makam siswa SMK Negeri 4 Semarang, GRO (17) di TPU Bangunrejo, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen pada Jumat (29/11/2024) siang. Keluarga membantah bahwa GRO yang mati ditembak polisi disebut sebagai anggota gangster. 

TRIBUNNEWS.COM - Keluarga membantah bahwa GRO (17), siswa SMKN 4 Semarang, Jawa Tengah yang mati ditembak polisi disebut sebagai anggota gangster.

Budhe GRO, Diah Pitasari, mengaku sangat mengenal sosok keponakannya itu.

Pasalnya, dirinya tinggal tak jauh dari rumah korban, hanya berjarak beberapa meter saja.

Selain itu, Diah juga ikut merawat GRO sejak ibu korban meninggal dunia.

"Saya budenya, rumahnya kita kan berdekatan, ya, tidak begitu jauh, sejak mamanya meninggal, saya ikut, paling tidak tahu, tahu persis perkembangan Gamma saya tahu, hampir setiap hari ke rumah utinya, karena Gamma tinggal di situ," ucap Diah dilansir TribunSolo.com, Jumat (29/11/2024).

Menurutnya, semasa hidup, almarhum hanya bermain dengan kucing kesayangannya ketika di rumah.

"Kita kaget sekali dibilang kayak gangster, tidak mungkin lah, mainannya kucing kalau di rumah," tuturnya.

Sementara itu, kakek GRO, Siman mengatakan, cucunya adalah sosok yang pendiam, penurut, dan tidak nakal.

"Bagus orangnya, pendiam, tidak nakal, penurut. Kalau dia tidak diajak ngomong, tidak banyak ngomong dia," ungkapnya.

Siman menyebut, cucunya terakhir pulang ke Sragen pada saat Lebaran tahun 2024 lalu.

"Biasanya kalau ke Sragen pas lebaran atau libur sekolah," ujarnya.

Baca juga: Teman Pelajar SMK Semarang yang Ditembak Mati: Tolong Pak Polisi Tunjukkan Bukti yang Disembunyikan

Ungkap Kejanggalan

Diah Pitasari juga mengungkapkan kejanggalan yang dilakukan polisi dalam mengusut kasus ini.

Salah satu yang dinilai tidak beres oleh Diah adalah terlambatnya informasi dari polisi soal kematian keponakannya.

Ia mengatakan, berdasarkan pemberitaan, korban meninggal dunia pada Minggu 24, November 2024 pukul 02.00 WIB.

Namun, keluarga baru dikabari bahwa GRO tewas pada siang harinya, pukul 12.27 WIB.

"Kita belum tahu, kita yang tidak terima, Gamma disebut gangster itu lho, janggalnya sampai kita menerima berita kok lama sekali, kalau di berita Gamma meninggal jam 02.00 WIB, kita menerima berita 12.27 WIB siang," katanya.

"Itu pun pas di kamar jenazah, Gamma sudah dikain kafani, hanya dibuka wajahnya, kita diminta memastikan itu Gamma, tidak lihat tubuh," sambungnya.

Bukan hanya itu, menurut Diah, pada Minggu sekitar waktu subuh, ada anggota polisi yang mencari informasi mengenai GRO ke tetangga sekitar.

"Kata tetangga sekitar subuh itu ada anggota yang mencari keberadaan Gamma, tapi tidak ditemukan, karena pada saat kejadian, tidak ada data, hanya diketahui berdasar sidik jari, yang mengarah ke alamat utinya."

"Yang pertama ditanya, tetangga itu tidak tahu siapa Gamma, jam 08.00-09.00, ada anggota yang menyisir, kebetulan tahu, kan sudah tahu posisi korban di mana, mengapa kita tahu 12.27 WIB, itu pun yang memberi kabar bukan anggota," terangnya.

Prarekonstruksi kasus penembakan siswa SMK Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2024).
Prarekonstruksi kasus penembakan siswa SMK Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2024). (Tribunjateng.com/ Iwan Arifianto)

Selain itu, Diah Pitasari juga menceritakan keberadaan GRO sebelum meninggal dunia.

Menurutnya, GRO sempat pamit kepada neneknya hendak latihan pencak silat.

"Saat itu izin ke uti-nya, saya di luar kota, keluar rumah utinya itu 19.30 WIB, setelah salat isya kalau malam minggu pamitnya mau pencak silat," ungkapnya.

Kemudian, sambung Diah, sekitar pukul 23.30 WIB, GRO ditelepon oleh ayahnya.

Saat ditelepon, GRO mengatakan kepada sang ayah bahwa latihan pencak silatnya sudah selesai.

Akan tetapi, dirinya tak langsung pulang karena makan malam terlebih dahulu bersama teman-temannya.

GRO mengatakan kepada ayahnya ia sedang menunggu makanan yang dipesan.

"Setelah itu lost contact, ditelepon berdering, tapi tidak diangkat, kita sampai siang masih mencari, ayahnya WA-nan sama saya," jelasnya.

Menurutnya, karena tidak bisa dihubungi, keluarga langsung mencari keberadaan GRO.

"Satu jam sebelum polisi menghubungi, kita masih mencari, terus polisi menghubungi kita pukul 12.27 WIB, disuruh datang ke kamar jenazah RS Kariadi," ujarnya.

Polda Jateng Lakukan Ekshumasi

Polda Jawa Tengah telah melaksanakan pembongkaran makam GRO di TPU Bangunrejo, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, pada Jumat siang.

Siman mengaku ikhlas makam cucunya dibongkar untuk keperluan ekshumasi.

Siman yang datang langsung ke TPU untuk melihat proses pembongkaran makam cucunya, mengaku menyetujui langkah ini.

"Iya setuju (makam dibongkar), demi keadilan, biar prosesnya biar berjalan dengan lancar."

"Biar tahu barang buktinya, anak ini meninggal karena apa, keluarga ikhlas," ujar Siman.

Sebelumnya, Siman belum mengetahui cucunya meninggal karena ditembak.

Saat jenazah cucunya akan diekshumasi, Siman baru mengetahui bahwa GRO meninggal dunia karena ditembak.

Ia mengatakan, saat jenazah tiba di Sragen, dirinya hanya melihat wajah sang cucu sehingga tak mengetahui ada luka tembak di tubuh GRO.

"Yang dibuka hanya wajahnya saja, ingin tahu, cucu saya atau tidak, iya benar cucu saya."

"Waktu dibuka sudah ditata rapi, sudah dikafani seperti orang meninggal, kondisi perut belum tahu, yang tahu baru area muka saja," pungkasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul: Keseharian Siswa SMK Ditembak di Semarang Semasa Masih Hidup, di Rumah Hanya Bermain Bersama Kucing.

(Tribunnews.com/Deni)(TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved