Kamis, 2 Oktober 2025

Solo Eksotis dalam Bingkai Seni Jalanan, Hangat Puisi Sapardi Djoko Damono dan Segelas Kopi

Kopi, puisi dan karya seni jalanan menjadi pesona tersendiri bagi wisata urban art di Kota Surakarta.

|
Editor: Arif Fajar Nasucha
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Imam (32) warga Boyolali, yang menjajakan kopi juga pemilik Kedai Kopi Konco Kopi, di kawasan Jalan Gatsu, Solo. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) 

Hujan Bulan Juni, puisi itu menjadi satu di antara puisi-puisi karya pujangga Sapardi Djoko Damono yang dibacakan malam itu dalam gelaran pembacaan puisi.

Sebuah gelaran pembacaan puisi bertajuk 'Panggung Pujangga Membaca Sapardi' terkemas dengan sederhana, panggung sama rata dengan para khalayak yang menyaksikan.

Panggung Pujangga Membaca Sapardi digelar di emperan salah satu toko bermural wajah Sapardi, bersanding dengan mural para penyair lainnya.

Gelaran Panggung Pujangga 'Membaca Sapardi', digagas Solo is Solo, di Koridor Gatsu, Surakarta.
Gelaran Panggung Pujangga 'Membaca Sapardi', digagas Solo is Solo, di Koridor Gatsu, Surakarta. (ISTIMEWA)

Uniknya gelaran Panggung Pujangga Membaca Sapardi membuka ruang bebas bagi warga umum untuk berekspresi membaca karya-karya Sapardi Djoko Damono di ruang publik.

Terlihat beberapa warga dari berbagai profesi dan pegiat kota Solo turut berpartisipasi membaca puisi pada malam itu, dari mulai mahasiswa, jurnalis, guru, pedagang, hingga manajer hotel berbintang, semua antusias membaca karya-karya pujangga asal Surakarta tersebut.

Panggung Pujangga Membaca Sapardi merupakan salah satu acara street art mingguan bertajuk 'Solo di Waktu Malam' yang digelar Solo is Solo berkolaborasi dengan Solo Art Market pada setiap akhir pekan di trotoar Koridor Gatsu.

Solo is Solo merupakan pengelola kegiatan seni juga yang berkaitan dengan seni mural di kawasan tersebut.

Irul Hidayat, Direktur Solo is Solo, menyebut kegiatan Panggung Pujangga yang digagas bersama Heru Mataya dari Mataya Herittage, akan menjadi acara berkelanjutan.

Penyair dan pujangga besar asal Solo lainnya yang beberapa di antaranya juga dilukis di Galeri Mural Koridor Gatsu, seperti WS Rendra, Wiji Thukul, Ronggowarsito, Kho Ping Ho, dan lain-lain, karyanya juga akan diekspresikan di ruang publik.

"Tidak hanya Panggung Pujangga, juga akan digelar artist talk, yang akan menampilkan sharing dan talk show dengan para muralis serta berbagai kegiatan performing arts lainnya di ruang publik," ujarnya kepada Tribunnews.

Irul mengatakan, Solo is Solo terus berupaya mengemas art event semacam Solo di Waktu Malam dengan memanfaatkan pesona Kota Solo itu sendiri.

"Selain sebagai wisata dan acara seni, event ini juga diupayakan sebagai wadah seniman lokal mengembangkan karya seninya, yakni lewat Solo Art Market, menambah nilai jual produk seni yang mereka hasilkan," ujarnya lagi.

Karya Seniman Lokal Eksis Lewat Solo Art Market

Jevi dan produknya Art Lab Indonesia
Jevi dan produknya Art Lab Indonesia di Solo Art Market, Surakarta. (tribunnews/garudea Prabawati)

Pantauan Tribunnews di lapangan, Solo Art Market memamerkan sekitar puluhan karya para seniman lokal dari Kota Bengawan.

Ada produk seni rupa, batik hingga kerajinan tangan homemade, pengunjung pun dapat berkontribusi bersama kreator menciptakan sebuah produk kreatif.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved