Gempa Berpusat di Cianjur
Takut Gempa Susulan dan Tembok Rumah Retak-Retak, Mimin Pilih Tinggal Tenda Darurat
Mimin bersama warga di pengungsian tenda darurat dekat pemukiman kompak bersuara bahwa di tenda darurat yang disediakan Pemkab Sukabumi
Editor:
Eko Sutriyanto
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Kabupaten Sukabumi M Rizal Jalaludin
TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Seorang pengungsi di Kampung Gedurhayu RT 42, Mimin (62) mengatakan, ia terpaksa tinggal di tenda darurat yang kondisinya tidak memadai bersama warga lain.
Ia enggan ke rumah lantaran ada gempa susulan apalagi kondisi tembok rumahnya sudah retak-retak.
"Ibu milih tinggal di sini tempatnya aman sama luas tempatnya, jauh dari pohon-pohon jadi aman, jauh dari bangunan, kata Mimin kepada Tribunjabar.id, Kamis (24/11/2022) malam.
"Di sini sudah 4 hari. Rumah retak-retak, takut ada gempa susulan, takut ibu kalau malam tidur gak ada yang ngebangunin, takut kebahayaan," ujarnya.
Mimin bersama warga di pengungsian tenda darurat dekat pemukiman kompak bersuara bahwa di tenda darurat yang disediakan Pemkab Sukabumi terlalu jauh dari rumah dan minim MCK.
Baca juga: Demi Bertahan Hidup, Pengungsi di Cianjur ini terus Menerus Makan Mi Instan
Terlebih, pengungsi banyak yang memiliki anak kecil.
"Ada kekurangannya itu tenda, selimut, tempat tidur. Di sini lebih dekat, lebih aman, dekat ke rumah, WC di sini ada lebih dekat dari pada di bawah (tenda disediakan Pemda)," ucap Mimin bersama warga di pengungsian.
Mimin bercerita, untuk memasak siang hari dilakukan di rumahnya.
Namun, setiap kali memasak ia mengalami kepanikan karena gempa susulan.
Ia pun lari hingga terjatuh, terlebih ia membawa saudaranya yang sakit.
"Kalau masak di rumah aja, kalau pas ada gempa susulan ibu lari, masaknya berhenti dulu, kompor dimatiin dulu, kalau habis masak, nyuci, itu ke sini lagi," kata Mimin.
Baca juga: Mobil Rombongan Guru Al Azhar yang Terseret Longsor akibat Gempa Cianjur Ditemukan, Ada Logo Sekolah
"Bukan kerasa lagi (kalau ada gempa susulan), rumah ibu juga kan pecah-pecah, ibu lari jatuh lagi, lari jatuh lagi, belum saudara ibu sakit gak bisa jalan kaki, baju sampai di kewer-kewer (diangkat-angkat, red) saking paniknya," ujarnya.
"Mana itu rumah di samping tembok pecah, genting pada jatuh," ucap Mimin, mengusap air mata yang tiba-tiba menetes.
