Selasa, 7 Oktober 2025

FAKTA Pelecehan Sesama Jenis Guru Ngaji di Kabupaten Bandung: 3 Santri Jadi Korban, Pelaku Masih ABG

Berikut fakta-fakta kasus pelecehan guru ngaji di Kabupaten Bandung. Korban berjumlah 3 orang dan pelaku masih berusia ABG.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Arif Fajar Nasucha
Tribun Jabar/Lutfi Ahmad Mauludin
Tersangka oknum guru ngaji yang lakukan pelecehan sesama jenis terhadap santrinya, YHS alias H tertunduk saat diamankan di Mapolresta Bandung pada Senin (24/10/2022). Berikut fakta-fakta kasusnya: 

TRIBUNNEWS.COM - Kasus pelecehan sesama jenis yang dilakukan oleh oknum guru ngaji dilaporkan terjadi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Dilaporkan pelakunya berinisial YHS, anak baru gede alias ABG berumur 19 tahun.

Sementara korbannya berjumlah 3 orang yang semuanya merupakan santri pelaku sendiri.

YHS sudah melakukan aksinya berkali-kali kepada para korban selama hampir satu tahun.

Berikut fakta-fakta kasus pelecehan guru ngaji di Kabupaten Bandung dihimpun dari Kompas.com dan TribunJabar.id, Senin (24/10/2022):

Awal kasus

Baca juga: Dukun Cabul di Bandung Lecehkan Bocah Perempuan: Pelaku Berdalih Temukan Jenglot

Kasus ini bermula saat seorang ayah korban mendengar kabar jika YHS telah melakukan tindakan tak senonoh kepada para santrinya.

Karena takut, ayah korban bertanya kepada putranya.

Namun korban saat itu tidak mau mengaku telah dilecehkan oleh ustadnya.

Setelah beberapa kali didesak, korban akhirnya membongkar perbuatan pelaku.

Belakangan juga terungkap korban pencabulan pelaku berjumlah 3 orang, masing-masing berinisial AK (9), AF (9), dan MFA (9).

Beraksi sejak 2021

Kapolresta Bandung, Kombes Pol Kusworo Wibowo membenarkan kasus ini.

Ia mengatakan pelaku tercatat sebagai guru ngaji di sebuah pondok pesantren di daerah Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung.

YHS sudah melakukan aksinya hampir selama satu tahun lamanya.

Terhitung dari Agustus 2021 hingga bulan Juli 2022.

YHS mencabuli para korban secara berulang-ulang dalam kurun waktu tersebut.

"Tiga korban ini dilakukan (pencabulan) berulang-ulang di tempat yang sama, kadang lagi posisi bersebelahan, kadang posisi terpisah," kata Kusworo.

YHS kemudian berhasil ditangkap pada 20 Oktober 2022 setelah sempat bersembunyi di sejumlah daerah di Jawa Barat.

Baca juga: Fakta-fakta Guru Ngaji Cabuli 8 Muridnya di Mataram, Modus Rayu Korban dengan Uang hingga Permen

Modus pelaku

Oknum guru ngaji di Kabupaten Bandung Cabuli santrinya, YHS alias S (19) terpaksa diamankan jajaran Satreskrim Polresta Bandung lantaran mencabuli ketiga santrinya yang masih di bawah umur.
Oknum guru ngaji di Kabupaten Bandung Cabuli santrinya, YHS alias S (19) terpaksa diamankan jajaran Satreskrim Polresta Bandung lantaran mencabuli ketiga santrinya yang masih di bawah umur. (KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah)

Kusworo membeberkan, modus pelaku untuk melancarkan aksinya dengan mengajak para korban tidur bersama di rumahnya.

Sesuai jadwal memang mengaji dimulai sejak 17.00 hingga pukul 05.00 WIB.

"Sehingga korban dibujuk mau menginap di rumah pelaku. Setelah belajar mengaji, sang anak istirahat, dilakukan perbuatan cabul tersebut," beber Kusworo.

Kini YHS sudah ditetapkan sebagai tersangka karena ulahnya.

Ia dijerat pasal 82 Undang-Undang RI No 17 Tahun 2016 tentang penetapan Perppu No 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang RI No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

YHS terancam hukuman minimal paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun, atau denda Rp 6 miliar.

Baca juga: Kakek 64 Tahun Cabuli Bocah 10 Tahun, Masuk Lewat Jendela, Korban Dibekap saat Hendak Teriak

YHS pernah jadi korban

Kusworo menambahkan, motif tersangka melakukan pencabulan tidak lepas dari masa lalunya.

Saat masih remaja, YHS juga pernah menjadi korban pelecehan.

"Ternyata, tersangka ini pada awalnya merupakan korban perbuatan tidak senonoh juga, saat yang bersangkutan masih di bawah umur, sekitar SMP," tutur Kusworo.

Terakhir Kusworo berpesan kepada para orangtua agar lebih cermat memilih guru agama untuk anak-anaknya.

Selain itu penting mengajarkan anak agar mengerti bagian-bagian tubuhnya yang tidak boleh disentuh orang lain sembarangan.

"(Kalau sudah terjadi tindak pelecehan) bisa meminta tolong orang terdekatnya, agar diinformasikan kepada orang tuanya.

Supaya bisa dilakukan langlah-langkah lebih jauh, agar perbuatan ini tidak berlarut-larut kejadiannya," tandas Kusworo.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(TribunJabar.id/Lutfi Ahmad Mauludin)(Kompas.com/M. Elgana Mubarokah)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved