Sabtu, 4 Oktober 2025

Sejoli Tewas Tertabrak Mobil

Sidang Kopda Andreas, Saksi Bantu Gotong Tubuh Korban: Handi Masih Bernapas Usai Kecelakaan

Seorang saksi Syaifudin Zuhri mengatakan korban bernama Handi masih bernafas setelah terlibat kecelakaan di Nagrek.

Editor: Wahyu Aji
Tribun Jabar/Muhamad Nandri Prilatama
Persidangan pengemudi kecelakaan tabrakan Nagreg, Kopda Andreas Dwi Andoko di Pengadilan Militer Bandung, Rabu (13/4/2022). 

"Saksi berkata jangan dulu dibawa sebelum ada petugas atau keluarga datang. Namun terdakwa memerintahkan saksi dua dan tiga untuk segera masuk ke dalam mobil," tuturnya.

Singkat cerita, Kopda Andreas dipaksa Priyanto untuk memacu kendaraan pergi dari lokasi kejadian hingga akhirnya tiba di aliran Sungai Serayu, Jawa Tengah lokasi kedua korban dibuang.

Akibat dibuang ke aliran Sungai Serayu tersebut Handi meninggal dunia, ini yang membuat Priyanto sejak penyidikan sudah disangkakan pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana.

Wirdel menuturkan kondisi Handi yang masih hidup saat dibuang ke Sungai Serayu juga diperkuat bukti medis berupa hasil autopsi tim dokter forensik pada laporan Visum et Repertum.

"Pemeriksaan terhadap jenazah Handi Saputra ditemukan fakta-fakta sebagai berikut. Pada bagian tenggorokan ditemukan pasir halus menempel di dinding rongga tenggorokan," lanjut Wirdel.

Selama jalannya sidang ini Priyanto yang dihadirkan di ruang sidang utama Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta dengan mengenakan pakaian dinas TNI tampak mendengarkan pembacaan dakwaan.

Priyanto yang kini ditahan di Rutan Pomdam Jaya dihadirkan ke ruang sidang Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta dengan pengawalan ketat sejumlah personel Polisi Militer.

Priyanto bantah lakukan pembunuhan berencana

Terdakwa kasus dugaan pembunuhan berencana terkait kecelakaan di Nagreg Jawa Barat, Kolonel Inf Priyanto, membantah perbuatannya membuang korban Handi Saputra dan Salsabila dilakukan secara sistematis.

Namun demikian, Priyanto mengakui delapan catatan Hakim Anggota Kolonel Chk Surjadi Syamsir terkait rangkaian perbuatannya tersebut.

Awalnya, Surjadi menanyakan kepada Priyanto apakah delapan poin yang diakuinya tersebut dilakukan secara sistematis dan sadar.

"Dari poin-poin tersebut ini tergambarkan suatu kegiatan yang sistematis dan sadar dilakukan. Apakah itu betul?" tanya Surjadi dalam sidang pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta pada Kamis (7/4/2022).

Priyanto kemudian menjawab bahwa perbuatan-perbuatannya tersebut merupakan naluri.

Tak puas dengan jawaban Priyanto, Surjadi menanyakan lagi apakah poin-poin catatan perbuatan yang telah diakui Priyanto tersebut dilakukan secara sistematis.

Priyanto kembali mengelak, menurutnya setiap orang yang telah melakukan perbuatan jahat pasti akan berpikir di antaranya menghilangkan jejak baik dengan membuang mayat atau mengganti cat mobil.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved