Batik Solo Eksis ke Luar Negeri Walau Dihantam Pandemi, Persolek Diri Lewat Digitalisasi
Batik Solo terus menggeliat walaupun adanya pandemi, inovatif di tengah keterbatasan, lewat digitalisasi berusaha merengkuh pasar sebanyak-banyaknya.
Alpha menceritakan awal mula dirinya memiliki pegawai seorang tunarungu yang berprofesi sebagai perajin batik.
Baca juga: Inspiratif! UMKM Asal Solo Sukses Bawa Daster Batik Tembus Pasar Global
“Kemudian datanglah tiga rekan dari pegawai saya, mereka rupanya menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dari situlah muncul gagasan Batik Toeli ini,” kata Alpha.
Alpha menekankan bukan melulu soal profit semata, melalui Batik Toeli menjadi sarana pemberdayaan.
Kini empat perajin batik penyandang disabilitas tersebut terus mengasah kemampuan, sesekali mereka juga menyumbangkan ide kreatif.

"Esensinya Tuhan menciptakan kekurangan pada manusia diiringi dengan kelebihan yang dimilikinya, walaupun berkebutuhan khusus namun skill dapat ditingkatkan," ujar Alpha.
Hingga kini Batik Toeli banyak mengerjakan produk-produk fesyen batik, di antaranya kemeja, outer, tas, masker, dan masih banyak lagi.
Dan mengikuti arus pemasaran produk selama pandemi, Alpha mengaku produk karya perajin Batik Toeli kini kencang dipasarkan lewat online.
Sosial media menjadi tempat untuk memamerkan dan menjual karya mereka.
Memperkenalkan diri lewat digital, membuat Batik Toeli juga menjadi rujukan edukasi, beberapa kali mereka menerima kunjungan baik dari sekolah, hingga wisatawan asing.
“Terakhir kemarin kami dapat kunjungan pelajar dari Nusa Tenggara Timur (NTT), kami belajar bersama, berbagi bersama,” tutur Alpha.
Sabar dan Konsisten

“Pokoknya harus sabar dan konsisten, ketika satu bulan tidak laku ya harus tetap gigih mempromosikan produk kreatif yang dimiliki,” ujar Mustafa, Pemilik Batik Kalimataya Solo, saat berbicang dengan Tribunnews, Sabtu (21/8/2021).
“Satu bulan nggak laku pokoknya terus konsisten kita upload foto, kita mengiklankan produk kita dan mencari pasar, kita olah terus sosial media kita,” lanjutnya.
Senada dengan sebagian besar pelaku industri kreatif batik di Solo Lainnya, usaha milik Mustafa juga terdampak pandemi Covid-19.
Bahkan dirinya mengaku omzet dan permintaan pasar per bulan anjlok hingga 80 persen.