Kamis, 2 Oktober 2025

Wawancara Eksklusif

Walikota Madiun Mainkan Lampu Kota untuk Kendalikan Virus Covid-19 (2)

Walikota Madiun memainkan lampu kota untuk mengendalikan virus covid-19 dan pertumbuhan eknomi. Hasilnya? Simak wawancara eksklusif

Editor: cecep burdansyah
IslamiCity Media
Suasana magrib di Kota Madiun 

Wawamcata Eksklusif dengan Walikota Madiun

Baca juga: Wali Kota Madiun Jebloskan Warga yang Reaktif Covid ke Tahanan Militer (1)

Pandemi Covid-19 memukul sektor ekonomi di Indonesia, termasuk kabupaten/kota di Jawa Timur. Satu di antaranya adalah Kota Madiun yang pertumbuhan ekonominya pada tiga bulan lalu minus 2.

Kondisi ini justru membuat Wali Kota Madiun Maidi semakin gigih mengendalikan Covid-10 dengan berbagai terobosan. Seperti mematikan lampu di Kota Madiun pada malam hari agar orang tidak berkurumun dan tetap berada di rumah untuk istirahat.

Hasilnya, Covid-19 di Kota Madiun pun bisa dikendalikan. Setelah itu Wali Kota Maidi berupaya menggenjot sektor ekonomi hingga akhirnya mengalami pertumbuhan yang cukup bagus.
"Pertumbuhan ekonomi kita 0,7, jadi sudah bergerak. Dengan provinsi lebih baik kita, dengan nasional lebih baik kita," ungkapnya.

Selengkapnya simak lanjutan wawancara eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network/Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra dengan Wali Kota Maidi di Balai Kota Madiun, Rabu (21/4).

Pak Maidi, bagaimana kondisi Covid-19 di wilayah Kota Madiun, ada berapa kasus sampai hari ini?

Jadi sampai hari ini, yang kena Covid-19 sekitar 1.600 orang. Dari hari ke hari sebelum hari raya memang saya masif mencari warga yang kontak dengan yang kena.

Hari ini kebetulan kami sudah punya mesin PCR tapi kami sewa. Saya cek semua. Kemarin saya ngecek 23 orang. Dari 23 orang yang reaktif sembilan orang.

Saya cek semua. Saya tidak khawatir, tidak gengsi, manakala saya mencari warga yang reaktif ini kita masukan, segera kita sembuhkan.

Tetapi saya mencari bukan saya biarkan. Karena saya punya mesin. Bagaimana secepatnya agar masyarakat Kota Madiun ini sehat.

Ini yang menjadi tugas berat tim medis saya. Sehingga segera, masif untuk tracing. Dengan cara seperti itu, kalau ada warga yang belum terlalu parah bisa sembuh.

Apalagi saya masif vaksin juga. Vaksin kita masifkan. Tracing kita masifkan. Kalau ada yang reaktif segera kita masifkan.

Jadi kondisi-kondisi ini merupakan suatu kewajiban dan skala prioritas. Karena Covid-19 belum ada obatnya. Orang yang sudah kena segera kita obati, yang belum kena segera kita vaksin.

Pak Maidi, pemerintah sejak 13 Januari melakukan vaksinasi, bisa diceritakan target vaksinasi di Kota Madiun itu berapa dan yang sudah divaksin tahap kedua ini berapa, serta persentasenya berapa?
Jadi vaksinasi kita target 19 ribu sekian, dari 210 ribu penduduk. Saat ini sudah berjalan, sudah sampai 16 ribu sekian, jadi masih kurang tiga ribuan.

Untuk vaksin yang ada di kota, mau hari raya saya prioritaskan orang yang sering menghadapi orang banyak.

Contohnya, pedagang pasar, pasar tradisional, swalayan, semua kita dulukan, minggu ini selesai. Termasuk pegawai bank.

Habis itu baru lansia. Sehingga yang rentan bertemu dengan orang banyak, kami dahulukan. Jadi jangan sampai mereka yang melayani orang banyak, kena.

Pak Maidi, so far, sejauh ini apakah ada warga Kota Madiun yang menolak divaksin?

Nggak ada, malah antre. Setiap hari saya di-WA, Pak Wali kapan saya divaksin, Pak Wali saya kapan.
Guru semuanya, ini tadi dosen semuanya sudah, ini segera dicukupi.

Repotnya, vaksin terbatas, yang minta semakin banyak. Malah ada, Pak Maidi, nggak apa-apa saya mau beli sendiri, cepet Pak Wali. Maunya dia pingin cepet, tapi karena terbatas, kita dahulukan yang prioritas.

Covid-19 ini memukul banyak sekali sektor, terutama sektor ekonomi. Nah, sejauh ini kondisi ekonomi di Kota Madiun itu, minus, nol, atau plus, sampai akhir 2020 ini.

Jadi gini, kita pernah minus, minusnya itu tiga bulan yang lalu. Karena saya rem benar, karena Covid-19 itu saya rem. Saya melindungi warga. Malam itu lampu saya matikan.

Logikanya begini, kalau orang itu berkerumun, ada petugas itu pergi semua, petugas pergi dia balik lagi.
Nah susah kalau caranya gini. Akhirnya lampu saya matikan. Habis itu, mal jam 20.00 tutup. Semua orang keluar dari mal tidak bisa mampir ke mana-mana. Dia langsung pulang.

Petugas kontrol, tidak ada kerumunan. Jam 23.00 saya nyalakan lagi untuk segi keamanan. Itu bisa keren.

Orang-orang tanya, pak wali kok aneh, orang tidur kok lampunya dimatikan. Logika berpikir kita, lampu dimatikan, menghindari kerumunan, orang segera pulang tidur. Dia pasti istirahat lebih dari enam jam, tujuh jam. Imun pasti bagus.

Pak itu ide dari siapa?

Saya sendiri, coba tanya itu teman-teman.

Jadi kondisi-kondisi itu kita banyak tertekan, semua kemampuan dikeluarkan, tidak ada yang manja. Semua kemampuan, kreativitas, inovatif, itu semua keluar. Piye carane, piye carane.

Nah, tadi kan sempat minus tiga bulan lalu, minus berapa?

Minus dua, saya tahu minus dua. Langsung kita gas, lampu kita hidupkan, tempat ramai kita buka, tetapi protokol kesehatan diperketat.

Siapa yang melanggar kita tutup. Siapa yang dia reaktif, tidak mau diisolasi kita kasih bendera. Akhirnya orang mau kerumunan di situ takut. Itu pola-pola kita.

Nah setelah dilakukan itu, tingkat perekonomian Kota Madiun membaik atau tidak?

Membaik, pertumbuhan ekonomi kita 0,7. Jadi sudah bergerak. Dengan provinsi lebih baik kita. Dengan nasional lebih baik kita. Kita gas, karena perkotaan itu hidupnya dari jasa.

Hidupnya ekonomi karena hidupnya lampu. Hidupnya lampu dan geraknya orang, karena lampu. Kota itu menjadi ramai.

Kalau sampeyan lihat malam hari, wuss...top itu sudah. Maccau kalah. Malam hari itu banyak orang, apalagi malam minggu, karena lampu.

Kalau lampu ini terangnya lama, transaksi ekonomi itu semakin lama. Misal, di Jalan Cokroaminoto itu, kuliner sampai pagi. Kalau lampu mati, kukut semua.

Jadi setelah saya pelajari, karena Covid-19. Pertumbuhan perekonomian itu, salah satunya dipengaruhi lampu. Berpengaruh untuk transaksi ekonomi pada malam hari.

Banyak daerah ketika terjadi Covid-19, pemerintah daerah mendorong UMKM. Pak Maidi bisa cerita nggak, UMKM yang paling menonjol di Kota Madiun itu apa?

Jadi begini, saya ngerem Covid-19 berhasil, dapat hadiah DED Rp 14,9 miliar, dari kementerian. Itu untuk ngegas ekonomi. Gimana cara ngegas ekonomi? Covid-19 kita rem, ekonomi intervensi berbasis lokal di tiap kelurahan.

Jadi orang itu tidak boleh keluar, di rumah saja. Tidak mungkin orang ini orang hidup itu tidak akan keluar.

Tapi sekitarnya ini, kita intervensi. Kebutuhannya apa saja kita cukupi, melalui UMKM yang ada di situ. Jadi, akhirnya saya buka 27 UMKM. Semua kelurahan ada.

Yang diinginkan masyarakat di kelurahan itu apa, makanan setiap pagi apa, itu tersaji semua. Sehingga akan menjadi kelurahan mandiri.

Ada bakul pecel, kelompok taninya yang menanam. Uang itu nggak akan pergi ke mana. Itu akan muter di situ.

Kalau kita mengenal kota mandiri, ini saya buat kelurahan mandiri. Dia akan memposisikan bahwa pakai produk mandiri dulu, sehingga tidak ada PHK.

Pola-pola ini yang kita lakukan, sehingga saya membuka jalur wisata, 10 kilometer, 15 kilometer, 25 kilometer, untuk ke UMKM, jalur itu. Dan posnya macem-macem. Ada yang soto Rp 2.000, memang saya latih.

Setelah Covid-19 ekonomi tidak bisa kita gas dengan cepat, kita hemat. Mantu nggak boleh prasmanan, pakai dus. Kalau pakai dus, ini ada Covid-19, dibawa pulang, dimakan orang serumah. Kalau prasmanan, makan dicoba semua, tidak dihabiskan.

Jadi pola-pola seperti ini, ada Covid-19 ini betul-betul saya akan memberikan pembelajaran kepada masyarakat.

Nah, model kayak begini ini Pak Maidi mencontoh siapa?

Pemikiran saya sendiri, tanya teman-teman itu, jadi murni inisiatif pemikiran saya sendiri. Misal, teman-teman OPD, peraturan wali kota begini.

Dia tanya, apa tujuannya pak wali. Begini, orang mantu tidak boleh prasmanan, tidak boleh kerumunan, makanan dibawa pulang. Nggak ada sisa. Akhirnya makanan dimakan sekeluarga. Akhirnya semakin hemat.

Kondisi-kondisi ini, dengan kita gas itu kita mengurangi PHK yang ada. Memang PHK yang sifatnya kuliner kecil-kecilnya, dampaknya tidak terlalu serius. Tetapi pemerintah harus hadir me-manage itu.

Pak Maidi, di kota ini, sebelum Pak Maidi menjabat menjadi wali kota, ada dua pejabat yang harus nginep di gedung merah putih sana, di KPK, di Jakarta sana. Nah, bagaimana bapak melakukan upaya agar ini tidak terulang kembali?

Jadi visi misi saya, kita itu Lima Pancasila Lima Panca Karya. Lima Panca Karya itu, Madiun pintar. Anak Madiun itu harus cerdas, saya datang saya lihat, saya harus menang.

IT harus dikuasi. Anak-anak pada hari ini, anak sekolak sebelum Covid-19, karena program saya itu, pengadaan laptop gratis untuk anak sekolah, saya pasang 1.700 WiFi, per RT, per tempat ramai ada.

Terus maksudnya apa?

Maksudnya, kalau dia nanti daring, dia punya laptop, ya sudah dia lancar. Laptop ini kan seperti genggaman dunia, membuka apa saja dia bisa.

Terus hubungannya dengan pemberantasan korupsi apa?

Ini, nanti dulu, yang kedua kita Melayani. Kita harus melayani dengan baik. Seorang pejabat melayani bukan dilayani. Setiap saya pergi ke kelurahan ke mana-mana saya pejabat belanja masalah.

Semakin banyak belanjanya masalah, teman-teman OPD kita panggil, ini bagaimana ada masalah, tugas Anda, ayo segera diselesaikan.

Yang ketiga, kita Membangun, apa yang kita bangun ini harus cepat tepat dan bermanfaat, itu untuk menghindari itu.

Artinya, bahwa semua pembangunan ini harus betul-betul bermanfaat, tidak mubazir. Ini yang diinginkan.

Tadi satu pembangunan tujuh fungsi, conecting, akhirnya hari ini banjir tidak ada, ada pohon orang sehat oksigen, ada bunga ekonomi bisa jalan, ada keramaian, satu pembangunan tujuh fungsi.
Yang keempat, kita Peduli. Peduli dengan orang-orang tidak mampu. Saya dengan OPD setiap bulan sebelum Covid-19, saya tidur di rumah orang-orang tidak mampu.

Berapa lama, dua jam?

Lho, satu malam. Satu hari satu malam. Dan saya yang terenyuh itu begini, orang itu menginginkan berumur panjang, sehat, duitnya banyak.

Setiap saya di situ, pasti narasumber saya itu orang yang usianya paling tua. Ada yang sudah 100 tahun masih hidup, saya minta sampaikan kepada warga, biar umurnya panjang bagaimana, pola hidupnya bagaimana.

Dan yang membuat terenyuh, kenapa saya ajak pejabat. Biar tidak melakukan penyelewengan.
Dia tahu orang sekecil itu, dia tidur seperti itu, susah seperti itu. Akhirnya pejabat tidak akan macem-macem.

Hikmahnya itu. Akhirnya ada sebagian rezekinya, ada pejabat yang menjadi bapak asuh lansia, bapak asuh anak sekolah, itu yang membuat saya terenyuh.

Yang kelima, terbuka. Kita terbuka, semua warga bisa mengadu ke saya. Kita bapaknya, kita harus bisa melayani. Kita terbuka, kita melayani. Jadi kalau ada apa-apa kita cepat tahu.

Inilah yang kita lakukan, mendidik seorang pejabat ini tidak usah dimarahi. Tunjukan realita yang ada.
Jadi saya beritahu gini, Dunia ini tempat meninggal, bukan tempat tinggal. Tempat tinggal itu di surganya Allah sana. Siapa yang tinggal di sana? Orang-orang yang tidak pernah pelit berbuat baik dengan orang lain.

Alhamdulillah semua pejabat bagus. Jadi saya merencanakan anggaran pendapatan dia, biar dia tidak terjadi sesuatu yang tidak kita diinginkan, kita remon (remunerasi).

Dapatnya sekian-sekian. Anda sudah cukup, untuk hidup di rumah cukup, untuk mengkuliahkan anak cukup. (radian bagus priambodo)

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved