Sabtu, 4 Oktober 2025

Dianggap Gila, Pria Ini Disekap Warga di Rumahnya, Ngaku Keberatan: Saya Ingin Bebas Lalu Bekerja

 Seorang pria disekap di rumahnya sendiri. Pria tersebut mengaku keberatan dan ingin bebas

Editor: Miftah
TribunJatim/Sofyan Arif Candra Sakti
Hengky Seryawan (27) dikurung di 'penjara' di rumah orangtuanya sendiri di Ponorogo. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria disekap di rumahnya sendiri.

Pria tersebut mengaku keberatan dan ingin bebas

Ia bahkan juga mengaku ingin bekerja.

Ada beberapa kejadian yang mungkin begitu memukul batin Hengky Setyawan (27), warga Desa Grogol, Kecamatan Sawoo Ponorogo, yang memicunya berperilaku kurang terkontrol.

Ironisnya, selama masa krisis batin itu Hengky malah disekap di dalam bangunan di belakang rumahnya. Warga sekitar menganggapnya gila, dan ia pun bak dipenjara di dalam rumah sendiri selama setahun terakhir.

Beberapa warga beralasan, Hengky dikurung lantaran seringkali meresahkan dengan perbuatannya. Apalagi ia pernah mengamuk dengan membawa senjata tajam.

Sehari-hari Hengky tinggal di ruangan berukuran 2x2,5 meter yang dibangun di belakang rumahnya dilengkapi kamar mandi dan toilet. Ia hanya tinggal bersama ibunya, sedangkan ayahnya sudah meninggal saat bekerja sebagai TKI di Malaysia.

Sehari-hari, sang ibulah yang merawat, termasuk memberi makan Hengky melalui lubang persegi panjang berukuran 20 x 10 centimeter.

Hengky sebenarnya keberatan disekap dan ingin dibebaskan. Karena siapa pun orangnya, apakah dia memang gila atau waras, mau dituding gila. "Awalnya itu saya memukul saudara saya, terus diikat tali dan dimasukkan sama warga ke sini," tutur Hengky, Rabu (17/2/2021).

Baca juga: Ayah Rudapaksa Anak hingga Hamil, Lalu Suruh Korban Berhubungan dengan ODGJ untuk Hilangkan Jejak

Baca juga: VIRAL Video Wanita Hanya Pakai Bra dan Celana Dalam, Awalnya Dikira Gila, Ternyata Habis Putus Cinta

Baca juga: Warga Babel Bakar Rumah dan Mobil di Kediaman Orang Tuanya di Pemalang, Warga Heran Karena Tak Gila

Saat ditemui, Hengky pun dengan lancar menjawab pertanyaan dan menuturkan kehidupannya, lewat perbincangan yang dipisahkan terali besi bak sebuah penjara.

Hengky melanjutkan, saat diringkus warga ia mengaku pasrah dan tidak bisa melawan karena sudah dipukuli. Setelah itu Hengky dilarikan ke RSJ Lawang, Kabupaten Malang untuk berobat.

"Pernah dibawa ke Lawang selama 35 hari. Lalu dijemput setelah berkoordinasi dengan mereka (RSJ Lawang)," lanjutnya.

Lantas apa yang membuat perilakunya tak terkendali selama masa itu? Ada beberapa kejadian, dalam ingatan Hengky.

Depresi mulai dirasakan Hengky karena sang bapak meninggal saat bekerja di Malaysia. Ia lalu diobatkan oleh saudaranya dengan imbalan tanah ayahnya.

Ada kesan, Hengky merasa bahwa saudaranya masih meminta biaya pengobatan padahal sudah mendapat imbalan tanah warisan. "Betul uangnya dari sana, tetapi kan sudah ada imbalan tanah. Jadi (kenapa) biayanya diungkit-ungkit," jelas Hengky.

Dan mungkin kejadian lain adalah saat Hengky sempat bekerja di Malaysia. Saat itu ia juga mempunyai istri dan seorang anak. "Saya sudah ditinggal istri sejak 2015. Kalau anak saya sudah ikut neneknya," tutupnya.

Sekarang pun Hengky harus melalui hari-harinya di ruangan yang bak pemasungan. Padahal ia masih muda, produktif dan ingin bekerja.

Walaupun merasa waras, Hengky bersedia jika kembali dirawat ke rumah sakit atau menjalani pengobatan lainnya. "Saya ingin bebas, lalu bekerja. Kalau begini kan tidak ada solusinya," sesal Hengky.

Ibund Hengky, Nur Hayati sendiri sebenarnya menginginkan Hengky bebas.

Menurut Nur Hayati, anak sulungnya tersebut sehat baik fisik maupun mental.

Saat SURYA.CO.ID berinteraksi dengan Hengky, pemuda tersebut juga menjawab pertanyaan dengan baik.

"Ya tidak ingin anakku dikurung sudah satu tahun lebih seperti itu. Saya sendiri juga jadi tidak bisa ke mana-mana, tidak ada pemasukan," kata Nur Hayati, Kamis (18/2/2021).

Jika memang tidak diterima di lingkungannya, Nur Hayati mengatakan ia dan Hengky juga bersedia untuk pindah.

"Inginnya anak saya bebas, kalau tidak boleh di sini ya di mana gitu, namanya anak tidak rela digitukan," lanjutnya.

Nur Hayati sendiri sebenarnya yakin anaknya tidak akan berbuat ulah yang membahayakan orang lain, kecuali dengan keluarga paman dan tantenya.

"Masalahnya sama buleknya saja. Sama orang lain tidak ada," jelasnya.

Hengky tidak suka saat dibanding-bandingkan oleh tantenya dengan orang lain.

"Saya ngobrol setiap hari dengan Hengky ya nyambung. Kata orang gini gitu ya biarin saja, yang lebih paham saya," lanjutnya.

Hengky sendiri sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Lawang, Kabupaten Malang.

Setelah lebih kurang sebulan, Hengky diperbolehkan pulang ke Ponorogo. Namun, warga sekitar masih khawatir Hengky berbuat ulah dan membahayakan orang lain.

Warga pun menginginkan agar Hengky dikurung di ruangan sempit, di belakang rumahnya tersebut.

(Surya/Sofyan Arif Candra Sakti)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Nasib Miris Warga Ponorogo Dikurung di Ruangan Sempit, Sang Ibu Ingin Anaknya Bebas dan Pria Ponorogo Ini Keberatan Disekap Karena Dituding Gila : Saya Ingin Bekerja!

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved