Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Suaminya Jadi Korban Sriwijaya Air SJ 182, sang Istri Ungkap Pesan Terakhir: Jaga Kesehatan Ya Bu
Kholifah membagikan momen-momen terakhirnya bersama suami sebelum menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
TRIBUNNEWS.COM - Warga Desa Toto Makmur, Tulang Bawang Barat, Lampung bernama Kholifah membagikan momen-momen terakhirnya bersama sang suami sebelum menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Perempuan berumur 32 tahun ini, mengaku mendapatkan video call terakhir dari suaminya, Sugiono Effendi (35).
"Belum berangkat (take off), masih delay. Jaga kesehatan ya, Bu," demikian percakapan terakhir Kholifah dengan suami pada hari insiden tersebut terjadi.
Kenangan itu diungkapkannya kepada Ketua Tim Trauma Healing Biro SDM Polda Lampung, AKBP Yuni di kediamannya, Senin (11/1/2021) siang.
Video call itu terjadi sekitar 10 menit sebelum pesawat tujuan Pontianak itu lepas landas pada Sabtu (9/1/2021) sekitar pukul 13.30 WIB.
Baca juga: Minta Dibersihkan Kamarnya, Ini Permintaan Terakhir Pramugari Korban Sriwijaya Air ke Orang Tuanya
"Video call cuma bilang pesawatnya delay, sudah itu nggak bisa dihubungi lagi," kata Kholifah.
Kholifah masih berharap tidak terjadi apa-apa kepada sang suami.
Namun, dia menyerahkan seluruhnya pada takdir dari Yang Maha Kuasa.
Menurut Kholifah, suaminya memang bekerja di Pontianak sebagai buruh bangunan.
Sugiono pulang untuk mencari tambahan tenaga kerja di sana.
Selama di Lampung pada pekan kemarin, Sugiono mengajak Pipit Piyono (25) dan Yohanes (27), tetangga satu kampung untuk diajak bekerja di Pontianak.
Sementara itu, Yuni mengungkapkan, kehadiran tim psikolog untuk membantu keluarga korban mengatasi kecemasan di tengah masa menunggu kepastian atas kecelakaan tersebut.
Baca juga: Penyerahan Jenazah Okky Bisma Korban Sriwijaya Air SJ-182 Masih Tunggu Proses Penanganan
"Mereka (keluarga korban) sudah pasti dilanda kecemasan, menunggu kepastian kabar dari anggota keluarga mereka itu," kata Yuni.
Upaya pendampingan ini, kata Yuni, adalah untuk membantu melewati masa krisis di kejiwaan keluarga korban.
"Apalagi saat ini di masa pandemi. Harapan kami, kecemasan ini tidak menurunkan imun mereka," kata Yuni.