Semangat Perjuangan Warga Dukuh Butuh Lestarikan Wayang Kulit untuk Indonesia
Dukuh Sidowarno, satu dari tiga sentra kerajinan di Indonesia yang dikenal menghasilkan wayang kulit gagrak alias gaya Surakarta
TRIBUNNEWS.COM – Setelah melintasi sungai Bengawan Solo, Pasar Sidowarno menyapa dengan hiruk pikuk warga beraktivitas.
Lalu belok ke utara sekian ratus meter, jumpalah dengan dua tiang berdiri tegak berlatar sebuah pohon mekar kehijauan.
Itulah bangunan gapura bertuliskan “Dk Butuh Sidowarno Kampung Berseri Astra Klaten”.
Gapura itu menandai lokasi sisi timur Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.
Yakni sebagai kampung, juga merupakan satu dari tiga sentra kerajinan di Indonesia yang dikenal menghasilkan wayang kulit gagrak alias gaya Surakarta.

Tak jauh, pria paruh baya terlihat memegang sebuah gapit berbahan tanduk kerbau lengkap dengan wayang kulit.
Baca juga: Jelang Akhir Tahun, Perusahaan Otomotif Grup Astra Ekspor ke Pasar Global
“Inilah Sang Hyang Wisnu, dewa bagi Hindu,” ucap Saiman, mengenalkan salah satu tokoh wayang kulit produk asli Dukuh Butuh.
Saiman, saat ditemui Tribunnews.com Sabtu (26/12/2020), mengatakan, ia merupakan pengrajin yang tersisa di Dukuh Butuh serta masih berkegiatan kerajinan wayang kulit.
Selain dirinya, hanya tersisa puluhan pengrajin yang masih bisa menatah atau memahat bahan kulit kerbau untuk dibentuk pola tokoh wayang.
Lainnya yang berusia senja sudah tak melakukan kegiatan tersebut. Namun masih bisa melakukan beberapa tahapan lain dalam proses pembuatan wayang.
Dirinya mengatakan, keluhuran wayang kulit bisa dilihat dari proses pembuatannya yang memiliki nilai seni tinggi. Bahkan rata-rata waktu produksi hingga sebulan untuk membuat satu tokoh wayang.
Prosesnya melalui tahap penjemuran kulit kerbau, penyorekan, penatahan, pewarnaan, dan proses terakhir gapit (mengapit wayang).
Dari hal tersebut, Saiman juga memikirkan tentang kelangsungan wayang kulit ke depan bagi Duuh Butuh dan Indonesia. Anak-anak menjadi perhatiannya agar dapat melestarian warisan leluhur ini.
“Saya sampai mengiming-imingi anak-anak biar mau menatah (bahan) wayang. Sekali-dua kali jalan setelah itu sudah,” kata Saiman.
Diakui Saiman, kemajuan teknologi dan perkembangan industri membuat anak-anak di kampungnya tak memandang kerajinan wayang kulit sebagai priotitas.
Berbeda dengan masa kecilnya seusia SD. Setiap pulang sekolah langsung disibukkan dengan belajar menatah bahan wayang ke rumah-rumah tetangga.
“Kalau sekarang pulang sekolah main HP. Padahal usia SD merupakan usia pas untuk anak-anak belajar menatah karena tangannya masih luwes,” terang dia.
Baca juga: Astra Tol Cipali Tambah Fasilitas Keselamatan Wire Rope, Mampu Tahan Beban hingga 80 Ton
Dirinya hanya berharap dukuhnya mendapat semangat untuk maju, semangat untuk memajukan Indonesia melalui pelestarian wayang kulit.
Rela Tak ke Kota
Kondisi itu membuat sang anak, Pendi Istakanudin ikut prihatin.
Dia sebagai pemuda satu-satunya di dukuh yang hingga kini masih konsen menggeluti kerajinan wayang kulit.
Pendi merupakan lulusan sarjana sistem informasi dari sebuah kampus di Kota Solo. Berbeda dengan teman-temannya yang memilih bekerja di kota-kota, Pendi mengambil keputusan melestarikan wayang kulit asli Sidowarno.
Hanya saja, kegiatannya ia kombinasikan dengan keahlian dan kemajuan masa kini. Yaitu berurusan dengan kegiatan jual beli termasuk memanfaatkan media sosial dan jejaring dalam perputaran bisnis usaha wayang kulit.
“Sangat sayang kalau kerajinan wayang kulit ini tidak ada penerusnya. Saat ini saya yang paling muda yang masih (berkerajinan wayang kulit). Lainnya sudah ke kota-kota, kerja di tempat lain,” ujarnya.
Pemuda kelahiran 1989 ini pun mengakui bahwa saat ini dirinya membantu sang ayah melakukan kegiatan menatah bahan wayang.

Lalu disebutnya, hasil menguntungkan dari jual beli wayang kulit membuatnya bertahan dan beniat untuk terus mengembangkan usaha. Misalnya saja harga wayang kulit yang ia jual, yakni mulai dari Rp 800 ribu hngga jutaan rupiah.
Ia juga menyediakan aneka suvenir, dari gantungan kunci sampai hiasan dinding wayang kulit. "Semuanya menggunakan kualitas premium kalau di saya. Jadi bagi saya wayang kulit selain bernilai tinggi juga menguntungkan," beber dia.
Berangkat dari kualitas bahan dan hasil produk tersebut membuat Dukuh Butuh terknal dan menjadi langganan dalang kondang. Seperti almarhum Seno Nugroho, Bayu Aji, hingga Ulin Nuha.
Selain dalang dan pembeli dari Jawa dan luar Jawa, pelanggan luar negeri juga tercatat memesan karya wayang kulit dari Dukuh Butuh. Sebut saja Jepang hingga Amerika.
Untuk itu dirinya ingin terus mengembangkan kerajinan wayang kulit Dukuh Butuh agar warisan budaya dunia yang diakui UNESCO ini tetap jaya.
Semangat Perjuangan Majukan Indonesia
Seperti memperoleh angin segar, Dukuh Butuh mendapat perhatian dari swasta dan pemerintah. Pada 2018 Dukuh Butuh dijadikan sebagai kampung dinaan Kampung Berseri Astra (KBA) oleh Grup Astra.
Mamik Raharjo, Ketua Kelompok Usaha Bersama Bima, paguyuban pengrajin wayang kulit Dukuh Butuh ini mengaku, Astra berperan membantu pelestarian wayang kulit di Dukuh Butuh.
Perwujudan Astra dilakukan dengan melangsungkan pembinaan sumber daya sampai lingkungan di Dukuh Butuh yang lokasinya sekitar 10 km dari pusat Kota Solo.
“Banyak kegiatan positif yang dilakukan Grup Astra. Pelatihan, pembinaan, bantuan dan lainnya juga untuk pelestarian wayang kulit,” jelasnya.
Pria berusia 55 tahun ini bercerita tentang upaya pelestarian yang terus dilakukan kepada anak-anak.
Pun mengingat pengrajin di kampungnya tinggal berjumlah sekitar 40 lantaran lainnya sudah lanjut usia dan tak mampu lagi memahat.
Untuk menjawab hal itu, berbagai program kegiatan dilakukan KBA Solo (Kebo Bima) bersama Grup Astra. Di antaranya turun ke kelas-kelas Sekolah Dasar di sekitar kampung untuk mengajarkan cara menatah, membuat wayang.
Para orang tua dan guru wali murid pun, dikatakan dia, mendukung kegiatan tersebut. Mamik dan pengrajin lainnya diberi waktu di sela pelajaran untuk praktik proses pembuatan wayang kulit.
“Tanggapannya bagus, anak-anak senang. Semoga dapat terus berlangsung ya demi lestarinya wayang,” harapnya.
Namun upaya Mamik dan pengrajin wayang sempat terhenti saat pandemi covid-19 menyerang. Seiring juga dengan penghentian pelajaran tatap muka di semua sekolah.

Kelas-kelas tambahan wayang hasil mencuri waktu pelajaran yang sedianya berlangsung sampai saat ini urung juga dilaksanakan karena pandemi.
Tetapi belum lama ini, KBA Solo melaksanakan kegiatan dengan menyasar anak-anak di Dukuh Butuh. Tentunya masih berhubungan dengan wayang kulit.
Kegiatan berupa pelatihan pembuatan video. Anak-anak di Dukuh Butuh diajarkan cara membuat video proses pembuatan wayang.
“Nilai luhur wayang kulit harus terus jaya tak lekang oleh zaman. Agar tetap lestari memang harus menyasar anak-anak contohnya dikemas dengan pembuatan video ini,” ujar Mamik.
“Apalagi seiring semakin maraknya konten video YouTube, pelatihan video ini sangat pas,” imbuhnya.
Menjadi bagian dari pembubuhan KBA Solo pada 2018 lalu, merasakan banyak perubahan di kampungnya.
“Berkat ada KBA ini kita punya inovasi produk baru bukan sekedar produksi wayang kulit. Seperti halnya suvenir. Kita bisa melalang buana dengan diikutkan pameran,” ungkapnya.
Melalui KBA Solo ini, pengrajin wayang dikenal oleh Pemkab Klaten untuk diorbitkan dalam pameran di berbagai daerah di Jawa Tengah.
“Maka kami berterima kasih untuk Astra, semoga program-program terus dilanjutkan demi kemajuan desa dan pelestarian wayang kulit,” harapnya.
Hal itu turut memompa semangat Mamik dan para pengrain wayang lain untuk majukan Indonesia dimulai dari pelestarian wayang.
Adapun Dukuh Butuh bisa menjadi tujuan pelancong untuk sekedar wisata atau belanja kerajinan wayang kulit hingga suvenir.
Lokasi Dukuh Butuh tak jauh dari pusat Kota Solo, yakni sekitar 10 kilometer berbatasan dengan Sukoharjo.
4 Pilar Astra
Korwil Grup Astra Solo, Isa Nuruddin Ahmad, mengatakan, Astra telah melakukan berbagai kegiatan yang terbagi dalam empat pilar atau bidang untuk Dukuh Butuh sebagai KBA.
“Empat pilar itu antara lain pilar pendidikan, pilar lingkungan, pilar kewirausahaan, dan pilar kesehatan,” jelasnya.
Dari pilar pendidikan, Astra telah menyelenggarakan beasiswa lestari Astra untuk anak terpilih dari KBA Solo. Lalu terbentuknya kader muda wayang sebagai bentuk pelestarian budaya lokal berupa kerajianan wayang dapat diteruskan ke generasi muda di kba solo
“Sementara pada pilar lingkungan kita telah resmikan bank sampah untuk menunjang pola hidup 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dan menjadi penghasilan tambahan desa,” ucapnya.
Kemudian pilar kewirausahaan berupa pendampingan dan pengembangan pelestarian wayang dan dalang dalam bentuk workshop, pameran, serta studi banding.
Di pilar kesehatan, Astra mengadakan posyandu balita dan lansia serta pasar murah sembako untuk menunjang kebutuhan.
Dia berharap dari program Astra kepada KBA Dukuh Butuh sebagai kampung binaan selanjutnya dapat mewujudkan pelestarian wayang kulit Dukuh Butuh untuk Indonesia.
#SemangatMajukanIndonesia #KitaSATUIndonesia
(Tribunnews.com/Chrysnha)