Kamis, 2 Oktober 2025

Erupsi Gunung Merapi

BPBD Klaten: Warga di Zona Bahaya Erupsi Gunung Merapi Siap Lakukan Evakuasi Mandiri

BPBD Kabupaten Klaten mengungkapkan warga yang berada di kawasan zona bahaya erupsi Gunung Merapi siap melakukan evakuasi mandiri.

Tribunjogja.com/Almurfi Syofyan
Penampakan Gunung Merapi dari Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jumat (6/11/2020). BPBD Kabupaten Klaten mengungkapkan warga yang berada di kawasan zona bahaya erupsi Gunung Merapi siap melakukan evakuasi mandiri. 

TRIBUNNEWS.COM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten mengungkapkan warga yang berada di kawasan zona bahaya erupsi Gunung Merapi siap melakukan evakuasi mandiri.

Ketua BPBD Klaten, Sip Anwar menyebut pihaknya telah melakukan sosialisasi hingga simulasi terkait evakuasi mandiri jika nantinya Gunung Merapi erupsi.

"Di Kabupaten Klaten telah ada SOP untuk evakuasi mandiri. Warga bersama keluarga akan turun dengan fasilitas yang sudah disediakan," ungkap Anwar dalam program Overview Tribunnews, Kamis (12/11/2020).

Anwar menyebut banyak kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua yang bisa digunakan masyarakat untuk evakuasi mandiri.

Baca juga: Kepala BPPTKG : Terdengar 9 Kali Suara Guguran dari Puncak Gunung Merapi Sepanjang Rabu

"Roda empat cukup, sepeda motor juga hampir semua memiliki dan sudah disosialisasikan," ungkapnya.

"Bahkan parkir kendaraan setiap hari sudah menghadap jalan," imbuhnya.

Selain itu, jalur evakuasi juga disebut Anwar sudah dipetakan.

"Dalam arti nanti sudah ditetapkan titik kumpul di mana, evakuasi di mana, jalur turun di mana, itu sudah disepakati bersama-sama," ungkapnya.

Anwar mengungkapkan hal ini dilakukan berdasar pengalaman erupsi Merapi 2010.

Baca juga: Stafsus Presiden: Semua Skenario Baik Telah Disusun Antisipasi Korban Erupsi Merapi

Anwar menyebut saat itu, terjadi kerumitan dan kekacauan di jalan.

"Karena jalan sempit, yang bawah naik, yang atas turun," ungkapnya.

"Oleh sebab itu diadakan evakuasi mandiri, dari saudara-saudara relawan di atas, masing-masing desa pasti ada relawannya," sebut Anwar.

Anwar menyebut relawan-relawan tersebuyt yang nantinya akan mengomunikasikan kepada BPBD.

Kesiapan Warga

Puncak Merapi dari Pos Babadan
Puncak Merapi dari Pos Babadan (Tribun Jogja/Setya Krisna Sumargo)

Sementara itu Anwar juga menyebut persiapan sudah dilakukan masyarakat.

Para relawan dan perangkat desa setempat sering melakukan pertemuan menyosialisasikan kepada warga masyarakat.

"Karena berada di KRB (Kawasan Rawan Bencana) III, maka mitigasinya harus seperti apa sudah disampaikan," ungkapnya.

Bahkan, Anwar menyebut warga di zona bahaya sudah mengemas surat-surat berharga hingga pakaian ganti di wadah khusus.

"Di sana itu sampai sekarang, surat-surat berharga sudah dikemas di satu tas," ungkapnya.

"Bahkan pakaian ganti untuk evakuasi sudah dikemas di tas khusus," ujarnya.

Selain itu petunjuk jalur evakuasi telah dipasang.

"Simulasi jelas sudah dilakukan, termasuk titik kumpul hingga jalur evakuasi," kata Anwar.

Diketahui sebanyak 9 dukuh di 3 desa di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, masuk dalam wilayah zona bahaya erupsi Gunung Merapi.

Yaitu Pajekan, Canguk, dan Sumur di Desa Tegal Mulyo.

Kemudian Petung, Kembangan, dan Deles di Desa Sidorejo.

Lalu Sambungrejo, Ngipiksari, dan Gondang di Desa Balerante.

Diketahui setelah lebih dari dua tahun berstatus waspada atau level II, Gunung Merapi naik status menjadi level III atau siaga mulai Kamis (5/11/2020).

Hal itu diungkapkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.

"Status waspada sejak 21 Mei 2018," ungkap Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, saat dihubungi Tribunnews.com melalui pesan singkat, Kamis malam.

Baca juga: Gunung Merapi Status Siaga, BPBD Sleman Siapkan Tiga Barak Pengungsian

Baca juga: Mulai Hari Ini Status Aktivitas Gunung Merapi Naik Level, Berikut Penyebab dan Penjelasannya

Selanjutnya Hanik mengimbau, penambangan di jalur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan.

"Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi," ungkap Hanik.

Baik Pemerintah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali, maupun Klaten diminta untuk mempersiapkan segala upaya mitigasi bencana yang bisa terjadi setiap saat.

Sebelumnya BPPTKG menginfokan, pascaerupsi besar Gunung Merapi pada 2010 lalu, gunung yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah mengalami erupsi magmatis.

Tercatat erupsi pada rentang waktu 11 Agustus 2018 hingga September 2019.

"Seiring dengan berhentinya ekstrusi magma, Gunung Merapi Kembali memasuki fase intrusi magma baru yang ditandai dengan peningkatan gempa vulkanik dalam (VA) dan rangkaian letusan eksplosif sampai dengan 21 Juni 2020," ujar Hanik.

Ia menambahkan, aktivitas vulkanik terus meningkat hingga saat ini.

Hal tersebut berdasarkan data hasil pemantauan aktivitas vulkanik, seperti kegempaan dan deformasi yang masih terus meningkat.

Kondisi tersebut dapat memicu terjadi proses ekstrusi magma secara cepat atau letusan eksplosif.

"Potensi ancaman bahaya berupa guguran lava, lontaran material dan awan panas sejauh 5 km," lanjutnya.

Baca juga: Aktivitas Gunung Merapi Naik Status Level III, 4 Kabupaten Ini Masuk dalam Prakiraan Daerah Bahaya

Baca juga: Erupsi Gunung Merapi Disebut Makin Dekat, BPPTKG Imbau Masyarakat Waspada dan Update Informasi

Hanik mengungkapkan masyarakat harus berperan aktif untuk mengukuti informasi terbaru.

"Masyarakat agar mengikuti rekomendasi dari pemerintah," kata Hanik.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved