Senin, 6 Oktober 2025

Kisah di Balik Heboh Video Warga Ponorogo Gotong Keranda Mayat Lewati Sungai, Menuju Makam Kuno

Warganet digegerkan dengan video warga menggotong keranda mayat melewati sungai dan jalan terjal.

Istimewa/Tangkapan layar
Tangkapan layar sebuah video di media sosial yang menunjukkan sejumlah warga menggotong keranda jenazah menyeberangi sebuah sungai. 

TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO - Warganet digegerkan dengan video warga menggotong keranda mayat melewati sungai dan jalan terjal.

Ternyata ada kisah di balik video viral ini. Apa saja faktanya?

Warga Terbiasa

Warga Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo, lokasi video viral diambil disebut sudah terbiasa dengan kondisi ini.

Perangkat Wasis Nur Hidayat meminta video warga menggotong keranda jenazah di sungai ini tidak perlu dibesar-besarkan.

Menurut Wasis, warga sekitar tidak mempermasalahkan hal tersebut dan sudah menjadi tradisi sejak sekian lama.

Selain itu, Wasis menyebutkan meski sudah ada sejumlah alternatif jalan lain yang lebih mudah, namun warga memilih memotong melewati Sungai Seblumbung tersebut agar lebih dekat.

Baca juga: Viral Video Warga Ponorogo Gotong Keranda Jenazah Seberangi Sungai, Lalui Jalan Curam, Ini Faktanya

Baca juga: VIRAL Video Mesum Remaja di Ponorogo, Polisi Cek TKP dan Lakukan Identifikasi

Makam Kuno
Dikatakan Wasis, letak makam yang dituju ini jauh dari permukiman.

Lahan yang dituju disebutnya memang termasuk makam kuno.

Bahkan saat banjir pun, warga memilih menunggu air sungai surut baru menyeberangi dan tidak menuju jalan lain.

"Letak makam tersebut memang di pelosok dan merupakan makam kuno. Kalau dulu memang harus ke situ meskipun keadaan banjir, harus tunggu dulu hingga surut baru menyeberang," ucap Wasis, Rabu (21/10/2020).

Baca juga: Tak Hanya Telantarkan Anak & Istri, Pria di Ponorogo Ini juga Hamili Anak SMA, Begini Nasibnya

Pernah Dibuatkan Jembatan
Untuk mengantisipasi hal tersebut, warga pun berinisiatif membuatkan jembatan dari bambu, namun saat banjir jembatan tersebut hanyut.

"Setelah itu ada warga yang mewakafkan tanah di timur sungai untuk dijadikan makam agar warga tidak harus menyeberangi sungai, sehingga makam yang lama mulai ditinggalkan," lanjutnya.

Warga hanya ke makam yang lama ketika ada permintaan khusus, misalnya ingin satu makam dengan kerabatnya.

"Kalaupun begitu, juga tidak harus menyeberangi sungai, bisa memutar lewat dua jembatan. Memang agak jauh tapi jembatan itu bisa dilewati kendaraan bahkan mobil bisa sampai depan makam yang lama," lanjutnya.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved