Sabtu, 4 Oktober 2025

Tim Gabungan BKSDA Jateng dan Kalbar Berhasil Selamatkan Orangutan dari Sitaan Warga

Tim gabungan dari BKSDA Jawa Tengah dan BKSDA Kalimantan Barat berhasil menyelamatkan dua ekor orangutan kalimantan di wilayah Jawa Tengah.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
Dok. BKSD Jawa Tengah
Orangutan yang diselamatkan oleh Tim Gabungan - Tim Gabungan BKSDA Jateng dan Kalbar Berhasil Selamatkan Orangutan dari Sitaan Warga 

TRIBUNNEWS.COM - Tim gabungan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah dan BKSDA Kalimantan Barat berhasil menyelamatkan dua ekor orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) di wilayah Jawa Tengah.

Kedua orangutan dewasa berjenis kelamin jantan ini diselamatkan dari dua lokasi yang berbeda.

Satu individu bernama Samson berasal dari lembaga konservasi tak berizin di satu taman wisata di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Sementara itu, orangutan lainnya yang bernama Boboy berasal dari kediaman pribadi warga di Semarang, Jawa Tengah.

Kedua orangutan jantan ini akan dibawa untuk dievakuasi ke Pusat Penyelamatan IAR Indonesia di Sei Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Sedangkan pemberangkatan kedua orangtuan itu direncanakan dilakukan dengan menggunakan kapal penyeberangan melalui Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Kamis (6/8/2020) pagi.

Sebelumnya, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang telah memastikan kedua orangutan ini tidak membawa penyakit rabies dan TBC.

Kepala Balai KSDA Jawa Tengah, Darmanto mengatakan, keberadaan kedua orangutan dewasa tersebut telah dipantau dan diverifikasi sejak Oktober 2019.

Pihaknya kemudian melaporkan kepada Direktur Jenderal KSDAE dan Direktur KKH untuk mendapat arahan langsung terkait penyelamatan kedua orangutan tersebut bersama lembaga terkait.

Baca: Anak Orangutan Tapanuli dalam Kondisi Lemas Ditemukan di Perkampungan Desa Siandorandor

Suasana  Konferensi Pers terkait kegiatan tranlokasi dan penyelamatan 2 ekor orangutan dari Jawa Tengah
Suasana Konferensi Pers terkait kegiatan tranlokasi dan penyelamatan 2 ekor orangutan dari Jawa Tengah (Dok. BKSD Jawa Tengah)

“Upaya penyelamatan ini merupakan hasil kerja sama dan peran multipihak yang kuat antara pemerintah dalam hal ini Direktur Jenderal KSDAE KLHK, Direktur KKH, BKSDA Jawa Tengah, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang, NGO - Yayasan IAR Indonesia serta Balai KSDA Kalimantan Barat,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (5/8/2020).

Darmanto mengaku upaya pelestarian spesies kera kharismatik endemik Indonesia kian terancam populasinya karena kerusakan habitat, perburuan, perdagangan dan pemeliharaan secara ilegal.

Dalam kesempatan tersebut, Darmanto juga berterima kasih dan memberikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat serta mendukung upaya penyelamatan ini demi orangutan mendapatkan kembali kesejahteraannya selama menjalani perawatan dan rehabilitasi.

“BKSDA Jawa Tengah berharap semua proses penyelamatan ini, mulai dari pemeriksaan kesehatan hingga perjalanannya sampai ke tujuan berjalan dengan baik dan kedua orangutan tersebut bisa segera pulih serta memiliki kesempatan hidup bebas di habitatnya.

“Selain itu kami juga, kerja sama ini juga agar tidak terputus dan terus berkelanjutan dalam upaya pelestarian jenis satwa liar lainnya yang terancam punah,” tandasnya.

Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor Adirahmanta, penyelamatan dua ekor orangutan ini sekaligus menjadi keprihatinan berbagai pihak.

Lantaran pemeliharaan satwa liar dilindungi masih banyak dilakukan oleh masyarakat.

“Menyikapi hal tersebut, perlu dilakukan terobosan-terobosan dalam mengkampanyekan pengelolaan keanekaragaman hayati untuk lebih menumbuhkembangkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian jenis-jenis endemik Indonesia tersebut,” ujar Sadtata.

Baca: Viral di Medsos, Orangutan Mengajari Cara Mencuci Tangan dengan Benar

Sepak Terjang IAR Indonesia

Diketahui sebelumnya, Yayasan IAR Indonesia sudah menyelamatkan orangutan di Kalimantan Barat selama lebih dari 10 tahun.

Direktur Program IAR Indonesia, Karmele L. Sanchez, membeberkan pihaknya merasa sedih melihat orangutan yang seharusnya hidup bebas di alam, dikurung dalam kandang selama hidupnya.

Menurut Karmele proses rehabilitasi orangutan yang sangat rumit dan panjang, akan jauh lebih sulit dilakukan pada orangutan yang yang sejak lahir sudah dikurung di kandang dan tidak pernah belajar hidup di alam bebas selama hidupnya.

“Ditambah lagi apabila orangutan ini memiliki penyakit atau kelainan dan cacat akibat pemeliharaan yang salah, orangutan ini tidak akan mampu lagi untuk hidup bebas di habitat aslinya. Mereka harus hidup di sanctuary IAR Indonesia selama sisa hidupnya,” kata dia.

Terlepas dari itu semua, Karmele mengaku bahagia dan bangga bisa berperan serta dalam upaya penyelamatan orangutan ini untuk membantu memberinya kesempatan untuk hidup lebih sejahtera.

“Kami berharap, seluruh masyarakat bisa turut berperan dan berpartisipasi dalam menjaga kelestarian orangutan dan habitatnya. Indonesia harus bangga sebagai satu-satunya negara yang memiliki tiga spesies orangutan,” ujarnya.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved