Virus Corona
22 Hari Gelar Rapid Test di Surabaya, BIN Temukan 1.702 Orang Positif Covid-19
Diketahui BIN melaksanakan rapid test dan swab test di Surabaya mulai 19 Mei 2020 dan berakhir hari ini, Sabtu (20/6/2020).
"Kami berharap lewat rapid test ini dapat membantu atau memudahkan Pemkot Surabaya untuk menindaklanjutinya untuk meminimalisir penyebaran Covid-19," katanya.
Sementara itu, Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengucapkan terima kasih kepada BIN.
Risma mengaku sangat terbantu dengan rapid test massal yang dilakukan BIN untuk melacak daerah-daerah yang terpapar virus corona.
"Saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada BIN, ini hari terakhir dari BIN membantu kami warga Surabaya untuk melakukan rapid test massal," kata Risma.
Risma menjelaskan upaya rapid test tersebut sebagai cara untuk melakukan pelacakan terhadap warga yang terpapar virus corona atau pembawa virus (carrier) yang rata-rata orang tanpa gejala (OTG).
Risma yakin dengan rapid test, dapat meminimalisir penyebaran Covid-19.
Selain soal rapid test, Risma juga merasa terbantu oleh BIN yang memberikan alat-alat kesehatan untuk penanganan Covid-19.
"Karena banyak sekali pasien kami itu OTG. Jadi dengan cara inilah satu satunya cara untuk mengetahui siapa sebetulnya yang terindikasi carrier (pembawa virus)," katanya.
Lebih lanjut, Risma mengaku, sebenarnya dirinya berharap BIN terus menggelar rapid test di Surabaya.
Ia bahkan sempat mengirimkan surat kepada Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan agar memperpanjang lagi kegiatan rapid test massal sampai 30 Juni.
"Saya sebenarnya sudah membuat surat ke kepala BIN agar bisa dilanjutkan 10 hari lagi sampai 30 Juni. Tapi ternyata kami hanya diperkenankan sampai hari ini."
"Mudah-mudahan kami bisa nindaklanjuti (setelah rapid test masal ini), karena kami harus terus melakukan rapid ini untuk menghindari sedikit mungkin ada kebocoran atau kelengahan yang kita melakukan treasing," jelasnya.
Risma menambahkan selama pelaksanaan rapid test massal oleh BIN di wilayahnya, trend angka reaktif dan positif berangsur menurun.
Ia mencontohkan pada hari pertama 1.000 peserta yang ikut rapid test, jumlah yang reaktif bisa mencapai 200 orang lebih.
Namun, makin hari jumlah reaktif berangsur turun di angka 100 ke bawah.
"Kalau lihat trendnya memang sudah mulai turun. Jadi mulai turun, kalau dulu di awal rapid ini tuh memang tinggi sekali. Tapi sekarang trend nya turun," ujarnya.
"Biasanya sekarang kalau ada 1000 peserta (rapid test), yang reaktif nggak sampai 10 persen sekarang. Dan di swab turun lagi hasilnya," kata dia.