FAKTA Penjual Daging Sapi yang Ternyata Daging Babi, Sudah Terjual 63 Ton hingga Harga Lebih Murah
Polrestabes Bandung menangkap keempat pelaku yang menjual daging babi yang diolah menyerupai daging sapi di Kabupaten Bandung.
TRIBUNNEWS.COM - Polrestabes Bandung menangkap keempat pelaku penjual daging babi yang diolah menyerupai daging sapi di Kabupaten Bandung.
Keempat pelaku tersebut berinisial T, MP, AR dan AS.
Pelaku T dan M merupakan warga Solo yang mengontrak di Bandung.
Polisi khususnya Satgas Pangan Kabupaten Bandung, masih melakukan pendalaman terkait daging babi yang diedarkan pelaku.
Berikut fakta-fakta yang Tribunnews.com rangkum dari berbagai sumber:
Beroperasi Satu Tahun
Dikutip dari Kompas.com, Kapolresta Bandung, Kombes Pol Hendra Kurniawan menyebut, T dan MP sudah beroperasi hampir setahun.
"Selama mereka di sini satu tahun, sudah kurang lebih 63 ton," kata Hendra saat rilis pengungkapan di Mapolresta Bandung, Senin (11/5/2020).
Baca: Viral Pedagang Daging Sapi yang Ternyata Daging Babi, Ini Cara Membedakan Daging Sapi dan Babi
Baca: Kronologi Terungkapnya Penjualan Daging Sapi yang Ternyata Daging Babi di Bandung
Baca: Simak Cara Mudah Membedakan Daging Sapi dan Daging Babi, Agar Tak Ditipu Penjual
"Dalam satu minggu itu mereka mengirim kurang lebih 600 kilogram per minggu, dari Solo," jelasnya.
Dijual ke Daerah Lain
Masih dikutip dari laman yang sama, AR dan AS merupakan pengecer daging babi yang diolah menyerupai daging sapi tersebut.
AR menjualnya ke daerah Majalaya, sedangkan AS menjual di daerah Baleendah, Bandung.
"Tapi ada juga masyarakat yang datang langsung ke MP dan T ini membeli seharga daging sapi, dan mereka katakan ini daging sapi," terangnya.

Pegawai Tak Tahu
Dikutip dari TribunJabar.id, seorang pegawai dari T dan MP, yani ES, mengaku tak tahu menahu soal daging sapi yang ternyata daging babi.
Menurutnya, barang yang didapat bosnya dari Bogor dan Jakarta.
"Saya tak tahu jualannya daging babi, yang saya tahu daging (sapi).
"Namun setelah ada kiriman yang dari Solo, langsung kejadian digerebek," kata Eka, Senin.
Baca: Puluhan Ton Daging Babi Dijual Sebagai Daging Sapi di Kabupaten Bandung
Baca: Jual Daging Babi Diolah Layaknya Daging Sapi, 4 Orang Jadi Tersangka
Baca: Awas Jangan Tergoda Murahnya, Jauhi dan Jangan Beli Daging Sapi dengan Ciri-ciri Ini
Eka pun mengaku tak pernah curiga jika daging-daging itu bukan daging sapi.
"Saya kerja ngiloan daging, tahunya daging sapi," ungkapnya.
Harga Daging Lebih Murah
Sementara itu, seorang warga bernama Andi mengaku tak mengetahui daging apa yang dijual oleh para pelaku.
Ia mengatakan, tak banyak warga sekitar yang membeli daging olahan dari T dan MP tersebut.
Menurutnya, warga khawatir karena harga daging yang dijual lebih murah dari harga di pasaran.
"Memang tak banyak warga yang beli daging ke situ karena harganya murah, takut daging yang sudah lama dan ada bakterinya."
"Bukan curiga daging tersebut daging babi," ungkap dia.

Tips Beli Daging
Dikutip dari TribunJabar.id, Kapolresta Bandung, Kombes Pol Hendra Kurniawan, juga menyebut bahwa olahan daging sapi yang ternyata daging babi tersebut, dijual lebih murah.
"Biasanya daging ini ditawarkan dengan harga yang relatif lebih murah, artinya, bisanya ada perbedaan Rp 20-30 ribu dari harga pasaran," ujar Hendra, di Pasar Baleendah, Selasa (12/5/2020).
Baca: Warga Lacak Sapi Curian Dengan Jalan Kaki Hingga 40 Km, Seorang yang Dicurigai Babak Belur Diamuk
Baca: Cuma Pakai 6 Bahan, Resep Daging Sapi Panggang Merica Hitam Cocok Jadi Makan Siang yang Praktis
Baca: Ternyata Selama ini Kita Salah, Begini Cara Memotong Daging Sapi agar Bumbu Meresap Sempurna
Ia mengimbau, sebaiknya masyarakat membeli daging di toko-toko, loss, atau kios yang mendapat sertifikasi halal.
"Jangan membeli di pinggir jalan, (pedagang tanpa izin atau kaki lima) kemungkinan terjadi kasus (di tempat) seperti itu," katanya.
Menurutnya, daging babi itu relatif lebih pucat dan lebih putih karena banyak lemaknya.
"Sedangkan daging sapi lebih merah karena unsur dagingnya lebih banyak," ungkap Hendra.
(Tribunnews.com, TribunJabar.id/Lutfi Ahmad Mauludin, Kompas.com/Kontributor Bandung, Agie Permadi)