Sabtu, 4 Oktober 2025

17 Ribu Ekor Babi Mati Mendadak di Tabanan Bali

Di tengah kondisi tersebut, pendistribusian 2.000 liter disinfektan untuk peternak juga belum terealisasi

Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi
Seorang petugas dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Karo menyemprotkan dessinfektan ke ternak babi di Desa Mulawari, Kecamatan Tigapanah, Kabupetan Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sedikitnya ada 4.682 babi mati yang diduga akibat wabah virus Hog Cholera dan African Swine Fever atau demam babi Afrika di Sumatera Utara.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

Laporan Wartawan Tribun Bali I Made Prasetia Aryawan


TRIBUNNEWS.COM, BALI  -
Dinas Pertanian Tabanan menerima laporan babi mati secara mendadak dari kecamatan.

Hingga Selasa (28/4/2020), babi mati mendadak yang tercatat mencapai 17.159 ekor dan kondisi ini lebih parah dibandingkan bulan sebelumnya.

Kasus kematian paling banyak  terjadi di wilayah Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Bali.

Namun jumlah tersebut diprediksi akan terus bertambah karena setiap harinya terus mendapat laporan.

Di tengah kondisi tersebut, pendistribusian 2.000 liter disinfektan untuk peternak juga belum terealisasi.

Sebab, anggaran yang sebelumnya digunakan untuk pengadaan terpaksa direvisi kembali karena timbulnya wabah Covid-19 ini.

"Itu yang tercatat 17.159 ekor di kami. Data tersebut berdasarkan pendataan tim dari kecamatan yang ada," ungkap Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Tabanan, I Wayan Suamba, Selasa (28/4/2020).

Baca: Bocah 4 Tahun di India Tewas Diseret dan Dimakan Babi saat Main ke Luar Rumah di Tengah Lockdown

Dia melanjutkan, untuk rinciannya Ia tidak hafal karena tak memegang data lengkapnya.

Kemudian, untuk wilayah yang paling banyak terjadi babi mati secara mendadak adalah Kecamatan Selemadeg Timur.

Dalam sebulan terakhir ini, wilayah tersebut menunjukan peningkatan yang signifikan.

Sebab, sebelumnya wilayah yang paling banyak mengalami hal tersebut adalah di Kecamatan Tabanan dan Kediri.

"Data dari lapangan di Selemadeg Timur yang paling banyak," sebutnya.

Disingung mengenai pengadaan dan distribusi 2.000 liter disinfektan untuk peternak, Suamba menyatakan hingga saat ini masih berproses atau belum disalurkan.

Sebab, beberapa waktu lalu harus merevisi anggaran kembali karena dampak dari wabah Covid-19 saat ini.

"Belum, kita masih berproses. Sekarang masih terus disiapkan kemungkinan akan penunjukan langsung untuk pengadaannya," tandasnya.

Sebelumnya, total jumlah disinfektan yang diusulkan adalah sebanyak 2000 liter untuk menjangkau seluruh wilayah terdampak dan untuk memenuhi kebutuhan tiga bulan ke depan.

Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Nyoman Budana mengatakan, untuk pengadaan disinfektan dengan adanya wabah babi mati mendadak saat ini sedang berproses untuk diajukan ke Bakeuda Tabanan.

Baca: Tiga Perawat di Solo Diminta Pindah Kos, Bidan Pemilik: Tak Ada Pengusiran

"Dan SK juga sudah ditandatangi Ibu Bupati dan kami sedang proses untuk selanjutnya pengajuan ke Bakeuda. Usul awal kan 1200 liter, tapi sesuai perintah Ibu Bupati agar ditambah sehingga akan dilakukan pengadaan 2000 liter desinfektan untuk semua wilayah terdampak. Jumlah tersebut nantinya bisa digunakan sampai 3 bulan kedepan," kata Budana, Rabu (18/3/2020) lalu.

Sembari menunggu proses pengadaan dari Pemkab, Tabanan juga sudah dapat bantuan 150 liter dari pihak CSR dan sudah disebar ke beberapa wilayah.

Selanjutnya ketika sudah cair, kata dia, akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan petugas Puskeswan.

Mungkin nantinya akan diarahkan ke wilayah peternak yang masih memiliki babi sehat.

Setelah itu baru menyasar kandang yang sebelumnya terkena wabah babi mati mendadak.

Budana melanjutkan, untuk tenaga yang ada memang kekurangan.

Namun menyikapi hal tersebut rencananya akan memohon bantuan kepada petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan untuk melakukan penyemprotan disinfektan ini.

Nanti akan diberikan pemahaman serta melakukan penyemprotan dengan baju dan sepatu yang lengkap sesuai ketentuan.

"Jadi tak boleh sembarangan petugas yang bisa melakukannya. Hanya saja, peternak nantinya juga akan langsung diberikan pemahaman dan serahkan obat kemudian bisa langsung eksekusi penyemprotan," katanya.

"Intinya tidak dari kandang satu kemudian pindah ke kandang lainnya. Karena jika memberikan satu petugas melakukan penyemprotan desinfektan secara berpindah sangat beresiko. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran wabahnya," tandasnya.(*).

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Sekitar 17 Ribu Ekor Babi Mati di Tabanan, Kasus Terbanyak di Selemadeg Timur

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved