Guru Besar Untan Pontianak Prof DR AB Tangdililing Wafat di Kupang
Putra bungsu dari almarhum, Rendy A Tangdililing yang bertugas sebagai ASN di Pemkab Kupang setia mendampingi jasad almarhum
Saat itu pula, ia melarikan pamannya ke RSUD Johanes Kupang dengan mobilnya.
"Kita lari (perjalanan dengan mobil) dari Dutalia ke Rumah Sakit mungkin hanya sepuluh menit," ujarnya menceritakan upaya untuk segera mendapat penanganan medis bagi pamannya itu.
Sesampainya di IGD RSUD Prof Johannes, dokter kaga bersama para tenaga medis sempat melakukan pertolongan.
Baca: VIRAL Video Aksi Heroik Polantas Gendong Penumpang Busway yang Terkena Serangan Jantung
Baca: 3 Kecurigaan Karen Pooroe, Zefania Tak Patah Tulang dan Pendarahan, Dihubungi 12 Jam setelah Tewas
Namun tak berselang lama, dokter menyatakan meninggal dunia.
"Paman meninggal dunia karena serangan jantung. Sudah tidak ada lagi pukul 12 kurang. Waktu kita bawa, denyut nadi masih ada," katanya.
Dharma bahkan seakan tak percaya dengan kematian yang seolah tanpa aba-aba itu.
Pasalnya, sejak tiba beberapa hari yang lalu dari Pontianak dan saat bersama dengannya, Prof AB Tangdililing terlihat sehat.
"Misteri Tuhan kita tidak tahu, padahal saat bersama dari pagi paman tampak sehat," katanya sambil menunjukan dua rekaman panggilan tak terjawab pada Jumat pagi dari almarhum di handphonenya.
Dharma mengatakan, almarhum di Kupang beberapa hari ini, untuk menjenguk putranya, Rendy.
Rendy sendiri tidak tinggal bersamanya, namun ia tinggal di kos.
Sebab Rendy sudah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Kupang.
"Almarhum juga pilih tinggal bersama putranya karena temat kosnya juga representatif," ujarnya.
Pagi sebelum berangkat itulah, dia dihubungi almarhum untuk berbelanja kebutuhan untuk pergi ke Malaka.
"Rencananya setelah dari Malaka, Senin almarhum langsung balik ke Pontianak karena Selasa ada menguji mahasiswanya di kampus," kenang Dharma.
Semasa hidup, Dharma mengenal pamannya itu sebagai sosok yang sangat baik.