Minggu, 5 Oktober 2025

Keraton Agung Sejagat

Kisah Pengukuhan Toto Santoso Jadi Raja Keraton Agung Sejagat yang Digelar di Candi Arjuna Dieng

Riwayat Keraton Agung Sejagat (KAS) berakhir seiring ditangkapnya sang raja dan permaisuri, Toto Santoso dan Fanny.

Editor: Hendra Gunawan
IST/Facebook via Tribun Jogja
Heboh Keraton Agung Sejagat yang Punya Ratusan Pengikut, Klaim Punya Kekuasaan Dunia 

TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA -- Riwayat Keraton Agung Sejagat (KAS) berakhir seiring ditangkapnya sang raja dan permaisuri, Toto Santoso dan Fanny.

Pentolan KAS yang ternyata bukan pasangan suami istri sah itu rupanya memiliki jejak di dataran tinggi Dieng.

Tahun 2019 lalu, saat Dieng dilanda suhu beku, Toto dan ratusan pengikutnya menggelar acara pengukuhan raja dan ratu agung sejagat di komplek candi Arjuna.

Ini dituturkan oleh Kepala UPTD Objek Wisata Dieng Banjarnegara Aryadi Darwanto.

Tetapi ia tak mengetahui alasan mereka menggelar kegiatan sakral itu di situ.

Dari catatan sejarah, candi-candi di Dieng dibangun sekitar abad ke 7 hingga 9 Masehi pada masa dinasti Wangsa Sanjaya.

Sedangkan Toto dan pengikutnya di situ sekaligus memperingati seribuan tahun masa kejayaan Dinasti Sanjaya.

Baca: Bangun Keraton Agung Sejagat, Begini Kehidupan Toto Santoso Sebelum Mengaku Jadi Raja

Baca: Curhat Ratu Keraton Agung Sejagat Saat Disuruh Ganti Baju Tahanan, Minta Gubernur Lakukan Ini

Baca: Raja Keraton Agung Sejagat Ditangkap: Pernah Pinjam Rp 1,3 Miliar, Cerita Tetangga tentang Sosoknya

Mereka yang datang dari berbagai daerah itu pun berpenampilan layaknya pasukan atau petinggi kerajaan.

Toto dan Dyah sempat didudukkan di komplek Tuk Bimalukar yang disulap jadi singgasana dadakan.

Ini seperti terlihat dalam foto yang beredar luas di media sosial.

Mereka menggelar kirab dari tuk Bimalukar sebagai hulu Sungai Serayu menuju ke komplek Candi Arjuna Dieng.

Potret Fanni Aminadia yang mengaku Ratu Keraton Agung Sejagat
Potret Fanni Aminadia yang mengaku Ratu Keraton Agung Sejagat (INSTAGRAM)

"Mereka percaya akan datang zaman keemasan seperti dulu,"katanya

Aryadi tidak menemukan keanehan dalam kegiatan itu, kecuali gaya pakaian mereka yang sedikit aneh.

Ini lain dari desain pakaian adat Jawa yang sudah populer di masyarakat.

Selebihnya kegiatan itu berlangsung wajar berupa prosesi pengukuhan dan doa.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved