Sabtu, 4 Oktober 2025

Polri Bakal Periksa Kerajaan Agung Sejagat Yang Viral di Media Sosial

Brigjen Pol Argo Yuwono mengungkapkan, Polda Jawa Tengah tengah memeriksa kabar tersebut

Instagram @gaekoindonesia dan Twitter @aritsantoso
Viral berdirinya Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo Jawa Tengah 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepolisian RI bakal memeriksa beredarnya informasi terkait Kerajaan Agung Sejagat (KAS) di Purworejo.

Pemimpin KAS disebut-sebut memiliki kekuasaan di seluruh dunia.

Baca: Massa Kontra Anies Baswedan Disoraki dan Dilempari Botol oleh Massa Pro Gubernur DKI

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Argo Yuwono mengungkapkan, Polda Jawa Tengah tengah memeriksa kabar tersebut.

Menurutnya, pemeriksaan tersebut untuk mengetahui informasi detil kelompok tersebut.

"Masih kami cek kerajaannya apa cuma asumsi prasangka apa gimana. Apakah sudah bentuk suatu kelompok atau yayasan atau apa. Masih kita dalami seperti apa," kata Argo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta, Selasa (14/1/2020).

Hingga kini, kata dia, kepolisian belum bisa memastikan identitas Kerajaan Agung Sejagat.

"Belum bisa kami pastikan. Dan nunggu konfirmasi dari kepolisian Jawa Tengah," tukas dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kerajaan Agung Sejagat (KAS) di Purworejo menjadi pembicaraan dan viral.

Apalagi, pemimpin Kerajaan Agung Sejagat itu mengaku memiliki kekuasaan di seluruh dunia.

Sebagai penanda kekuasaannya, kerajaan yang baru dideklarasikan ini mendirikan keraton di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo.

Kerajaan itu dipimpin oleh Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat dan istrinya yang dipanggil Kanjeng Ratu Dyah Gitaraja, dan mengaku memiliki 425 pengikut.

Para pengikut tersebut bukan dari desa sekitar, tapi dari berbagai daerah di Jawa, dan banyak yang berasal dari Yogyakarta.

Menurut Sumarni, seorang warga di Desa Pogung, kegiatan di tempat tersebut mulai ramai dan didatangi berbagai orang dari luar pada 14 Agustus 2019 lalu.

Orang-orang datang berdatangan menggunakan kain-kain tradisional seperti kerajaan.

Orang-orang itu datang bukan dari Purworejo atau orang asli di situ, melainkan mereka datang dari luar seperti Bantul, Imogiri, dan lainnya.

Aktivitas mereka dimulai pada pukul 17.00 WIB sore, dan acaranya adalah sekitar pukul 22.00 WIB.

Acara yang mereka selenggarakan menggunakan tatacara upacara ala manten jawa.

Ada tarian gambyong, cucuk lampah hingga prosesi pecah telor.

Warga yang melihat prosesi tersebut menjadi terheran-heran ada kegiatan apa seperti itu.

"Kita sebagai warga jelas heran itu ada apa kok malem-malem seperti itu," katanya.

Keberadaan Kerajaan Agung Sejagat itu dianggap menunaikan janji 500 tahun runtuhnya kerajaan Majapahit tahun 1518.

Kemunculan Kerajaan Agung Sejagat itu mengaku untuk menyambut kehadiran Sri Maharatu (Maharaja) Jawa kembali ke tanah Jawa.

Baca: Driver Ojol dan WNA Nigeria Ditangkap Polisi, Diduga Tipu Korbannya Nyaris Capai Rp 1 Miliar

Saat ini pengikut KAS disebut dengan istilah 'punggawa kerajaan'.

Kerajaan itu juga memiliki sebuah prasati yang merupakan sebuah batu besar yang konon menjadi penanda perubahan zaman.

Batu Prasasti Penanda Zaman

Rasa penasaran dan keanehan yang dialami oleh warga semakin bertambah mana kala pada Minggu kedua Oktober,

Tiba-tiba datang sebuah batu besar pada malam hari.

Baca: Haji Lulung kepada Massa Kontra Anies: Kan Bisa Audiensi, Jangan Demo-demo

"Itu batunya datang jam setengah tiga malam, otomatis kita sebagai tetangga dekat jelas dengar suaranya," ungkapnya.

Konon katanya batu besar itu berasal dari Desa Plipiran, Kecamatan Bruno, Purworejo, Jawa Tengah.

Baca: Iming-imingi Bakal Angkat Sebagai Anak dan Beri HP, Pria Ini Cabuli Anak di Bawah Umur

Batu itu dipindahkan ke Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan pada akhi bulan September.

Batu itu juga diklaim bukan batu sembarangan, dan merupakan bagian dari pembangunan World Empire atau Keraton Agung Sejagat.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved