Minggu, 5 Oktober 2025

Seorang Ayah Mencoba Bunuh Diri setelah Tusuk Anaknya, Ini Kata Psikolog agar Kasus Tidak Terulang

Seorang ayah di Tangerang membunuh anaknya lalu berusaha mengakhiri hidupnya sendiri. Psikolog sebutkan hal-hal penting agar kasus ini tidak terulang.

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Wulan Kurnia Putri
Grafis Tribunwow/Kurnia Aji Setyawan
Ilustrasi Pembunuhan 

Beberapa pelajaran tersebut di antaranya:

1. Tolong Menolong dalam Keluarga Sangat Diperlukan

Satu di antaranya yaitu mengambil pelajaran bahwa tolong menolong dalam keluarga memang sangat diperlukan.

"Kedekatan antar keluarga itu sangat penting, bagaimana orang bekerjasama, bagamana orang saling mendukung," tutur Adib.

Adib menambahkan, sejak kecil anak perlu dilatih untuk dapat berempati dan peka.

"Jangan sampai anak sejak dini sama keluarga berantem dibiarin," kata Adib.

Ia menjelaskan, seorang anak yang dibiarkan berkelahi atau bermusuhan dengan saudaranya akan menjadi tidak saling mengenal dengan saudaranya.

Akibatnya, ketika sudah menikah, anak itu akan tetap merasa hidup sendirian.

Adib menekankan bahwa peran keluarga sangat penting untuk meminimalisir permasalahan keluarga yang berujung pembunuhan seperti dalam kasus ini. 

"Kalau keluarga kecil itu kuat, keluarga besar itu kuat, tentunya masalah-masalah keluarga ini bisa dipecahkan dalam keluarga kecil ataupun keluarga besar sehingga ada kepedulian di sana," tuturnya.

Menurut Adib, jika tidak ada kedekatan dalam keluarga, seseorang akan merasa buntu saat mengalami masalah.

2. Pentingnya Menguatkan Iman

Poin kedua menurut Adib, seseorang perlu meningkatkan keimanannya.

Pasalnya, seseorang yang jauh dari agama akan mudah menganggap hidup sebagai beban.

"Orang kalau tidak dekat agama akan menganggap hidup ini beban karena merasa hidup harus mencari materi, hidup dituntut ini-itu,

harga-harga barang naik, akses kesehatan yang naik, ini kan membuat dia merasa tertekan," jelas Adib.

Sebaliknya, psikolog dari praktekpsikolog.com itu menuturkan seseorang dengan keimanan yang kuat dan memiliki rasa syukur yang tinggi akan lebih kecil kemungkinannya melakukan bunuh diri.

"Kalau orang bersyukur ini kan tanpa disadari akan mensyukuri apa yang dia miliki," kata Adib.

"Walaupun juga dilatih dengan usaha, tapi paling tidak pelajaran untuk bersyukur akan menghindarkan masyarakat dari pikiran bunuh diri,

karena orang merasa dia diberikan hidup maka tidak boleh mengakhiri hidupnya," sambung Adib.

3. Kepedulian dalam Masyarakat Diperlukan

Lebih lanjut, Psikolog dari Bintaro, Jakarta Selatan itu menyampaikan, peran tokoh masyarakat juga dibutuhkan dalam menanggulangi kasus seperti ini.

"Peran-peran lingkungan RT, lingkungan tokoh masyarakat, itu harus benar-benar peduli juga," tutur Adib.

Menurut Adib, saat ini budaya tolong-menolong dan kepedulian antar masyarakat sudah luntur.

Kini, sifat-sifat individual dinilai sudah mulai muncul di masyarakat.

"Sifat-sifat individual sudah mulai muncul, padahal ketika masyarakat itu mau tolong-menolong, bantu-membantu, ya seseorang akan merasa ada, merasa didukung, sehingga keinginan untuk bunuh diri menjadi berkurang," terangnya.

Dalam kasus ini, Adib menilai pelaku merasa tidak memiliki ruang komunikasi dengan lingkungan sekitarnya.

"Dalam arti, ruang komunikasi dengan istri sudah sulit, ruang komunikasi dengan mertua, orangtua, saudara, mungkin juga sudah sulit," kata Adib.

Adib menekankan, kepedulian antar keluarga maupun antar masyarakat harus dijangkau.

"Kepedulian ini harus benar-benar dijangkau, didalami, artinya bagaimana seseorang itu peduli pada yang lain," tuturnya.

(Tribunnews.com/Widyadewi Metta) (TribunJakarta.com/Ega Alfreda)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved