Minggu, 5 Oktober 2025

Tradisi Sekaten sebagai Sarana Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Solo dan Yogyakarta

Di Solo dan Yogyakarta, masyarakat memperingati Maulid Nabi dengan mengadakan acara Sekaten.

zoom-inlihat foto Tradisi Sekaten sebagai Sarana Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Solo dan Yogyakarta
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
Alunan Gamelan Kyai Guntur Madu - Abdi Dalem Keraton Yogyakarta memainkan gamelan Kyai Guntur Madu di kompleks Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Jumat (18/1). Tradisi setiap perayaan Sekaten tersebut selalu dinanti oleh warga yang meyakini bahwa alunan bunyi gamelan tersebut dapat menghadirkan berkah serta ketentraman dalam kehidupan mereka. Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (DRA)

Para Wali Songo mengajarkan amalan sedekah melalui tradisi budaya Jawa, seperti sekaten

Tradisi sekaten biasanya diadakan di Kota Solo dan Yogyakarta.

Tradisi sekaten ini terdiri dari dua bagian acara, yaitu 'grebeg maulidan' dan 'numplak wajik'.

Grebeg maulid merupakan acara puncak Sekaten, yaitu membawa sedekah bumi atau gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan, dan buah-buahan serta sayur-sayuran yang kemudian dibawa dari istana menuju masjid Agung. 

Suasana perayaan Grebeg Maulid Nabi di Keraton Surakarta, Selasa (20/11/2018).
Suasana perayaan Grebeg Maulid Nabi di Keraton Surakarta, Selasa (20/11/2018). (TRIBUN TRAVEL/WAHID NURDIN)

Sementara numplak wajik adalah lagu-lagu yang dimainkan menggunakan gamelan yang mengiringi ketika gunungan dibawa menuju masjid Agung.

Mengutip Tribunnews, awalnya perayaan sekaten diadakan sebagai upaya menyiarkan agama Islam yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Islam di tanah Jawa, yaitu zaman Kesultanan Demak.

Masyarakat Kota Solo dan orang-orang Jawa lainnya saat itu menyukai seni gamelan.

Ketika hari raya Islam, yaitu pada hari lahirnya Nabi Muhammad, di halaman Masjid Agung Demak orang-orang senang memainkan gamelan.

Hal itu dapat menarik masyarakat berdatangan ke halaman masjid untuk mendengarkan gamelan.

Saat itulah khutbah-khutbah mengenai keIslaman juga disiarkan pada hari Maulid Nabi.

Para Wali sepakat untuk mengemas dakwahnya dengan menggunakan gamelan pusaka peninggalan dinasti Majapahit yang telah dibawa ke Demak.

Terwujudnya sekaen adalah karena kejelian, kecerdasan, dan kedekatan para Wali pada masyarakatnya.

Sekaten 2019
Sekaten 2019 (tweet Twitter @GKRHayu)

Menurut KRT Haji Handipaningrat dalam buku 'Perayaan Sekaten', kata Sekaten berakar dari kata dalam Bahasa Arab, Syahadatain yang memiliki makna persaksian (syahadat).

Bagi masyarakat muslim, syahadat dianggap penting karena merupakan bukti pengakuan dari keagungan Tuhan dan risalah Nabi Muhammad SAW.

Sekaten ini menjadi upacara adat dan keagamaan dengan balutan adat dan budaya yang diringi dengan suara gamelan.

Tidak hanya itu saja, sekarang sekaten juga menyediakan pasar malam bag rakyat yang menyediakan berbagai wahana hiburan didalamnya.

(Tribunnews.com/Oktaviani Wahyu Widayanti/Fitriana Andriyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved