Kronologi Polisi Tembak Polisi di Sulteng, Kapolres Donggala Bantah Adanya Baku Tembak
Seorang polisi di Polsek Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Aiptu Purwanto menembak rekannya, Aipda Nabud Salama, di bagian rahang, Jumat
Aipda Nabud Salama diberangkatkan sekitar pukul 10.46 WITA dari RSUD Undata Palu menuju Bandara Mutiara Sis Aljufri untuk selanjutnya diberangkatkan menuju Makassar, Sulawesi Selatan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunPalu.com, Aipda Nabud Salama akan diberangkatkan dengan helikopter milik Polri menuju Makassar.
Namun, belum diketahui di rumah sakit mana Aipda Nabud Salama akan dirawat selama di Makassar.
Sedangkan korban tembak kedua yakni Aiptu Purwanto, dikabarkan masih dirawat di RSUD Undata Palu, untuk menjalani operasi bedah syaraf.

7. Kapolres Donggala Bantah adanya Baku Tembak
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Donggala, AKBP Dadan Wahyudin, membantah anak buahnya saling tembak, terkait insiden dua anggota Polsek Sirenja yang jadi korban tembak, Jumat (8/11/2019) kemarin.
"Tidak ada saling tembak," jelas Dadan saat dihubungi TribunPalu.com, Sabtu (9/11/2019) siang.
Hal itu, kata Dadan, berdasarkan bukti hanya ada satu senjata yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).
Senjata yang ditemukan ialah senjata api laras panjang jenis SS1 V2 Shabara.
"Karena hanya ada 1 senjata yang terlibat," tambah Kapolres Dadan.
Lanjut Dadan, berdasarkan keterangan saksi mata di sekitar TKP, pihaknya menduga kemungkinan adanya keteledoran anggota.
Sedangkan untuk motif kejadian, pihaknya masih terus mendalami, sebab kedua anggota yang menjadi korban saat ini masih belum bisa dimintai keterangan.
"Karena kedua personel yang terluka belum dapat dimintai keterangan," kata Dadan.

8. Tanggapan Ahli Forensik
Menanggapi fenomena polisi tembak polisi, Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menyoroti anggaran untuk kesehatan psikologis forensik di kepolisian.
Menurutnya, ada data yang menunjukkan bahwa rasio bunuh diri di kalangan personel polisi lebih tinggi daripada di masyarakat sipil.
“'Wajar'-lah, karena bekerja sebagai polisi sama sekali tidak enteng, malah semakin berat, sebagaimana implisit disampaikan mantan Kapolri Tito Karnavian,” kata Reza kepada Tribunnews.com melalui keterangan tertulisnya, Jumat 8 November 2019.
Reza kemudian menyoroti soal anggaran untuk kesehatan psikologis di kepolisian.
“Jadi pertanyaan, anggaran Polri semakin besar, kira-kira berapa persen yang dialokasikan untuk kesehatan (psikologis) personel? Semestinya persentasenya besar,” kata dia.
“Apalagi Kapolri Idham Aziz, saat fit and proper test, katakan, dari tujuh program unggulan, program teratas adalah SDM unggul,” imbuh Reza.
Orang Indonesia pertama yang mendapat gelar Master Psikologi Forensik ini memberikan perbandingan; di Amerika, Trump menandatangani anggaran sebesar 7,5 juta dolar per tahun khusus untuk pencegahan bunuh diri, pemeriksaan kesehatan mental, dan pelatihan daya lenting (resiliensi) bagi personel kepolisian.
“Siapa tahu Presiden Jokowi punya keterpanggilan hati setara, sehingga, secara spesifik menyebut bahwa 40 persen anggaran Polri dimanfaatkan untuk kepentingan yang sama,” kata dia.
(Tribunnews.com/Sinatrya) (TribunPalu/Imam Saputro/Muhakir Tamrin)