Koalisi Partai Golkar di DPRK Subulussalam Pecah, PNA Mundur dan Gabung ke Fraksi Sada Kata
Muncul kabar jika terjadi perpecahan di fraksi gabungan Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Nanggroe Aceh (PNA).
Masih Pembahasan Fraksi
Sebelumnya, para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kota Subulusalam periode 2019-2024 hingga kini masih berkutat dalam pembahasan fraksi dan belakangan menemui jalan buntu.
Baca: Ini Martabak Langganan Ani Yudhoyono di Bandung, Ibas Yudhoyono Nostalgia di Sana
"Fraksi belum terbentuk karena ada masalah dalam jumlah fraksi gabungan, sehingga kami harus berkonsultasi dulu ke Biro Hukum Pemerintahan Aceh," kata Ketua sementara DPRK Subulussalam, Ade Fadly Pranata Bintang SKed kepada Serambinews.com, Rabu (4/9/2019).
Menurut Ade Fadly, buntunya pembentukan fraksi ini berimbas pada penyusunan alat kelengkapan DPRK Subulussalam lainnya seperti komisi-komisi, badan legislasi (banleg) dan badan anggaran (banggar).
Sebab, personel yang masuk dalam alat kelengkapan tersebut merupakan utusan fraksi-fraksi di DPRK Subulussalam. Meski begitu, untuk Tata tertib (Tatib) DPRK Subulussalam sudah hampir rampung dibahas.
Dikatakan, saat ini ada empat fraksi yang diusulkan dari 20 anggota DPRK Subulussalam. Dari empat fraksi ini satu utuh tiga gabungan sejumlah partai politik.
Keempat fraksi yakni Fraksi Hanura terdiri dari empat kursi sehingga merupakan fraksi utuh.
Kemudian Fraksi Gerakan Amanat Aceh atau Granat sebanyak enam kursi masing-masing dari Partai Gerindra, PAN dan PA.
Lalu Fraksi Golkar/PNA sebanyak lima kursi yaitu gabungan Golkar dan PNA.
Terakhir Fraksi Sada Kata meliputi lima kursi yaitu PKS, PBB, PKPI masing-masing satu kursi plus dua kursi dari Demokrat.
Sebenarnya, kata Ade Fadly, sesuai aturan jika ada satu fraksi utuh maka dibolehkan membentua dua fraksi gabungan.
Masalahnya di Subulussalam selain satu fraksi utuh muncul tiga fraksi gabungan sehingga sesuai aturan hal ini tidak memungkinkan.
Baca: Mata Ayu Ting Ting Memar Seperti Dipukul, Komentar Didi Riyadi Pakai Tanda Ini Tuai Sorotan
Dalam hal ini, Fraksi Hanura menurut Fadly siap menampung para anggota DPRK untuk bergabung dengan mereka.
Namun sejauh ini belum ada anggota DPRK yang siap bergabung.
Semua fraksi mempertahankan argumen dan enggan berbaur sehingga membuat rapat menjadi buntu.