Selasa, 30 September 2025

Kebakaran Hutan dan Lahan

Kisah Perempuan Penakluk Api di Kalimantan: 'Teman dan Atasan Saya Pernah Sakit, Ada yang Meninggal'

Sumarni tak pernah membayangkan harus menyemprotkan ribuan liter air ke hektare demi hektare lahan yang membara, demi bisa bernapas.

Editor: Dewi Agustina
BBC News Indonesia
Sola mempraktikkan ilmu yang didapatnya dari pelatihan pemadaman kebakaran hutan dan lahan yang ia ikuti sebelum bergabung dengan Tim Cegah Api, kita kan nggak bisa sembarang siram. (BBC News Indonesia) 

Dengan mengenakan pakaian pemadam kebakaran lengkap, ia melingkarkan gulungan selang air di pundak sambil mengangkat kakinya tinggi-tinggi setiap kali melangkah - menerka mana gambut yang kopong, mana yang cukup padat untuk diinjak.

Baca: Mobil Rubicon yang Terbakar di Lapangan Tembak Senayan Semalam Ternyata Milik Wakil Ketua KONI DKI

Ia masuk semakin dalam ke tengah semak belukar di atas gambut yang kering dan menghitam, ke kawasan dengan asap yang masih membumbung tinggi.

"Kita diajari gimana sih tipe-tipe tipikal gambut, terus gimana cara kita menanggulanginya," tutur Sola.

"Kita kan nggak bisa sembarang siram."

Di sana-sini, para petugas dari satuan maupun kelompok lain tengah memadamkan api.

Kobarannya memang kerap tak tampak, karena api biasanya membara di bawah permukaan gambut yang kedalamannya sulit ditebak.

Kisah Perempuan Penakluk Api di Kalimantan
Selama ratusan tahun kami menjaga hutan kami, hutan Kalimantan, tutur Sumarni Laman, perempuan (23) asli Dayak yang ikut terjun menjadi relawan pemadam kebakaran hutan dan lahan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (18/9/2019).

Sebelumnya, Sola dan relawan lain dari lembaga swadaya masyarakat yang berpusat di Belanda itu sudah diberi pelatihan khusus untuk bisa bergabung dengan Tim Cegah Api Karhutla.

"Kita dilatih sama teman-teman dari Rusia, pelatih dari Rusia. Kita diajarin bagaimana teknik (pemadaman)nya," ungkapnya.

Setelah tiba persis beberapa meter dari asap yang mengepul tebal, Sola dan teman-temannya--dibantu sejumlah tentara--mulai memasang dan menyalakan mesin pompa air untuk menyedot air tanah dari sumur galian terdekat.

"Tarik selangnya, tarik," teriak salah satu tentara yang suaranya berkejaran dengan bising mesin pompa.

Sola mengambil posisi terdepan. Ia memegang nozzle alias mulut pipa dan mengarahkannya ke area yang ditarget.

"Kita pakai nozzle yang satu arah, alasannya karena efektif di lahan gambut," tuturnya sambil sesekali membenamkan ujung nozzle ke dalam gambut, membiarkan air menerobos sela-sela akar yang saling melilit.

Baca: Briptu Fauzi Tewas di Tangan Mantan Pacar Calon Istrinya, Pelaku Tertangkap Setelah 8 Tahun Buron

"Kita melakukan pembuburan, di mana pembuburan itu dilakukan untuk mengambil bara yang di bawah. Jadi kita mematikan bara yang di bawah."

Ini adalah tahun ketiga Sola menjadi relawan Tim Cegah Api. Sebelumnya, pada tahun 2017, ia terjun di kampung halamannya, Ketapang, Kalimantan Barat.

Tahun 2018, ia terbang ke Pontianak untuk membantu pemadaman.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan