Kamis, 2 Oktober 2025

Pelatihan Smart Disaster Management Dukung Jabar Tangguh Bencana

Para peserta yang mengikuti pelatihan Smart Disaster Management, memaparkan ide atau konsep penanganan kebencanaan di Jabar sampai tahun 2040 ke Ridwa

Editor: Content Writer
Pemprov Jabar
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, saat melakukan pemaparan pelatihan Smart Disaster Management di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (12/9/19). 

KOTA BANDUNG -- Sebanyak 30 orang mengikuti pelatihan Smart Disaster Management atau pelatihan manajemen kebencanaan secara pintar, yang digelar oleh Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat bersama East West Center (EWC).

Para peserta, yang terbagi dalam lima kelompok, memaparkan ide atau konsep penanganan kebencanaan di Jabar sampai tahun 2040 kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Pemaparan itu dilakukan dalam acara penyerahan sertifikat sekaligus evaluasi pelatihan Smart Disaster Management di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (12/9/19).

Melalui pelatihan tersebut, Emil –sapaan Ridwan Kamil-- meminta agar ada cetak biru Buku Ketangguhan Budaya Jawa Barat atau Resilience Culture Province, yang menjadi bagian dari komitmen Pemdaprov Jabar saat ini. Dia pun memberikan tenggat waktu tiga bulan kepada BPBD Jabar untuk membuat buku tersebut.

"Ini salah satu komitmen politik tentang Jabar Resilience Culture Province (Budaya Ketangguhan Jawa Barat)," ucap Emil.

Pemateri dalam pelatihan ini merupakan ilmuwan-ilmuwan kebencanaan dari Hawaii melalui EWC. Dengan pelatihan tersebut, para peserta diminta untuk memberikan kontribusi atau pemikirannya terkait kesiapan Jabar dalam penanganan kebencanaan hingga 2040.

"Supaya hasilnya konkret saya kasih waktu tiga bulan sampai akhir 2019 untuk segera menerbitkan buku Jabar Resilience Culture Province versi pelatihan ini," kata Emil.

Pada kesempatan ini, Emil juga menginstruksikan Diskominfo Jabar untuk membuat aplikasi kebencanaan Jabar yang bisa diakses oleh semua warga Jawa Barat. "Sehingga, pada saat terjadi bencana, bisa lebih dekat dan melakukan tindakan emergency yang lebih relevan," katanya.

"Termasuk konten-konten edukasi (kebencanaan) bisa di situ (aplikasi) dilihat, bisa dalam bentuk video, dan lain-lain," lanjutnya.

Selain itu, kata Emil, Pemdaprov Jabar akan membuat maskot fauna yang menjadi representasi ketangguhan Jabar dalam menangani kebencanaan. Maskot tersebut akan diberi nama ‘Resi’ yang berasal dari kata 'Resilience'.

"Supaya nanti ketika kita mengedukasi anak TK, anak SD yang masih awam, kita menggunakan cara-cara yang sifatnya hiburan sambil melatih mereka untuk menjadi generasi yang lebih siap (terhadap kebencanaan) dari kita-kita orang tuanya di hari ini," ucapnya.

Jabar sendiri menjadi provinsi dengan jumlah kebencaan tertinggi di Indonesia. Setiap tahun ada 1.200-1.500 laporan kebencanaan di Jabar. Mayoritas adalah bencana hidrologis seperti longsor, luapan air sungai yang mengakibatkan banjir, dan lainnya.

"Kita harus jadi masyarakat yang adaptif, masyarakat yang hari esok lebih baik dari hari ini. Caranya dimulai dari niat. Saya apresiasi orang-orang hebat ini (peserta seminar) yang mewakili unitnya," katanya.

Kepala Pelatih dan Fasilitator EWC Scheirman Cruz menjelaskan, dalam pelatihan, para peserta diajak untuk memikirkan rencana strategis penanganan kebencanaan di Jabar hingga 2040. "Bagaimana penanganan bencana untuk masa depan bisa direncanakan dari sekarang," ucap Shceirman.

"Dan di sini para pesera akan memamparkan bagaimana model atau strategi penanganan bencana Jawa Barat di masa depan tepatnya di tahun 2040, yang akan bisa menjadi peta jalan bagi Jawa Barat," tambahnya.

Pelatihan berlangsung selama lima hari, yakni dari 8-12 September 2019. Para peserta berasal dari pemangku kepentingan kebencanaan dari 27 kabupaten/kota, serta beberapa pegawai BPSDM Jabar.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved