Jumat, 3 Oktober 2025

Potensi Konflik Gajah dan Warga Membesar Saat Musim Panen Padi

Biasanya kawanan gajah ini akan kembali ke hutan melalui jalur landai di Gampong Lhok Keutapang

Editor: Eko Sutriyanto
Media Sosial
Kolase foto gajah liar mengejar warga Gampong Leupu, Kecamatan Geumpang, Pidie, Minggu (4/11/2018) sekitar pukul 17.35 WIB 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Taufik Hidayat

TRIBUNNEWS.COM, PIDIE – NGO Fauna&Flora International (FFI) Aceh mengingatkan potensi konflik satwa gajah yang bisa meningkat dalam beberapa bulan ke depan di Kabupaten Pidie.

Pasalnya, sebanyak 50-an ekor gajah yang terbagi dalam dua kelompok masih berkeliaran di sekitar permukiman warga sekitar Geumpang, Tangse, Mane, dan Keumala.

Staf FFI Aceh, Dedi Kiswayadi, mengatakan dua kawanan gajah yang masing-masing kelompok terdiri dari 20-an ekor gajah terdeteksi berada 1-2 Km dari desa terdekat di Mukim Beungga, Pidie.

“Sedangkan satu kelompok lagi, saat ini berada di wilayah antara Gampong Teurucut dan Mane menunggu waktu yang tepat untuk menggasak padi di kawasan itu,” kata Dedi, Kamis (22/8/2019).

Laporan terbaru diterima FFI Aceh, pada 15 Agustus 2019 lalu, kawanan yang juga terdiri dari 20-an gajah liar ini menggasak padi di areal sawah seluas kurang lebih 1 hektare di Gampong Teurucut.

Saat itu, pemilik sawah bersama warga bisa dengan cepat menghalaunya.

Baca: Detik-Detik TNI Menangis Saat Giring Kawanan Gajah ke Hutan, Soeharto Larang Gunakan Senjata

Namun kawanan gajah itu diduga masih berkeliaran tak jauh di Gampong Teurucut, Mane, dan sekitarnya.

Menurut amatan FFI Aceh dalam beberapa tahun terakhir, saat memasuki masa menjelang panen padi seperti saat ini, kawanan gajah tersebut akan keluar dari hutan melalui celah bukit di kawasan Keumala Dalam untuk mencari pakan, khususnya padi yang baru berbulir di permukiman warga.

Kawanan gajah itu akan menggasak padi mulai dari kawasan Gampong Mane dan Teurucut di Kecamatan Mane.

Kemudian ke Gampong Bangkeh, Pulo Loih, Pucok, Leupue di Kecamatan Geumpang. Selanjutnya kembali ke wilayah Kecamatan Mane, melalui Gampong Blang Dalam, Leutueng, dan Gampong Mane.

Perilaku satwa ini muncul sejak para petani di wilayah itu tidak lagi memberlakukan tanam padi serentak.

Sehingga kawanan gajah tersebut pun terbiasa untuk menggilir sawah warga di delapan desa itu, selama 10-11 bulan.

Baca: Mata Najwa Bahas Isu Separatisme Papua, Ketua Komnas HAM Singgung SBY hingga Gus Dur Tangani Aceh

Selama periode itu, kawanan gajah akan bertahan di kebun-kebun warga yang cukup menyediakan pakan berupa pinang dan tanaman muda lainnya sambil menunggu padi berbulir, yang merupakan makanan favoritnya.

“Biasanya kawanan gajah ini akan kembali ke hutan melalui jalur landai di Gampong Lhok Keutapang, dan bertahan 1-2 bulan di dalam hutan untuk menunggu panen padi musim berikutnya,” kata Boy, Ranger yang juga anggota Tim Mitigasi Konflik Gajah FFI Aceh.

“Tapi sepanjang tahun ini, kawanan gajah itu tidak kembali ke hutan meskipun pakan tidak tersedia di sekitar permukiman. Kami menduga, ini karena meningkatnya ancaman di dalam hutan berupa aktivitas illegal logging, perburuan menggunakan senjata api, dan penambangan emas ilegal,” ungkapnya.

Pihak FFI mengatakan penanganan gajah di kawasan ini sulit dilakukan.

Karena selain banyaknya ancaman di dalam hutan yang membuat kawanan gajah ke luar dari habitat alaminya, juga karena tidak adanya kepedulian pihak perusahaan pemilik izin pengelolaan hutan di kawasan tersebut.

Karena, jalur masuk dan keluarnya gajah dari dalam hutan ini berada di areal Hutan Produksi milik PT Aceh Nusa Indrapuri.

Sementara, pemerintah melalui instansi terkait dinilai terlalu lemah dan seolah tak berdaya saat berhadapan dengan pihak perusahaan.

Karena itu, untuk meminimalisir potensi gangguan gajah di kawasan ini, masyarakat terpaksa harus berjuang sendiri.

Terkait hal ini, pihak FFI Aceh mengatakan akan tetap membantu masyarakat dengan memberikan informasi keberadaan gajah sebagai upaya peringatan dini, dan upaya-upaya lainnya yang dapat dilakukan di tingkat masyarakat, demi mencegah kerugian yang lebih besar terkait konflik gajah dan manusia di kawasan Pidie dan sekitarnya ini.

BKSDA Aceh juga diminta untuk segera mengumumkan peringatan dini kepada masyarakat, karena kawanan gajah ini sudah dipasangi alat pendeteksi, sehingga posisinya bisa diketahui setiap saat.

“Persoalannya, informasi posisi gajah itu sering terlambat dipublish BKSDA Aceh. Sehingga upaya antisipasi pun tidak dilakukan di saat yang tepat,” kata Boy Ranger. (Serambi Indonesia/Taufik Hidayat) 

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Dua Kawanan Gajah Berkeliaran di Permukiman, FFI Ingatkan Potensi Konflik Satwa di Musim Panen Padi

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved