Virus Monkeypox
KKP Ngurah Rai Bali Awasi Penumpang Rute Singapura
KKP Ngurah Rai melakukan pemantauan atau pengawasan penumpang di terminal kedatangan Internasional Bandara Ngurah mencegah masuknya virus monkeypox.
"Pasien dikabarkan menghadiri pernikahan di Nigeria sebelum tiba di Singapura. Di acara itu kemungkinan dia mengonsumsi daging yang kemungkinan menjadi sumber penularan penyakit ini," kata MOH.
Baca: UPDATE Hasil Real Count KPU Pilpres 2019 Jokowi vs Prabowo, Rabu Malam, Data Masuk 83% Lebih
Sementara itu, penularan penyakit antar-manusia bisa saja terjadi jika muncul kontak dengan sekresi saluran pernapasan, terkena luka dari tubuh orang yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi cairan tubuh pasien.
Gejala penyakit ini termasuk demam, nyeri, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit.
Penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi seperti pneumonia dan pada beberapa kasus mengakibatkan kematian.
MOH menyebut, warga Nigeria itu sebelum dirawat di rumah sakit dan tinggal di sebuah hotel.
Dia juga sempat menghadiri sebuah workshop di sebuah lokasi pada 29-30 April 2019 lalu.
Baru pada 30 April 2019, pria ini mengalami demam, nyeri otot, menggigil, dan ruam di kulitnya.
Akibatnya, pria itu hanya tinggal di kamar hotelnya antara 1 hingga 7 2019 Mei lalu.
Kondisinya tak kunjung membaik sehingga dia kemudian dibawa ke RS Tan Tock Seng pada Rabu (7/5/2019), dan langsung mendapatkan perawatan intensif di hari yang sama.

Setelah merawat pasien ini, MOH kemudian melakukan pelacakan kontak dan mengidentifikasi 23 orang yang pernah melakukan kontak dengan pria Nigeria itu.
Mereka adalah 18 orang menghadiri workshop, satu staf di lokasi workshop, dan empat karyawan hotel.
"Kontak dengan pasien sudah dipastikan dan mereka sudah diberi vaksinasi yang bisa mencegah atau mengurangi level gejala penyakit," kata MOH.
"Sebagai langkah pencegahan, mereka akan dikarantina dan dipantau kondisinya selama 21 hari sejak tanggal mereka menjalani kontak dengan pasien," tambah MOH.
Meski demikian, Direktur Eksekutif NCID Profesor Leo Yee Sin mengatakan, risiko menyebarnya penyakit ini di antara warga Singapura amat rendah.
"Hingga saat ini tak ada bukti transmisi antar-manusia saja bisa membuat infeksi cacar monyet bertahan di antara populasi manusia," ujar Leo.