Jumat, 3 Oktober 2025

banjir di Bengkulu Tewaskan 17 Orang, 9 Hilang

Sebanyak 12.000 orang mengungsi yang tersebar di banyak tempat dan 13.000 orang terdampak bencana longsor dan banjir di Bengkulu.

Editor: Hendra Gunawan
BNPB
Banjir di Bengkulu. 

TRIBUNNEWS.COM -- HINGGA Minggu (28/4/2019) pukul 19.00 WIB, tercatat 17 orang meninggal dunia, 9 orang hilang, 2 orang luka berat, dan 2 orang luka ringan, menyusul bencana banjir dan longsor yang melanda 9 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu.

Sebaran dari 17 orang meninggal dunia terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah 11 orang, Kota Bengkulu 3 orang, dan Kabupaten Kepahiang 3 orang.

Sebanyak 12.000 orang mengungsi yang tersebar di banyak tempat dan 13.000 orang terdampak bencana longsor dan banjir di Bengkulu.

Jumlah ternak yang mati sebanyak 106 ekor sapi, 102 ekor kambing/domba dan 4 ekor kerbau.

Sedangkan kerusakan fisik meliputi 184 rumah rusak, 7 fasilitas pendidikan dan 40 titik sarana prasarana infrastruktur.

Dana siap pakai

Untuk membantu operasional penanganan darurat, Kepala BNPB Doni Monardo telah menyerahkan bantuan dana siap pakai sebesar Rp 2,25 miliar kepada Gubernur Bengkulu.

Selanjutnya dana siap pakai tersebut akan diberikan kepada BPBD kabupaten/kota sesuai tingkat kerusakan akibat bencana.

Kepala BNPB setiba di Bengkulu langsung mendapat penjelasan dari Gubernur Bengkulu terkait dampak dan penanganan bencana.

Kepala BNPB telah memerintahkan kepada Deputi Penanganan Darurat BNPB dan Deputi Logistik Peralatan BNPB untuk segera memenuhi kebutuhan darurat yang diperlukan.

Selain itu, Kepala BNPB juga memberikan beberapa arahan kepada jajaran BPBD dan SKPD.

"Bencana hidrometeorologi terus meningkat. Dampak ekonomi yang ditimbulkan juga cukup besar sehingga mengganggu pertumbuhan pembangunan," tutur Doni dalam keterangan resminya kepada Wartakotalive.com, Minggu (28/4/2019) malam.

Faktor Antropogenik

Selain faktor alam, yaitu intensitas curah hujan yang meningkat, faktor antropogenik yaitu ulah tangan manusia yang merusak alam dan lingkungan lebih dominan menyebabkan bencana hidrometeorologi meningkat.

"Deforestasi, degradasi hutan dan lingkungan, berkurangnya kawasan resapan air, lahan kritis, tingginya kerentanan, tata ruang yang tidak mengindahkan peta rawan bencana dan lainnya telah menyebabkan makin rentannya daerah-daerah terhadap banjir," tuturnya.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved