Minggu, 5 Oktober 2025

Pernah Jadi Porter hingga Preman, Kini Bagas Suratman Petani Sukses Beromzet Rp 15 Juta Per Hari

Bagas pernah bekerja sebagai porter di bandara, kondektur, hingga menjadi preman. Namun kini dia jadi petani sukses beromzet Rp 15 juta per hari.

Editor: Dewi Agustina
kompas.com/Gulang FA Candra
Bagas Suratman saat mengikuti Roadshow BBC Get Inspired di kampung Universitas Merdeka Malang, Jawa Timur, Kamis (14/2/2019). Kompas.com/GULANG FA CANDRA 

Setelah belajar cukup lama, Bagas kemudian mencoba bertani.

Bagas Suratman (tiga dari kanan) foto bersama dengan Rektor Universitas Merdeka Prof Dr Anwar Sanusi SE MSi (berdasi) dan anak muda inspiratif lainnya dalam acara roadshow BBC Get Inspired di Kampus Universitas Merdeka Malang, Kamis (4/2/2019). KOMPAS.com/FARID ASSIFA
Bagas Suratman (tiga dari kanan) foto bersama dengan Rektor Universitas Merdeka Prof Dr Anwar Sanusi SE MSi (berdasi) dan anak muda inspiratif lainnya dalam acara roadshow BBC Get Inspired di Kampus Universitas Merdeka Malang, Kamis (4/2/2019). KOMPAS.com/FARID ASSIFA (Kompas.com/Farid Assifa)

Ia menyewa lahan tanah tidur seluas 3.000 meter persegi untuk ditanami sayuran dan buah-buahan.
Tanah tersebut tepat berada di pinggir Bandara Soekarno-Hatta.

"Modalnya dari hasil dagang sedikit-sedikit. Sebelumnya saya juga sempat dagang," kata Bagas.

Hari berlalu. Usaha tani Bagas berjalan lancar. Bahkan, ia sudah mampu menyewa lahan seluas 26 hektar untuk ditanami sayuran dan buah-buahan seperti melon.

Ia memasok hasil usaha taninya ke pasar-pasar tradisional dan supermarket-supermarket di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Pada 2007, Bagas mengalami musibah. Kebun sayur yang dikelolanya diterjang banjir. Semua tanaman sayur dan buah-buahan terendam.

"Padahal, besok mau dipanen. Semuanya habis karena terendam banjir," kenang Bagas.

Namun, musibah itu tidak membuat Bagas menyerah. Ia tetap bangkit untuk menjalankan usaha taninya yang sudah dirintis cukup lama itu.

Baca: Menilik Perusahaan Milik Prabowo di Aceh Tengah, Tempat Jokowi Pernah Bekerja Tahun 1986

Kini, dari transaksi sayuran dan buah-buahan, Bagas meraup omzet kotor hingga Rp 15 juta per hari.

Pendapatan itu belum dipotong untuk membayar gaji pekerja dan biaya lain.

Merangkul Pengangguran
Bagas mengatakan bahwa menjalankan usaha tani sayuran bukan semata-mata untuk pendapatan diri sendiri.

Ia sedari awal sudah berniat untuk membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda pengangguran yang pernah dijalaninya dahulu.

"Tidak penting berapa pendapatan saya. Yang terpenting adalah bagaimana saya bisa membuka lapangan pekerjaan," ujar Bagas.

Ia pun merekrut orang-orang pengangguran, pemabuk, mantan preman, dan lain sebagainya, termasuk mantan teman-temannya yang dahulu berkecimpung di dunia yang disebutnya "tak benar".

Rata-rata pekerja di kebun Bagas bertato.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved