Sabtu, 4 Oktober 2025

Penjelasan BMKG terkait Fenomena El Nino yang Ancam Wilayah Balikpapan

Beberapa hari belakang, masyarakat khususnya di wilayah Balikpapan dihebohkan dengan kemunculan berita mengenai fenomena gangguan cuaca El Nino.

Editor: Fathul Amanah
BMKG
Ilustrasi El nino 

TRIBUNNEWS.COM - Fenomena El Nino mengancam wilayah Balikpapan, berikut penjelasan BMKG.

Beberapa hari belakang, masyarakat khususnya di wilayah Balikpapan dihebohkan dengan kemunculan berita mengenai fenomena gangguan cuaca El Nino yang diberitakan dapat mengancam aktivitas masyarakat di Balikpapan dan sekitarnya.

Bahkan terdapat beberapa akun media sosial menyandingkan berita El Nino dengan cuaca buruk. Benarkah demikian?

Sebelum membahas dampak, ada baiknya kita mencari tahu dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan El Nino dan La Nina.

Istilah El Nino dan La Nina berasal dari bahasa Spanyol yang masing-masing secara berurutan berarti “Anak Laki-laki/ElNino” dan “Anak Perempuan/La Nina”.

El Nino pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan pada 1600-an yang tidak sengaja menemukan kelainan suhu air laut yang lebih hangat dari biasanya di Samudra Pasifik bagian Timur.
Anomali ini menyebabkan peningkatan curah hujan dan frekuensi cuaca buruk di daerah tersebut.

Pemberian nama El Nino menyesuaikan bulan pertama kali ditemukannya fenomena tersebut yakni Bulan Desember yang identik dengan perayaan Natal dimana oleh masyarakat yang menganut agama Kristen maupun Katolik sebagai hari kelahiran Yesus Kristus (Anak Laki-laki).

Dalam ilmu meteorologi (ilmu yang mempelajari tentang atmosfer dan cuaca), El Nino secara sederhana merupakan fenomena anomali suhu permukaan air laut di wilayah Timur Samudra Pasifik dimana suhu menjadi lebih hangat dari biasanya.

Peningkatan suhu permukaan air laut ini secara kompleks akan menyebabkan banyaknya pembentukan awan dan hujan di daerah tersebut, sehingga terjadi peningkatan frekuensi cuaca buruk dan jumlah curah hujan.

Baca: BMKG Keluarkan Peringatan Soal Kondisi Gunung Anak Krakatau, Warga Terdekat Dengar Suara Menggelegar

Fenomena La Nina merupakan kebalikan dari El Nino.

Saat terjadi fenomena La Nina, suhu muka laut di Bagian Timur Samudra Pasifik menjadi lebih dingin dari biasanya.

Kondisi ini secara kompleks juga menyebabkan daerah tersebut menjadi lebih sedikit mengalami pertumbuhan awan dan hujan, sehingga cuaca lebih sering berada dalam kondisi baik.

Baik El Nino dan La Nina, keduanya bukan hanya mempengaruhi daerah di Samudra Pasifik saja, melainkan mempengaruhi mempengaruhi kondisi cuaca secara global.

Namun, pengaruhnya berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya.

Perbedaan dampak yang ditimbulkan juga tergantung pada intensitas El Nino maupun La Nina yang terjadi (Lemah, Sedang, ataupun Kuat)

Berkebalikan dari Samudra Pasifik, di Indonesia, fenomena El Nino justru akan membawa Indonesia menuju fase kering/mengurangi curah hujan di Indonesia, sedang La Nina akan menambah curah hujan di Indonesia.

Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Secara normal, daerah sirkulasi angin yang dinamai Siklus Walker akan membuat Indonesia menjadi daerah pembentukan awan dan hujan.

Namun ketika El Nino terjadi, daerah pembentukan awan dan hujan yang diakibatkan oleh Siklus Walker akan bergeser ke wilayah bagian Timur Samudra Pasifik, yang menyebabkan peningkatan curah hujan di Samudra Pasifik sementara di Indonesia justru akan mengalami penurunan curah hujan.

Sementara jika terjadi La Nina, wilayah pembentukan awan dan hujan di atas Indonesia akan bertambah signifikan sehingga menyebabkan Indonesia mengalami peningkatan curah hujan sementara di Samudra Pafisik bagian Timur mengalami penurunan curah hujan.

Dengan begini, bukan hanya Kalimantan Timur saja, namun seluruh wilayah Indonesia secara umum akan terdampak jika terjadi fenomena El Nino maupun La Nina.

Baca: Sempat Melihat Api dari Gunung Anak Krakatau, Begini Cerita Agung Korban Selamat Tsunami Banten

Hasil pantauan berbagai Lembaga Pemerintahan yang bertugas mengamati atmosfer dan cuaca di seluruh dunia, termasuk BMKG mengamati terjadi peningkatan suhu permukaan air laut di wilayah Samudra Pasifik yang dapat menyebabkan aktifnya fenomena El Nino.

El Nino dengan intensitas Sedang diprakirakan dapat aktif mulai akhir 2018 hingga Maret 2019 (musim dingin di Bumi Utara) dengan tingkat kemungkinan sebesar 80%. Sementara 5560% kemungkinan menjadi El Nino lemah dan bertahan pada Maret–Juni 2019 (musim semi di Bumi Utara).

Lantas bagaimana dampaknya terhadap wilayah Indonesia, khususnya wilayah Kalimantan Timur.

Secara umum, wilayah Indonesia akan mengalami penurunan curah hujan, terutama di wilayah Indonesia bagian timur dan tengah, namun karena terjadi pada musim hujan, maka dampak pengurangan curah hujan tidak akan begitu signifikan seperti bila terjadi pada musim kemarau.

Ingat sepanjang 2015 hingga awal 2016 silam, saat terjadi kemarau panjang dan bencana kebakaran hutan serta kabut asap di sebagian besar wilayah Indonesia.

Bencana tersebut merupakan dampak dari kekeringan yang terjadi akibat El Nino kuat yang terjadi pada tahun tersebut.

Berbeda, kali ini El Nino terjadi pada musim hujan dengan intensitas lemah hingga sedang.

Di wilayah Kalimantan Timur sendiri, kondisi yang hampir identik seperti ini pernah terjadi pada tahun 2002-2003, 2004-2005, 2006-2007 dan 2009-2010 lalu.

Data curah hujan pada tahun-tahun tersebut khususnya bulan Desember – Juni menunjukkan tidak terjadi penurunan curah hujan signifikan di wilayah Kalimantan Timur terhadap curah hujan normalnya.

Bahkan beberapa data menunjukkan tidak terjadi penurunan curah hujan.

Curah hujan normal merupakan curah hujan ratarata selama 30 tahun.

Baca: Gempa Hari Ini: BMKG Catat 3 Kali Gempa di Mamasa dan Lombok Utara, Kamis Malam, 27 Desember 2018

Bukan hanya El Nino, banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah curah hujan di suatu wilayah, mulai dari faktor lokal (seperti topografi), hingga faktor-faktor lain yang sifatnya lebih luas.

Hal ini juga perlu diperhitungkan sebagai bahan untuk menentukan apakah fenomena El Nino akan mengurangi jumlah curah hujan di Kalimantan Timur secara signifikan atau tidak.

Jika dilihat dari data-data kejadian identik pada tahun-tahun yang telah lalu, fenomena El Nino yang diprakirakan akan terjadi kedepan tidak akan terlalu berdampak signifikan di wilayah Kalimantan Timur, sebab ElNino terjadi pada periode musim hujan.

Lain halnya jika El Nino terjadi pada musim kemarau, maka tingkat kewaspadaan harus ditingkatkan sebab El Nino dapat menyebabkan musim kemarau bertambah panjang.

Akan tetapi, alangkah baiknya jika kita tetap bersiap diri seandainya dampak yang terjadi berada diluar prakiraan yang telah diperhitungkan.

Sebagai informasi tambahan untuk kita bahwa informasi resmi mengenai cuaca, iklim, gempa serta peringatan dini ter-update kini bisa kita dapatkan dengan mudah dan free melalui smartphone kita dengan men-download aplikasi “Info BMKG” di Playstore maupun Appstore.

Informasi yang lebih rinci mengenai daerah setempat dapat dilihat pada website masingmasing Stasiun BMKG terdekat (Meteorologi, Klimatologi serta Geofisika).

Untuk wilayah Kalimantan Timur, Khususnya Balikpapan dan sekitarnya informasi cuaca ter- update dapat dilihat melalui website kami di www.bmkgbalikpapan.id, Instagram di @stamet_balikpapan, twitter di @bmkg_balikpapan maupun fanspage facebook kami di “BalikpapanBMKG”.

Sudah saatnya budaya “melek” cuaca dan iklim kita bangkitkan, sebagai langkah kita dalam sikap antisipasi dan tanggap bencana untuk kehidupan yang lebih nyaman.

Keep calm and update your weather information. (*)

Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul Benarkan El Nino Ancam Wilayah Balikpapan, Ini Penjelasan BMKG

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved