Senin, 6 Oktober 2025

Tsunami di Banten dan Lampung

Willy Siska Korban Tsunami Banten: Tiba-tiba Datang Air dalam Hitungan Detik

Willy Siska yang saat telah terserat ke laut mencoba untuk berenang ke pesisir pantai

Warta Kota/Joko Supriyanto
Willy Siska, korban selamat tsunami Pantai Anyer yang kehilangan istri dan dua anaknya, saat bercerita pada Senin (24/12/2018) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duka yang amat mendalam dirasakan Willy Siska, warga Cipinang Lontar, Pulogadung, Jakarta Timur.

Meski ia selamat dari sapuan tsunami di Pantai Tanjung Lesung, pada Sabtu (24/12/2018) malam lalu, namun sang istri, Yuanita Primawati (34), dan dua anaknya Alya Shakila (7) ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, sementara Muhammad Ali Zaidan (3)  hingga kini belum ditemukan.

Baca: Satu Keluarga Warga Kedoya Jakarta Barat Jadi Korban Tsunami di Pantai Anyer

Meski kesedihan yang amat dalam yang ia rasakan, namun ia tetap berupaya tegar menghadapi semua ini, bahkan ia dengan kuat mengantar almarhumah dan anak sulungnya pergi ke tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Cipinang Baru, Pulogadung Jakarta Timur pada Senin (24/12/2018) pagi tadi.

Di balik kesedihan dan duka yang mendalam, pegawai PLN ini menyimpan peristiwa yang cukup mengerikan dalam peristiwa di Anyer tersebut, terlebih ketika itu gelombang tinggi yang datang, bertepatan dengan acara gathering PLN di Tanjung Lesung yang menampilkan band seventeen.

Dampak kerusakan terjangan tsunami di kawasan Pantai Carita, Banten, Jawa Barat, Minggu (23/12/2018). Tsunami diselat Sunda yang terjadi pada sabtu 22 Desember 2018 hingga kini tercatat sebanyak 168 orang meninggal dunia dan korban luka-luka mencapai 745 orang serta yang masih dalam pencarian sebanyak 30 orang.(Tribunnews/Jeprima)
Dampak kerusakan terjangan tsunami di kawasan Pantai Carita, Banten, Jawa Barat, Minggu (23/12/2018). Tsunami diselat Sunda yang terjadi pada sabtu 22 Desember 2018 hingga kini tercatat sebanyak 168 orang meninggal dunia dan korban luka-luka mencapai 745 orang serta yang masih dalam pencarian sebanyak 30 orang.(Tribunnews/Jeprima) (Tribunnews/JEPRIMA)

Di saat itulah secara tiba-tiba, gelombang air laut menporak-porandakan panggung dan orang-orang yang ada di sekitarnya hingga beberapa diantaranya terserat ke laut.

"Jadi saat tsunami terjadi itu memang tiba-tiba sekali dan kami group PLN sedang ada acara di tanjung lesung, acara inti pada malam itu. Acara musim seventeen, tiba-tiba pada lagu ketiga, panggung itu runtuh, kami pikir saat itu panggung saja yang runtuh, ternyata itu ada tsunami datang," kata Willy, Senin (24/12/2018).

Ketika gelompang tsunami menyapu pesisir pantai, ia mengaku tak mendegar adanya tanda-tanda sebelumnya seperti gempa atau apapun, namun gelombang air laut tersebut menerjang secara tiba-tiba orang-orang sekitar baik itu istri dan anaknya yang saat itu berada d sekitar area panggung.

"Memang saat itu kita tidak merasakan apa-apa. Biasanya ketika ada tsunami itu ada di awali adanya gempa tapi ini tidak ada yang dirasakan, tapi tiba-tiba datang dalam hitungan detik. Jadi tsunami itu datangnya dari arah kiri, makanya sebagian temen-temen kita itu termasuk saya dan istri saya terseret ke laut, dan anak saya terserak ke daratan," ujarnya.

Meski saat itu ia terpisah dengan anak dan istrinya karena terjangan gelombang tsunami, Willy yang saat telah terserat ke laut mencoba untuk berenang ke pesisir pantai.

Namun rupanya gelombang tsunami kembali terjadi hingga ia terhantam hingga terserat sejauh 2 kilometer dari tepi pantai.

Ia mengaku di lautan tersebut ada beberapa kelompok yang berupaya menyelamatkan diri dengan mengapung mengunakan kotak crew dari personil band.

Namun rupanya keadaan yang cukup mencekam dan gelap tersebut, beberapa orang mencoba untuk mengapai kotak kayu tersebut untuk mengapung.

"Saya waktu itu pasrah aja mungkin ajal saya sudah di sini tapi tetap saya berusaha untuk naik ke permukaan tapi datang lagi ombak besar di hantam lagi kita, tenggelam. Tapi kita terseret. Dan kita berusaha muncul lagi mungkin sekitar 2 km dari pesisir pantai. Waktu itu kita berkelompok termasuk salah satunya crew seventeen itu, tapi saya lupa siapa," ucapnya.

Meski dalam keadaan panik, dirinya tetap mencoba tenang dan berserah diri, meskipun ia tetap berusaha berenang ke tepi pantai.

Namun saat dirinya bergabung dengan dua kelompok yang tengah terapung di laut dengan alat bantu kotak kayu, ia melihat dua anak kecil yang tengah terapung dengan memegang papan kayu, disaat itulah ia tegugah untuk menyelamatkan dua anak tersebut.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved