Selasa, 30 September 2025

Burung Layang-layang Api Bermigrasi Hingga Australia dan Papua Nugini

Saat terbang, ribuan burung melayang-layang membentuk formasi besar di udara, meliuk-liuk seperti diatur sebelum turun dan hinggap di bentangan kabel

Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNJOGJA.COM / Krisna Sumargo
Kawanan burung migran terbang bermanuver meliuk-liuk indah di udara dalam konfigurasi ribuan ekor burung sebelum hinggap di lokasi istirahat di kawasan Jalan Suryotomo, Jumat (23/11/2018) petang 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA -  Ribuan burung Layang-layang Api (Hirundo rustica) akan menjadi pemandangan yang tidak biasa di kawasan belakang Pasar Beringharjo, Taman Budaya Yogyakarta, hingga sepanjang Jalan Suryotomo dalam beberapa waktu ke depan.

Manuver kawanan burung yang juga dikenal dengan nama Layang-layang Asia itu sangat indah dan menakjubkan.

Saat terbang, ribuan burung melayang-layang membentuk formasi besar di udara, meliuk-liuk seperti diatur sebelum turun dan hinggap di bentangan kabel listrik atau pepohonan.

Kehadiran kawanan burung terpantau sejak bulan lalu dan dikenal sebagai siklus rutin tahunan sebagai fauna migran dari kawasan nontropis.

Kawanan burung yang masuk marga Hirundo ini akan mencari tempat hinggap dan tinggal sepanjang malam selama berminggu-minggu.

Dikutip dari Mongabay.co.id, pemandangan serupa juga terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia.

“Namun puncak kedatangan burung burung migrasi itu Desember. Januari, burung layang-layang api sudah berkurang, dan balik pada Maret hingga April,” kata Abdul Rahman Hafif dari Birds Conservation Society (Bicons) kepada Mongabay.

Baca: Selfie Sebelum Bus Berangkat Selfie dan Setelah Kecelakaan

Sekilas, jenis burung ini hampir sama dengan jenis burung walet, tetapi jika diteliti lebih dalam lagi terdapat banyak perbedaan dengan burung layang-layang batu lokal.

Burung Layang-layang api sekitar 15-20 cm, warna biru metalik pada bagian dorsal, putih pada ventral, garis biru di dada, dan warna orange hingga merah di bagian dagu.

Burung jenis ini memiliki ekor cagak agak dalam berbentuk V, dan hidup berkelompok.

Hafif mengatakan, kedatangan burung ini fenomena unik.

Pagi hari mereka terpisah dalam beberapa kelompok dan terbang ke arah berlainan untuk mencari pakan.

Namun saat senja, mereka kembali berkumpul di tempat yang sama, berakrobat, lalu kembali ke tempat bertengger semua. 

Dikatakan, Bicons mengamati burung layang-layang api sejak 1996. Program pengamatan dimulai dengan kedatangan peneliti burung asal Jepang bernama Kobayashi ke kampus Biologi, Universitas Padjajaran.

Kobayashi berkeliling Bandung meneliti keragaman burung di kota itu. Hingga menemukan persinggahan burung di dalam Kota Bandung.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan