Minggu, 5 Oktober 2025

Pilpres 2019

Bakar Semangat Santri, Kiai Maruf Teriakkan NKRI Harga Mati

Kiai Maruf, Cawapres nomor urut 01 itu, memang memberi tausyiah dalam perayaan Hari Santri Nasional yang digelar di Asrama Haji Kalimantan Tengah itu.

ISTIMEWA
Mustasyar PB Nahdatul Ulama (NU), KH Ma'ruf Amin, bersama para santri di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (23/10/2018). 

TRIBUNNEWS.COM,PALANGKARAYA -"NKRI Harga Mati". Kata-kata ini diteriakkan berkali-kali oleh Mustasyar PB Nahdatul Ulama (NU), KH Maruf Amin, bersama-sama para santri di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (23/10/2018).

Kiai Maruf, Cawapres nomor urut 01 itu, memang memberi tausyiah dalam perayaan Hari Santri Nasional yang digelar di Asrama Haji Kalimantan Tengah itu.

Dalam tausyiahnya, Kiai Ma'ruf bercerita soal sejarah Hari Santri. Semuanya bermula dari kedatangan tentara NICA Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Padahal, proklamasi kemerdekaan baru seumur jagung. Tentara dan Polisi Indonesia saat itu belum terkonsolidasi. Negara lalu berpaling kepada santri dan ulama.

Pada 22 Oktober 1945, keluarlah Resolusi Jihad oleh PB NU, yang mem-fatwakan ummat untuk melawan penjajah. Dengan itulah, kaum santri dan masyarakat di Jawa Timur saat itu bangkit, menginspirasi perlawanan 10 Nopember 1945.

"Dengan pekik Allahuakbar, mengusir NICA. Andaikata tak ada perlawanan, penjajah datang lagi menjajah Indonesia, dan proklamasi itu takkan berlanjut, melainkan kita jadi negara terjajah kembali," kata Kiai Ma'ruf.

Kata Kiai Ma'ruf, banyak yang menyebut peristiwa 10 Nopember itu dipicu teriakan Bung Tomo lewat radio. Tapi hal itu kemudian diragukan karena tak banyak yang memiliki radio saat itu.

"Tapi kenapa orang antusias melawan? Pakar mengatakan bahwa yang membakar santri adalah resolusi jihad NU saat itu," katanya.

Kata Kiai Ma'ruf, kejadian itu harus dihayati karena mengandung pemaknaan bahwa para ulama dan santri harus selalu berusaha menjaga negara dan bangsa dari upaya yang menghancurkan.

"Saya sebut tanggung jawab santri dan ulama adalah menjaga negara dari apa saja. Menjaga NKRI, karena NKRI adalah harga mati," ucap Kiai Ma'ruf.

Lalu dia mengajak para santri dan ulama yang mengikuti tausyiahnya untuk berteriak lantang.

"NKRI?" kata Kiai Ma'ruf.

"Harga mati," jawab para jamaah.

Hal itu diteriakkan berkali-kali.

Kiai Ma'ruf melanjutkan, tentu tantangan saat ini sudah berbeda dibanding era penjajahan Belanda dahulu. Saat ini, ada beberapa ancama yang dihadapi.

Pertama adalah adanya gerakan separatisme yang wajib dilawan karena akan menghancurkan NKRI. "NU tegas menolak separatisme," kata Kiai Ma'ruf.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved