Iswandi Ubah Limbah Bonggol Jagung Jadi Pakan Ternak
Bonggol jagung atau janggel dalam Bahasa Jawa selama ini dibuang begitu saja oleh para petani, di tangan pemuda kreatif enjadi pakan ternak
TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Bonggol jagung atau janggel dalam Bahasa Jawa selama ini dibuang begitu saja oleh para petani, karena dianggap sampah yang tidak mempunyai manfaat dan nilai jual apapun.
Tapi, di tangan pemuda kreatif jebolan sarjana peternakan ini, bonggol jagung disulap menjadi pakan ternak yang mempunyai nilai jual.
Pemuda kreatif itu adalah Iswandi warga Dusun Juruk, Desa Primpen, Kecamatan Bluluk, Lamongan, Jawa Timur.
Pemuda 25 tahun yang masih lajang ini mampu mengubah bonggol jagung menjadi pakan ternak alternatif untuk sapi.
Eksperimen yang dilakukan Iswandi semula berjalan hampir tiga tahun, dan dalam setahun terakhir ini, bonggol jagung itu benar-benar mempunyai nilai jual yang cukup menjanjikan dan banyak diminati peternak sapi.
"Ide itu timbul saat saya banyak melihat para peternak sepi yang kesulitan cari pakan ternak saat musim kemarau," kata Iswandi, Senin (14/10/2018).
Apa yang dirasakan peternak sapi, sulit mencari pakan hijauan seperti rumput dialami berulang-ulang setiap masuk musim kemarau.
Sementara saat musim kemarau petani yang berganti tanam, yakni dengan tanam jagung.
"Daun jagung (tebon, red) jelas difungsikan untuk pakan ternak. Tapi ada yang terabaikan, yaitu bonggo jagung atau di kalangan petani disebut janggel," ungkap Iswandi.
Di tengah sulitnya mencari bahan pakan itulah Iswandi mencoba melirik memanfaatkan limbah bonggol jagung yang melimpah daerah selatan, seperti di Modo, dan tempat tinggalnya Kecamatan Bluluk dan sekitarnya.
Di daerah limbah pertanian yang tidak memiliki nilai ekonomis biasanya dibuang dan dibakar, padahal dibalik itu bonggol jagung memiliki potensi yang bagus untuk di jadikan sebagai pakan ternak alternatif.
Iswandi mencoba menyusuri dua wilayah terdekat dan mengumpulkannya tanpa harus membeli.
"Hanya butuh mengeluarkan biaya angkut," katanya.
Caranya, bonggol jagung harus dijemur sampai benar-benar kering. Selanjutnya digiling menjadi tepung kering yang disebut concobu.
Concobu bonggol jagung itu mempuya kandungan beragam jenis asam amino, karbohidrat, zat besi, protein dan lemak.
Selain bonggol jagung, dicampur gilingan bahan lainnya seperti dari tebon jagung, sekam, dedak, rendeng, jerami atau kawul.
"Tentu ada bahan formula lain dan rempah," kata Iswandi.
Semua bahan itu tanpa beli alias cuma-cuma kecuali formula dan rempah-rempah.
Penggerusan semua bahan dasar itu sudah dilakukan dengan menggunakan mesin yang dirangkai dengan alat giling hasil modifikasi sendiri yang multi fungsi, bukan pabrikan.
"Merangkai sendiri alat penggilingan itu dan saya penggarapannya saya serahkan di bengkel las," ungkapnya.
Dalam sehari, Iswandi mampu memproduksi rata-rata 1 ton pakan alternatif siap saji dengan dibantu dua pekerja warga setempat.
Pakan alternatif itu ia jual Rp 1.000 per kilogram ke tangan peternak. Untuk sementara konsumen masih dari para peternak tetangga kecamatan, Kedungpring, Ngimbang, Sambeng, Sukorame, Modo dan Bluluk.
Halaman selanjutnya
"Sudah banyak pesan di luar kecamatan itu," ungkapnya.
Iswandi mengaku belum bisa memproduksi dalam partai besar, karena sifatnya pakan ternak produksinya sebagai pakan ternak alternatif.
Hanya pada musim kemarau berproduksi dan semua masih tergantung pada pesanan. Apalagi mesin produksi miliknya masih sangat terbatas.
"Ada kendala pada unit mesin," ungkapnya.
Iswandi berobsesi hendak mengembangkan produksi pakan ternak alternatif berbahan dasar bongggol jagung dan daun jagung serta tebon ini.
"Saya masih kumpulkan uang buat beli peralat mesin yang lainnya. Hitung-hitung nantinya bisa membuka kesempatan kerja," ungkapnya.