Minggu, 5 Oktober 2025

Sarah Baartman, Budak Penghibur dari Afrika yang Mengungkap Sisi Kelam Eropa

Pernahkah Anda mendengar nama Sarah 'Saartjie' Baartman? Bila tidak pernah, mungkin Anda bukanlah satu-satunya yang belum mengenal wanita asal Afrika

Editor: Sugiyarto
IST
Lukisan tentang Sarah Baartman 

Cuvier bertanya kepada Reaux apakah dirinya diperbolehkan untuk mempelajari Sarah sebagai spesimen sains. Reaux pun mengijinkannya.

Sejak Maret 1815, Sarah menjadi subjek pembelajaran seorang ahli anatomi Prancis, ahli zoologi, dan ahli fisiologi.

Cuvier menyimpulkan bahwa Sarah adalah penghubung antara hewan dan manusia. Sialnya, Sarah digunakan sebagai contoh stereotip bahwa orang-orang Afrika memiliki nafsu yang tinggi dan juga sebagai ras yang rendah.

Pada tahun 1816, Sarah meninggal dalam usia 26 tahun. Tidak diketahui apakah ia meninggal karena alkoholisme, cacar, atau pneumonia.

Cuvier mendapatkan izin dari kepolisian untuk membedah tubuh Sarah. Dia kemudian mengambil otak dan alat kelamin Sarah. Anggota tubuh Sarah ini kemudian ditempatkannya ke dalam stoples untuk dipajang di Musée de l ' Homme (Museum Manusia) hingga 1974.

Saat kemenangan Kongres Nasional Afrika (ANC) dalam pemilihan di Afrika Selatan, Presiden Nelson Mandela meminta agar pemerintah Prancis mengembalikan jasad Sarah Baartman untuk dimakamkan.

Proses ini memakan waktu hingga delapan tahun, karena Prancis harus menyusun rancangan undang-undang yang ditulis dengan hati-hati agar negara lain tidak mengklaim Sarah sebagai milik negaranya.

Akhirnya, pada 6 Maret 2002 Sarah Baartman dikembalikan ke Afrika Selatan dan dimakamkan. Sarah dimakamkan di Hankey di Provinsi Eastern Cape.

Kisah yang dialami oleh Sarah menjadi salah satu sejarah kelam yang pernah terjadi di peradaban Eropa. (Nesa Alicia/Sahistory/NGI)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved