Jumat, 3 Oktober 2025

Sentono Dalem dan Kawulo Surakarta Demo Minta Akses Bisa Masuk Keraton Solo

Sejumlah sentono dalem dan paguyuban Kawulo Surakarta (Pakasa) gelar aksi damai di Kori Kamandungan Keraton Solo 23 Agustus 2018 silam.

Editor: Sugiyarto
tribunjateng/akbar hari mukti
Sejumlah sentono dalem dan paguyuban Kawulo Surakarta (Pakasa) gelar aksi damai di Kori Kamandungan Keraton Solo 23 Agustus 2018 silam. Anggota Komisi 1 DPRD Solo ikut berkomentar terkait demo tersebut. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Akbar Hari Mukti

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Sejumlah sentono dalem dan paguyuban Kawulo Surakarta (Pakasa) gelar aksi damai di Kori Kamandungan Keraton Solo 23 Agustus 2018 silam.

Anggota Komisi 1 DPRD Solo ikut berkomentar terkait demo tersebut.

Seperti diketahui, aksi damai itu menuntut Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII kembali membuka akses keraton.

Dalam orasi, mereka mengaku sudah setahun lebih tak dapat mengakses keraton. Bahkan untuk masuk ke dalam saja tak bisa.

Selain itu, di dalam orasi mereka menyebut peran Keraton sebagai pusat kebudayaan juga hilang seiring sulitnya pelajar dan mahasiswa mengakses keraton untuk kepentingan pendidikan kebudayaan.

Kepada Tribunjateng.com, Ginda Ferachtriawan, anggota Komisi 1 DPRD Kota Solo menjelaskan, memang seharusnya kawasan Keraton Solo tetap punya peran di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Artinya jangan sampai Keraton Solo ditutup dari masyarakat.

Menurutnya, Keraton Solo saat ini masuk sebagai satu dari 14 daerah destinasi wisata di Solo.

"Itu masuk perda no. 13 tahun 2016 tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah," jelasnya, Minggu (26/8/2018).

Maka, sebagai salah satu dari 14 daerah destinasi wisata dan perannya di bidang pendidikan dan kebudayaan, Ginda berpendapat seharusnya kawasan Keraton Solo bisa tetap dibuka, terlebih bagi pelajar dan mahasiswa.

Di sisi lain, Ginda menyebutkan sesuai Perda no. 10 tahun 2013, cagar budaya termasuk Keraton Solo memiliki fungsi sosial.

"Saya kira Keraton Solo punya nilai kegunaan yang besar dalam masyarakat. Ia punya nilai sejarah, budaya, pendidikan, dan lain-lain," terangnya.

Sebelumnya, Koordinator aksi GKR Koes Moertiyah Pakubuwono menjelaskan bila aksi ini digelar untuk menuntut PB XIII mengembalikan para Sentono Dalem ke dalam keraton.

Menurut GKR Koes Moertiyah, satu tahun lebih pihaknya tak dapat mengakses Keraton Solo.

"Ini tuntutan kami. Saya sampaikan ke PB XIII melalui aparat yang mengawal saya masuk, aksi tak akan berhenti sampai kita dikembalikan ke keraton. Kalau perlu sampai tidur di depan Kamandungan," jelasnya.

Pihaknya dengan tegas menuntut kembali ke dalam keraton untuk bekerja seperti sedia kala.

"Untuk ngladeni apa yang menjadi kebutuhan keraton, memelihara keraton, juga menjalankan semua tata cara adat secara benar," papar dia.

Menurut dia, selaku Sentono Dalem, pihaknya yang merupakan keturunan PB II hingga XIII tak dapat dipandang sebelah mata. Artinya mereka juga warga keraton dan memiliki hak di dalam keraton.

Lebih jauh ia menilai saat ini kondisi Keraton Solo memprihatinkan. Perannya sebagai pusat kebudayaan dinilainya hilang seiring susahnya pelajar mengakses keraton dalam rangka kepentingan pendidikan kebudayaan.

"Ini bukti Sinuhun harus dibantu untuk mengelola keraton karena beliau sakit maka tidak mampu menjalankan pemerintahannya sendiri," paparnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved