Kamis, 2 Oktober 2025

Dikeroyok Tiga Orang Mabuk di Sidoarjo, Ketua HKTI Surabaya Lompat ke Sungai

Peristiwa pengeroyokan dan perampasan yang menimpa Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Surabaya, Nur Hasan

Editor: Sugiyarto
WARTA KOTA
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Peristiwa pengeroyokan dan perampasan yang menimpa Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Surabaya, Nur Hasan, di depan SPBU Jalan Raya Trosobo, Taman, Sidoarjo akhirnya terungkap.

Dua dari tiga pelaku pengeroyokan dan perampasan itu berhasil diringkus polisi. Mereka adalah Ahmad Syamsudin Abdullah alias Pampam (23), warga Desa Ngelom, Kecamatan Taman, Sidoarjo, dan Dwi Cahyo Joya Sentosa alias Kawot (25), warga Desa Krembangan, Kecamatan Taman, Sidoarjo.

"Satu pelaku lain yang berinisial R masih dalam pengejaran. Dia sudah ditetapkan sebagai DPO," kata Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Himawan Bayu Aji, Minggu (8/7/2018).

Peristiwa ini bermula saat Nur Hasan melintas di sana dengan mobil sedan yang disopiri oleh Hasip.

Ketika hendak putar balik ke arah Krian, mobil terhalang sepeda motor yang dikendarai R. Tiba-tiba terjadi cekcok mulut antara R dengan Hasip.

Melihat itu, Pampam dan Kawot langsung mendekat. Mereka bertiga lantas memukuli sopir mobil tersebut.

"Sopir mobil kemudian keluar dan lari menyelamatkan diri," lanjut Kapolres.

Tak berhenti di situ, tiga pemuda yang dalam keadaan mabuk itu juga mendatangi Nur Hasan yang berada di kursi mobil sebelah kiri.

Ketua HKTI Surabaya yang tinggal di Kletek, Kecamatan Taman, Sidoarjo ini juga dipukuli. Bahkan, kepalanya juga sempat dikepruk menggunakan batu.

Hasan berusaha kabur dengan melompat ke sungai kecil yang berada di depan SPBU. Namun, Pampam terus mengejarnya ke sungai dan sempat merampas ponsel Samsung S8+ milik Hasan.

Usai mendapat ponsel korban, Pampam kembali naik ke jalan.

"Saya sudah meminta tolong kepada warga setempat, namun warga tidak berani. Mungkin karena warga tahu bahwa mereka itu preman," ujar Hasan saat di Polresta Sidoarjo.

Dirinya menduga, preman-preman itu tersinggung karena mendengar knalpot mobilnya.

"Knalpot mobil saya memang tidak orisinil dan suaranya agak keras. Mungkin mereka tersinggung lantaran sedang mabuk," lanjut Hasan.

Dalam pemeriksaan polisi, Pampam dan Kawot mengakui bahwa ketika melakukan penganiayaan dan perampasan itu sedang dalam kondisi mabuk berat.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved