Rabu, 1 Oktober 2025

Erupsi Gunung Anak Krakatau Setinggi 1000 Meter Tidak Membahayakan Penerbangan

Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda, Provinsi Lampung kembali erupsi.

Editor: Sugiyarto
zoom-inlihat foto Erupsi Gunung Anak Krakatau Setinggi 1000 Meter Tidak Membahayakan Penerbangan
(TRIBUN LAMPUNG/DEDI SUTOMO)
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda

TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda, Provinsi Lampung kembali erupsi.

PVMBG melaporkan erupsi setinggi 1000 meter terjadi di atas puncak kawah atau pada ketinggian 1305 meter di atas permukaan laut pada Senin (25/6/2018).

Dalam rilis yang diterima Tribun Jaba, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan erupsi tersebut tidak membahayangkan penerbangan pesawat terbang, walaupun asap dari erupsi Anak Krakatau membumbung tinggi.

"Erupsi juga tidak berbahaya selama berada di luar radius 1 km dari puncak kawah. Selain itu erupsi juga tidak membahayakan pelayaran di Selat Sunda.

Status Gunung Anak Krakatau tetap Waspada (Level 2). Status Waspada ditetapkan sejak 26/1/2012 hingga sekarang," ujar Sutopo.

Mengingat status waspada tersebut, erupsi Anak Krakatau bisa terjadi kapan saja.

"Tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius 1 km. Erupsi Gunung Anak Krakatau adalah hal yang biasa," ujarnya.

Seperti diketahui, Gunung Anak Krakatau baru muncul dari permukaan laut tahun 1927. Rata-rata bertambah tinggi 4-6 meter per tahun seiring dengan erupsi yang terjadi. 

Energi erupsi yang dikeluarkan juga tidak besar. Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883.

"Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan. Memang sejak tanggal 18 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Ada pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi erupsi," katanya.

Menurut PVMBG, pada 18/6/2018, selain gempa vulkanik dan tektonik, mulai terekam juga gempa Tremor menerus dengan amplitudo 1 – 21 mm (dominan 6 mm).

Tanggal 19/6/2018, gempa Hembusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata 1 kejadian per hari menjadi 69 kejadian per hari. Selain itu mulai terekam juga gempa Low Frekuensi sebanyak 12 kejadian per hari.

Gempa Tremor menerus dengan amplitude 1 – 14 mm (dominan 4 mm). Tanggal 20/6/2018, terekam 88 kali gempa hembusan, 11 kali gempa Low frekuensi dan 36 kali gempa Vulkanik Dangkal. 

Pada tanggal 21/6/2018, terekam 49 kali gempa Hembusan, 8 kali gempa Low Frekuensi, 50 kali gempa Vulkanik Dangkal dan 4 kali gempa Vulkanik Dalam.

Secara visual terlihat erupsi mengeluarkan abu dan pasir. Tipe letusannya strombolian yang terjadi erupsi secara berkala pada saat itu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved