Isak Tangis Warnai Pemakaman Korban Minyak Tumpah
Imam keluar rumah sekitar pukul 05.30 pagi pergi ke laut untuk memancing. Pergi ke laut tanpa pamit dengan istri dan keluarga.
Editor:
Hendra Gunawan
"Istri Imam masih merasa sedih. Masih menangis terus. Dari tadi hanya menangis, badannya lemas, sedih yang mendalam," ungkap Syahril.
Sebelum dimakamkan di pekuburan belakang lapangan Foni, di rumah kediaman korban tumpahan minyak ini di sudah ramai para pelayat termasuk di antaranya Plt Walikota Balikpapan Rahmad Mas'ud.
Rumah almarhum berada dibilangan Gang Sampurna, Jalan Wain RT 97 Kelurahan Kebun Sayur, Kecamatan Balikpapan Barat, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.
Pengamatan Tribunkaltim.co jenazah didoakan di ruang tamu. Andi Rohani Baso, sang istri almarhum yang kenakan kerudung hitam nampak duduk di samping jasad almarhum mendoakan sepenuh hati suaminya. Keluarga ini telah dikaruniai anak satu wanita berusia sekitar 10 tahun.
Sehari-harinya, almarhum Imam Nur Rohim bekerja sebagai tukang bordir dengan cara manual dan teknologi komputer. Nama usahanya disebut Imata Bordir.
Saat jenazah dibawa ke sebuah mushollah, yang akan disholatkan, nampak istri almarhum tidak kuasa menahan air matanya. Kesedihan mendalam mengental dalam raut wajah istri almarhum.
Sanak famili memeluk istri Imam yang sempat lemas lunglai tidak kuasa menahan kesedihan suaminya yang meninggal dunia.
Selama ini almarhum dikenal pribadi yang royal dermawan. Hal ini terungkap oleh Suparno, sahabat almarhum, saat bersua dengan Tribunkaltim.co di pelataran rumah almarhum.
"Imam itu orangnya royal. Kalau lagi punya banyak suka mengajak teman dan sahabatnya. Sering mengajak makan ikan sampai memancing. Semua Imam yang tanggung," ungkapnya. (bud/dro)