Selasa, 7 Oktober 2025

104 Orang Keracunan Saat perayaan Nyepi

Kemeriahan hari pengerupukan berubah menjadi kepanikan bagi warga Banjar Mudita, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar.

Editor: Hendra Gunawan
Istimewa
Korban keracunan makanan di Banjar Mudita, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar saat tiba di RSUD Sanjiwani, Sabtu (17/3/2018). Puluhan warga setempat diduga keracunan makanan usai acara pengerupukan. 

TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR – Kemeriahan hari pengerupukan berubah menjadi kepanikan bagi warga Banjar Mudita, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar.

Sebab, sebanyak 104 orang warga setempat dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Gianyar. Mereka mengalami diare, muntah-muntah dan sakit kepala secara massal.

Belum ada keterangan pasti mengenai penyebab peristiwa yang dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) ini. Namun diduga para korban keracunan usai acara makan-makan setelah mengarak ogoh-ogoh.

Korban sebagian besar pemuda dan anak-anak, serta prajuru setempat, kelian dinas dan kelian adat Banjar Mudita.

Mereka dirawat intensif di RSUD Sanjiwani Gianyar dan RS Ari Santhi Ubud. Para korban dibawa ke RS tepat saat Hari Nyepi.

Lantaran terlalu banyaknya korban keracunan, evakuasi ini juga melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar.

Prajuru Banjar Mudita, Dewa Kawi, yang selamat dari keracunan, mengatakan bahwa para korban hingga kemarin masih dalam penanganan intensif di RSUD Sanjiwani dan RSUD Ari Santi, Ubud.

Kata dia, kondisi semua korban saat ini sudah mulai membaik. Keracunan tersebut diketahui pada Sabtu (17/3) sekitar pukul 05.00 Wita atau satu jam sebelum Nyepi berlangsung.

“Saat itu, ada laporan dari seorang dokter dari RSUD Sanjiwani. Kemudian, tak berselang lama saya dapat telepon dari warga, yang mengatakan suaminya mengalami diare dan muntah-muntah. Sekitar pukul 08.00 Wita, seorang warga datang ke rumah untuk memeriksa kondisi keluarga saya,” ujar Dewa Kawi, Minggu (18/3) siang.

Lantaran menilai hal tersebut aneh, Dewa Kawi pun meninggalkan ritual Catur Baratha Penyepian, lalu mendatangi Bale Banjar Mudita untuk menanyakan pada prajuru lainnya yang saat itu mendapat tugas menjaga suasana Nyepi.
Sebelum sampai di bale banjar, tepatnya di di depan Pura Penataran Agung Sukawati, Dewa Kawi melihat sejumlah ambulans sudah siaga di sana.

Tak hanya itu, petugas kesehatan dari Puskesmas Sukawati I juga telah membuka posko darurat.

“Setelah ada warga yang mendata, saya langsung ke bale banjar. Ternyata di jalan depan Pura Penataran Agung sudah banyak ambulans, dan di sana juga ada posko darurat, warga silih berganti memeriksakan kesehatannya. Data terakhir, ada 92 orang opname di RSUD Sanjiwani, satu orang di RS Ari Santhi, sisanya orang masih diobservasi di IGD RSUD Sanjiwani,” ujar Made Kawi.

Pihaknya belum mengetahui penyebab keracunan massal tersebut. Namun dia memastikan, usai mengarak ogoh-ogoh, sejumlah krama menyantap makanan yang didapatkan dari membeli.

Terkait kenapa dirinya bisa lolos dari keracunan, Dewa Kawi mengatakan Ida Bhatara Hyang Guru masih menyayanginya.

“Astungkara, usai acara pengerupukan, tiba-tiba saya pengen pulang untuk mandi. Usai mandi saya makan di rumah, setelah itu tidur sehingga saya tidak ikut makan nasi bungkus,” ujarnya.

Pantauan Tribun Bali di Banjar Mudita, sejumlah petugas kesehatan masih membuka posko darurat di Bale Banjar Mudita.

Masyarakatpun masih silih berganti memeriksakan kondisinya. Sementara para korban yang dirawat di sejumlah rumah sakit, kondisinya saat ini sudah membaik.

Namun mereka belum bisa bergerak secara leluasa lantaran masih lemas.

Berdasarkan data BPBD Gianyar, jumlah korban yang dilarikan ke RSUD Sanjiwani terus meningkat hingga Sabtu sore.

Dari yang awalnya 98 meningkat menjadi 104 orang. Rinciannya, seorang pasien kondisinya relatif serius sehingga harus dirawat di ruang ICU, 55 orang rawat inap, sementara sisanya masih menjalani observasi di UGD RSUD Sanjiwani.

“Kami berpesan, jika ada warga Mudita yang kondisinya drop atau usai pengerupukan itu ikut menyantap nasi bungkus, untuk segera memeriksakan kesehatannya. Supaya tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan,” ujar Kepala BPBD Gianyar, AA Oka Digjaya.

Uji 14 Sampel

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, mengungkapkan bahwa semua pasien yang mengalami keracunan sudah diberikan pelayanan medis.

Dinkes Provinsi Bali berkoordinasi dengan berbagai pihak telah melakukan beberapa tindakan terkait peristiwa tersebut.

Di antaranya, pengamatan epidemiologi, pemeriksaan sampel rental pada penjamah dan pengolah makanan, alat-alat yang digunakan, air, dan bahan makanan yang digunakan.

"Pengamatan epidemiologi kami lakukan dengan meminta penjelasan di TKP (Tempat Kejadian Perkara), karena kemungkinan ada kasus baru. Kami juga lakukan pengamatan sampel pada makanan yang tersisa," jelas Suarjaya ketika dikonfirmasi melalui WhatsApp, Minggu (18/3) kemarin.

Lebih lanjut dr. Suarjaya mengatakan, ada 14 sampel yang diambil.

Dengan rincian antara lain tiga sampel air, lima sampel usap alat, sayur dan ayam sit sit dari rumah pengolah, serta sampel nasi bungkus yang terdiri dari nasi putih, mie, ayam sisit, telur.

"Saat ini semua bahan yang diambil sampel sudah dikirim ke laboratorium kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan," pungkasnya.

Kepala BBPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) Denpasar, Dra. I Gusti Ayu Adhi Aryapatni Apt. mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar terkait masalah tersebut.

Pihaknya akan melakukan uji laboratorium pada sampel yang telah diambil. Sesuai rencana uji lab tersebut akan dilakukan Senin (19/3) pagi.

"Kami sudah lakukan koordinasi dengan pihak terkait. Rencananya, uji lab kami lakukan besok pagi (Senin, 17/3). Kami juga akan terus lakukan monitoring yang bekerjasama dengan dinkes gianyar," tandasnya.(weg/irm)

Adnyana pun Akhirnya Ikut Tumbang

Kelian Banjar Mudita, Ida Bagus Ketut Mas Adnyana (55), yang terbaring lemas di RSUD Sanjiwani Gianyar, mengatakan bahwa usai acara mengarak ogoh-ogoh dirinya dan sejumlah warga Banjar Mudita, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar, menyantap nasi bungkus.

Saat itu Gus Adnyana tidak melihat ada keanehan dalam menu makanan nasi bungkus itu.

Bahkan, beberapa jam usai menyantapnya, kondisi Gus Adnyana masih bagus.

Tanda-tanda dirinya keracunan diawali dengan diare, yang baru dialami Gus Adnyana pada Sabtu (17/3) pagi.

Namun ia mengabaikan kondisi tersebut, dan tetap melayani sejumlah warga yang datang ke rumahnya untuk membuat surat pengantar supaya bisa berobat ke rumah sakit.

Menurut dia, sebagian besar korban merupakan anak-anak yang mengarak ogoh-ogoh, penabuh hingga penari.

Lantaran kondisi fisik yang terus menurun karena diare, Gus Adnyana pun akhirnya lunglai, dan dilarikan ke RSUD Sanjiwani oleh keluarganya pada Sabtu (17/3) sore.

“Sebelum saya dirawat ke sini, saya sempat membuat surat pengantar untuk warga yang mengeluh sakit. Karena saking banyaknya bikin surat pengantar, saya kira karena capek, badan saya tiba-tiba gemetar. Saya langsung diangkut ambulans menuju UGD. Pengurus adat dan prajuru lainnya yang mengkonsumsi nasi bungkus, juga senasib,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Sukawati I, dr. I Made Udayana mengatakan, untuk memastikan penyebab keracunan ini, pihaknya telah mengambil sejumlah sampel air, alat penyajian makanan serta nasi bungkus yang dikonsumsi para korban usai mengarak ogoh-ogoh.

Isi dari nasi bungkus itu terdiri dari, nasi putih, mie, daging ayam sit-sit serta telur rebus.

“Sampel ini kami uji di laboratorium Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali dan Dinkes Gianyar. Hasilnya akan keluar sekitar seminggu lagi,” ujarnya.

Direktur RSUD Sanjiwani Gianyar, Ida Komang Upeksa memastikan, semua korban telah ditangani secara baik di RSUD Sanjiwani.

Terkait biaya pengobatan para korban, kata dia, akan ditanggung Pemkab Gianyar. Sebab kasus ini sudah masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB).

“Seluruh biaya pengobatan sampai sembuh ditanggung Pemkab Gianyar. Ini sudah termasuk KLB,” ujarnya. (I Wayan Eri Gunarta)

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Diduga Keracunan Nasi Bungkus, 104 Warga Termasuk Kelian Banjar Mudita Terpaksa Diopname Saat Nyepi

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved