Marbut Masjid Rekayasa Kasus Seolah Jadi Korban Penganiayaan, Ini Motifnya
Marbut Masjid Agung Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Uyu Ruhiyana mengaku apa yang dilakukannya hanya untuk memperjuangkan pekerjaan anaknya.
Baca: 8 Auditor BPK Patungan Kembalikan Uang Fasilitas Hotel Kepada Jasa Marga
"Terjerat ekonomi untuk kekurangan kebutuhan keluarga. Berharap ada yang pinjami saya uang dan ada yang kasih tapi saya belum ngomong soal itu dan saya belum dapat uang sepeserpun," kata Uyu.
Ia menegaskan ide merekayasa kasus itu berawal dari dirinya sendiri tanpa ada yang menyuruh atau yang membiayai.
"Semuanya ide saya sendiri berasal dari otak kotor saya. Enggak ada pihak-pihak lain. Saya khilaf, saya salah melakukan pelanggaran yang dilarang pemerintah dan agama," ujar Uyu.
Lantas, saat ditanya darimana ia mendapat ide bahwa ia dianiaya orang tak dikenal.
Apalagi, saat ini kasus-kasus serupa sedang marak hoaks.
Ditanya ia suka nonton film atau berita sehingga ia merasa tergerak memanfaatkan situasi tersebut.
"Enggak, saya enggak punya TV. Hanya tahu dari obrolan-obrolan orang saja," ujar Uyu.
Sehari-hari, ia tinggal di masjid membersihkan fasilitas ibadah tersebut sejak lima tahun terakhir.
Uyu juga mempraktikkan adegan rekayasa tersebut.
Tampak, Uyu menggunting bagian atas pecinya sendiri menggunakan gunting rumput.
Kemudian ia juga menggunting salah satu bagian kemeja putih, menjatuhkan kursi.
Ia juga mengikat kaki dan tangannya sendiri menggunakan kain mukena kemudian terbaring.
Sedangkan mulutnya juga turut dibekap menggunakan kain.
'Kalau petani kan tidak punya uang, hanya menunggu panen, ini sekarang ada bencana sehingga sawah habis. Ya uang saya juga habis,' ujar Warnita.
"Banyak orang tidak percaya mana mungkin bisa mengikat diri sendiri. Padahal bisa, ini saya praktikan," kata Uyu.